Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab. 9 Biarkan Kumencintaimu

Ketika malam tiba, Sari segera datang ke kamar Tuan Adam seperti biasanya. Ia terlihat gemetar membayangkan jika suaminya akan menggauli dengan kasar lagi. Sesampai di depan ranjang, Wanita itu tertegun karena tidak mendapati suaminya berada. Netranya pun tampak menelisik sekeliling kamar.

“Aku di sini, kemarilah!” seru Tuan Adam dari atas balkon.

Sari segera menuju balkon dan menghampiri Tuan Adam yang sedang menatap ke langit. Di mana tampak purnama bersinar terang, berpadu dengan taburan bintang. Menjadikan malam ini begitu indah dipandang mata. Sampai beberapa saat, Tuan Adam masih tidak bergeming menatap rembulan, entah apa yang didapatkan lelaki itu.

Sementara itu bagi Sari, keindahan sesungguhnya adalah yang tampak di hadapannya. Sungguh hatinya berdecak kagum melihat mahluk ciptaan Allah yang satu ini. Begitu sempurna secara pisik dan tiada cela. Wanita itu seolah tidak berkedip sedikit pun menatap Tuan Adam, sambil membiarkan getar-getar cinta yang mulai tumbuh di hatinya.

“Jangan menatapku seperti itu! Nanti kau akan terluka,” seru Adam seolah tahu perasaan Sari kepada dirinya.

“Apakah salah jika seorang istri mencintai suaminya?” tanya Sari tanpa takut.

Mendengar pertanyaan itu Adam pun menoleh dan berkata, “Terserah, tapi kau harus siap sakit hati.”

“Lalu kenapa kau tidak larang saja agar aku tidak jatuh cinta?” Sari kembali bertanya.

“Apa kau sanggup?” Tuan Adam balik bertanya yang membuat Sari terdiam.

Terasa sakit ketika benih cinta yang mulai bersemayam harus dicabut karena tidak ada harapan untuk tumbuh. Setelah menghempaskan nafas panjang dan membuang jauh pandangannya lalu ia pun berkata, “Kalau begitu nikmatilah tubuhku sepuasnya dan cepat kembalikan aku kepada ....” Sari menghentikan kata-katanya ketika bibir Tuan Adam telah membungkam mulutnya.

Sampai Sari seolah kehabisan nafas, baru Adam melepaskan bibir istrinya seraya berseru, “Jangan berani mengaturku!”

Sari tampak sedikit menjauh sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

“Kemarilah,” panggil Tuan Adam yang sudah berada di sofa, ”Duduk!” seru lelaki itu sambil menepuk pahanya.

Dengan perlahan Sari menghampiri Tuan Adam dan duduk di pangkuan suaminya. Lelaki itu kemudian menarik punggung istrinya hingga merebah di dadanya yang bidang.

Seketika jantung Sari pun berdetak sangat cepat, merasakan debaran yang semakin kuat. Membayangkan jika Tuan Adam menginginkannya sekarang. Namun, dugaannya salah karena beberapa saat kemudian Tuan Adam hanya membelai dan memainkan rambut istrinya sambil menikmati keindahan malam.

Sari pun berpikir ternyata lelaki itu mempunyai jiwa yang lembut di balik keganasannya saat di atas ranjang.

[Andai saja kamu memperlakukan aku seperti ini di setiap malam,] batin Sari sambil merasakan sentuhan tangan Tuan Adam yang halus.

Untuk sesaat suasana pun tampak hening. Hanya terdengar hembusan angin malam yang bersemilir dingin.

"Kenapa Tuan suka menatap bulan?" tanya Sari memecah kesunyian.

“Ada ketenangan di sana!” jawab Tuan Adam, "kamu juga suka, kenapa? Dirinya pun balik bertannya.

"Iya, karena sinarnya begitu lembut seperti pelukan ibu," jawab Sari sambil membayangkan wajah ibunya yang sangat ia rindukan.

Mendengar itu, Seketika Tuan Adam berhenti mengelus kepala istrinya. Sari pun segera mengangkat kepala dan menatap Tuan Adam yang terdiam. Ada pancaran kesedihan, kemarahan dan kerinduan dari sorot mata lelaki itu.

"Maaf Tuan, kalau saya salah bicara," ucap Sari yang merasa Tuan Adam tersinggung.

Tidak ada sahutan, Tuan Adam terdiam seribu bahasa. Perlahan Sari pun membenamkan kepalanya kembali ke dada lelaki itu. Tercium wangi parfum yang membuatnya nyaman.

Untuk beberapa saat suasana pun kembali hening. Hingga suara Tuan Adam terdengar.

"Bangunlah!"

Sepi tidak terdengar sahutan, bahkan kepala Sari tidak bergerak sama sekali dari dada Tuan Adam.

“Sari,” panggi Tuan Adam sambil menegakkan kepala istrinya dengan perlahan.

Mungkin karena lelah, Sari ternyata tertidur pulas, kemudian Tuan Adam merebah tubuh istrinya di tangan. Lelaki itu mengamati wajah Sari ketika terlelap seraya memuji, “Cantik dan menggairahkan.” Tangan satunya kemudian mengelus pipi Sari yang mulus.

Perlahan Tuan Adam memajukan kepalanya dan mendekati bibir Sari. Lalu sebuah kecupan membuat wanita itu terjaga.

"Maaf Tuan, saya ketiduran," ucap Sari sambil hendak bangun, tetapi Tuan Adam mencegahnya.

"Diamlah!" seru Tuan Adam yang membuat Sari tidak bergeming.

Tuan Adam segera menggendong tubuh istrinya dan membawa masuk ke kamar. Sari kemudian melingkarkan tangannya di leher Tuan Adam. Ia tampak tersipu ketika padangan mereka bertemu. Lelaki itu tersenyum melihat rona wajah istrinya yang malu. Sungguh begitu indah saat Sari sekilas meliriknya. Ia merasa seperti Tuan Putri yang sedang dimanja oleh Pangeran.

Dengan perlahan Tuan Adam merebahkan tubuh Sari di atas kasur. Lalu menatap wanita itu dengan seksama. Sebenarnya ia tidak mau menyentuh istrinya malam ini karena belum fit.

Namun, ketika tangan Sari yang lembut mengelus wajahnya. Lelaki itu pun tidak dapat menahan gairahnya yang sudah terpancing. Tuan Adam kemudian mengecup kening Sari. Lalu turun ke bibir mungil itu dan menciumnya dengan lembut.

"Tuan," panggil Sari ketika bibir lelaki itu mulai menelusuri lehernya yang jenjang.

"Hemm ...," sahut Tuan Adam yang terus menyentuh tubuh istrinya dengan lembut. Sehingga membuat Sari membiarkan dirinya hanyut dalam permainan itu.

Sari tampak memejamkan mata, merasakan semuanya. Baru kali ini ia merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa. Kemudian meraka pun bersatu dalam temaram lampu kamar. Hingga Tuan Adam merasa terpuaskan.

“Bisakah Tuan selembut ini setiap menyentuhku?” tanya Sari yang berada dalam pelukan Tuan Adam sehabis mereka satu kali memadu kasih.

“Aku tidak puas seperti ini,” jawab Tuan Adam sambil mengelus rambut Sari.

[Semoga kau sakit lagi, dengan begitu aku bisa merawat dan mendapatkan sentuhanmu dengan lembut,] lirih Sari di dalam hati. “Aku ngantuk sekali, bolehkah kukembali ke kamar?” tanya Sari yang sudah tidak kuat untuk membuka matanya.

“Tidurlah! Malam ini kau tetap di kamarku saja!” Seru Tuan Adam sambil memeluk tubuh istrinya dengan erat.

Sari tersenyum mendengar hal itu. Ia merasa begitu nyaman dalam dekapan suaminya dan membiarkan rasa itu muncul kembali. Sari tidak perduli mau terbalas atau tidak perasaannya kepada Tuan Adam.

Tentu Sari tahu mencintai suami sendiri bukanlah sebuah perbuatan dosa. Baginya cinta adalah sebuah anugerah, meskipun ia tahu akan sakit hati jika suatu saat Tuan Adam tidak menginginkannya lagi.

[Akan kubuat kau mencintaiku,]tekad Sari sebelum ia terlelap dalam pelukan Tuan Adam.

Tuan Adam tampak tersenyum melihat Sari yang sudah tertidur pulas. Entah sampai kapan dirinya akan memiliki wanita itu. Selama ia belum bosan maka Sari akan tetap menjadi istrinya, tentu untuk memuaskan nafsunya semata.

Namun, tubuh Sari sudah menjadi candu buat Tuan Adam. Ia ingin selalu merasakannya setiap saat. Seolah tidak ada bosannya, lagi dan ingin lagi. Lelaki itu mencoba untuk memejamkan matanya, tetapi gagal. Apalagi ketika ia merasakan ular kobranya kembali tegak.

"Sial," umpat Tuan Adam dengan nafas yang mulai memburu.

Tuan Adam terlihat resah, apakah dia harus menggauli istrinya lagi yang tengah tertidur pulas. Itu tidak akan terjadi karena dia tidak suka tanpa perlawanan sedikit pun.

BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel