Bab 13
"Ibu ..."
Morgan ingin menjelaskan tapi Hesti tidak memberikan kesempatan padanya, dia berbalik dan pergi.
Edgar melihat Morgan lalu menghela napas.
Alangkah bagusnya kalau menantunya bisa sehebat Rafael!
Edgar tahu kalau ini tidak mungkin.
Saat memikirkan ini, Edgar pergi setelah menggelengkan kepalanya tanpa daya.
Setelah Edgar dan Hesti pergi, Morgan kembali ke ruang bawah tanah bersama Merisa dan Hope.
Hanya ada satu ranjang di sini dan tempatnya terbatas sehingga Morgan berinisiatif tidur di lantai.
Saat memikirkan apa yang terjadi hari ini, Merisa yang terbaring di ranjang terus berlinang air mata.
Morgan sedih melihatnya, "Merisa, maaf. Aku tahu kamu malu hari ini, aku jamin ..."
Merisa langsung menyelanya, "Sudahlah, tidak peduli kamu rang gila atau bukan, kamu tetap suamiku dan ayah Hope. Aku tidak peduli selama kita sekeluarga bisa bersama."
Morgan sangat tersentuh saat mendengarnya.
"Merisa, kamu jangan khawatir, aku pasti akan memberikan hidup yang baik untukmu dan Hope. Oh ya, aku sudah menghubungi Rumah Sakit Pusat East Coast, kita bisa membawa Hope pergi melakukan operasi besok."
Merisa sangat senang, "Benarkah? Rumah Sakit Pusat East Coast adalah rumah sakit terbaik di sini, bagaimana kamu bisa melakukannya?"
Morgan berkata sambil tersenyum, "Seorang rekan seperjuanganku memiliki koneksi yang sangat berpengaruh, dia yang membantuku."
Morgan tidak mengatakan identitas aslinya, meski mengatakannya, Merisa tetap tidak percaya.
Merisa tidak curiga saat mendengarnya.
Bagaimanapun juga Morgan telah menjadi tentara selama lima tahun, wajar saja kalau punya rekan seperjuangan hebat.
Saat mengingat putrinya bisa dioperasi, tekanan besar di hati Merisa akhirnya bisa dilepaskan.
Malam sangat hening.
Keesokan harinya.
Keluarga Morgan sudah bangun pagi-pagi.
"Merisa, rekan seperjuanganku sudah menunggu di luar."
"Baik, aku akan segera selesai!"
Merisa segera bersiap, lalu membawa Hope keluar dan tercengang saat keluar.
Ada sepuluh mobil militer di luar yang di dalamnya penuh prajurit bersenjata lengkap.
Tiger yang memakai seragam militer datang dan berkata dengan hormat, "Jenderal Besar, silakan naik!"
Morgan mengangguk dan terlihat santai.
Setelah masuk ke dalam mobil, Merisa berbisik, "Morgan, rekan seperjuanganmu hebat sekali, dia bahkan bisa mengerahkan pasukan sebanyak ini."
Morgan tersenyum diam, jika bukan karena tidak ingin menakutkan Merisa, dia akan langsung meminta helikopter ke sini.
Meski begini, Merisa sudah merasa sangat tersentuh.
Merisa melihat Tiger yang duduk di depan dan bertanya, "Halo, apakah kamu rekan seperjuangan Morgan?"
Rekan seperjuangan?
Tiger berpaling dan terlihat bingung.
Di seluruh Negara Bermuda ini, siapa yang berani mengatakan dirinya rekan seperjuangan Morgan?
Tiger melihat Morgan dan menemukan dia mengedipkan mata padanya.
Lalu, Tiger berkata sambil tersenyum, "Benar, aku rekan seperjuangan Jenderal Besar."
Merisa bertanya dengan penasaran, "Kenapa kamu memanggilnya Jenderal Besar? Apa artinya?"
Tiger mengaruk kepala, "Jenderal Besar? Hal ini agak rumit ..."
Tiger tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya sehingga Morgan tersenyum, "Merisa, Jenderal Besar maksudnya adalah penguasa tiga angkatan militer!"
Morgan adalah Dewa Perang nomor satu Negara Bermuda, dia adalah penguasa angkatan darat, angkatan laut dan angkatan udara Negara Bermuda!
Oh!
Merisa tidak mengerti arti penguasa tiga angkatan militer, jadi hanya mengangguk dan tidak bertanya lagi.
"Ayah, apakah kita bisa sehebat ini kelak?" Hope bertanya penuh harap.
Morgan tersenyum, "Tentu saja, kamu putriku, jadi harus tetap megah tidak peduli di mana pun itu."
Sebagai putri Dewa Perang nomor satu Negara Bermuda, Hope adalah tuan putri terhormat Negara Bermuda.
...
Rumah Sakit Pusat East Coast.
Di depan pintu gerbang.
Hampir seratus dokter dan perawat menunggu di luar.
Kemarin malam, Vicky sebagai ketua Rumah Sakit Pusat East Coast menerima telepon yang mengatakan kalau hari ini ada satu orang penting akan membawa putrinya berobat di sini.
Pihak atasan meminta Vicky melakukan persiapan.
Jika terjadi masalah, maka posisinya akan berakhir.
Demi menjaga posisinya, Vicky membawa semua orang melakukan penyambutan di luar.
"Ketua, orang besar apa yang datang hari ini? Kenapa sepanik ini?"
Dadang, wakil ketua terlihat bingung.
Vicky menggelengkan kepala, "Tidak tahu, pihak atasan bilang kita semua akan bertanggung jawab kalau sampai terjadi kesalahan."
Dadang gemetaran saat mendengarnya.
Pada saat yang sama, dirinya semakin penasaran.
Orang besar apa yang bisa membuat Vicky segugup ini?
Vicky melihat jam dan terlihat cemas.
Sudah jam delapan, tapi orang besar itu masih belum muncul.
Boom, boom!
Tepat saat ini, suara kencang terdengar.
Sepuluh mobil militer datang dengan megah.
Hampir seratus tentara turun dari mobil.
Semua staf Rumah Sakit Pusat East Coast langsung tercengang melihatnya.
Orang besar apa yang memakai formasi sebesar ini?
Kemudian, seorang pria berseragam militer dengan bintang empat di pundaknya turun.
Jenderal berbintang empat!
Ekspresi Vicky berubah saat melihatnya.
Harus diketahui kalau komandan garnisun Kota East Coast bahkan baru berbintang tiga.
Tapi pria di depannya berbintang empat.
Setelah turun, Tiger membukakan pintu mobil.
Morgan menggendong putrinya dan merangkul istrinya turun dari mobil.
Merisa kaget saat melihat adegan di depannya.
Dia melihat ratusan karyawan Rumah Sakit Pusat East Coast menyambut mereka di depan.
Merisa baru pertama kali melihat formasi sebesar ini.
"Selamat datang ke Rumah Sakit Pusat East Coast!"
Saat ini, Vicky datang sambil tersenyum.
Tiger meliriknya dan berkata datar, "Ini adalah Tuan Morgan!"
Tuan Morgan?
Apakah dia orang besar yang dikatakan pihak atasan?
Orang sehebat apa sehingga jenderal berbintang empat membukakan pintu mobil untuknya?
Lalu, Vicky langsung memperhatikan Morgan.
Morgan terlihat biasa saja, tapi matanya sedalam laut.
Meski hanya melihat sekilas, tapi seolah menenggelamkan orang di dalamnya.