Pustaka
Bahasa Indonesia

Kau Curangi Aku

54.0K · Tamat
Sisi Ryri
52
Bab
310
View
9.0
Rating

Ringkasan

Tak disangka kekasih Maya justru berselingkuh dengan adik kembarannya, tentu hal ini membuat sang kakak geram dan mengutuk kejadian ini. Tapi alih-alih mencoba menghentikan perselingkuhan Miya, adiknya. Maya justru menemukan sebuah rahasia yang menyangkut kekayaan keluarganya yang ternyata jadi incaran para penjahat. Siapakah penjahat itu? Dan apa motif dari semua kejahatan mereka hingga memperalat Miya, kembaran Maya? Cover By : Canva Pro Edit By : Me

RomansaPerselingkuhanPengkhianatanKampusKeluargaWanita Cantik

Sebuah Kesalahan

"Ih!" kesal Miya kepada Mike Araya, pemuda 19 tahun yang sedang bermain basket di lapangan kampus tak jauh dari tempatnya saat ini. "Dasar playboy!"

"Kenapa, Dek?" tanya Maya Winata, kembaran Miya dengan kening berkerut.

"Enggak!" ujar Miya lalu menundukkan kepala. "Aku tuh kesel aja sama dia, gak ada apa-apa kok,"

"Apa?" desak Maya. "Ada apa antara kau dan Mike, Dek?"

"Enggak!" ujar Miya dengan ketus lalu membuang muka. "Aku cuma nggak mau melihat pria itu lagi!"

"Apa sih?" ujar Maya dengan seribu tanya di hatinya.

Tak mau melanjutkan percakapan dengan Maya, Miya segera berjalan meninggalkan tempat mereka. Dia pergi dengan wajah kesalnya membuat saudara kembarnya itu semakin bertanya-tanya apa gerangan yang terjadi diantara keduanya.

Melihat keanehan saudara kembarnya itu, Maya lalu melangkah dengan cepat mendekati lapangan basket untuk menemui kekasihnya, Mike yang masih saja jadi pusat perhatian teman-temannya di sekeliling lapangan basket.

"Mike!" teriak Maya dari kejauhan saat Mike bersiap untuk pamer kemampuannya di depan semua temannya.

"Apa?!" tanya Mike yang masih asyik mendribel bola. "Nanti dulu marahnya, aku masih asik main bola!" lanjutnya sembari bersiap untuk melakukan slam dunk.

Seluruh penonton di sekeliling lapangan basket bersorak mengelu-elukan nama pebasket muda. Sebagian bertepuk tangan dan sebagian lagi meneriakkan kata-kata semangat agar pria tampan berambut hitam itu semakin terbakar semangat.

"Mike! Mike! Mike!"

"Aku akan tunjukkan kepada kalian cara main basket yang benar!" seru Mike sebelum akhirnya berlari dengan bola di tangannya membuat semua wanita yang melihatnya semakin kagum padanya.

Brak!

Dengan kekuatan penuh Mike memasukkan bola basket ke dalam keranjang dan sorak penonton semakin riuh meneriaki namanya.

"Uh!" ujar Mike dengan keringat membasahi wajahnya membuat pesona pria tampan ini semakin maksimal.

"Keren!" teriak teman-teman Mike saat percobaannya berhasil dengan sempurna.

"Nah, itu baru keren!" ujar Mike lalu berjalan ke pinggir lapangan untuk menghampiri Maya yang sudah memasang wajah kesalnya sejak tadi. "Apa?!" tanya Mike sambil melirik tajam kekasihnya.

"Kau apakan adikku?"

"Adikmu? Aku tak melakukan apa-apa! Memangnya kenapa?" ketus Mike yang tersenyum sinis pada Maya.

"Kau yakin?!"

"Yakin!" ujar Mike memastikan. "Sudah, ah. Aku mau main basket lagi. Tak ada orang di dunia ini yang mengerti kesenanganku selain bola basket itu!" ujar Mike lalu berbalik badan kembali ke lapangan basket.

"Apa sih? Eh!" Maya menarik bahu Mike yang terlalu kokoh untuk dia hentikan hingga dia hanya bisa terdiam berharap kekasihnya yang terkenal playboy itu tak melakukan hal buruk pada adiknya.

"Pergi! Aku mau pamer kemampuan lagi pada teman-temanku!" usir Mike dengan kasar sambil menunggu operan bola dari teman setimnya.

"Kau ini!" kesal Maya lalu melangkah meninggalkan lapangan basket yang masih riuh dengan teriakan suporter kekasihnya itu.

Maya yang juga tak mendapatkan jawaban dari kekasihnya lalu melangkah masuk ke dalam kelas.

Kebetulan kelas manajemen operasional akan dimulai beberapa menit lagi dan dia harus segera duduk atau dosennya yang killer akan menutup pintu tepat di jam 9 pagi saat jadwal kuliah dimulai.

"Mana Miya?" tanya Maya dalam hati saat sudah duduk di kursi paling depan berharap Miya akan segera menyusulnya masuk.

"Selamat pagi!" sapa dosen yang akhirnya mengunci pintu dari dalam agar mahasiswa yang terlambat tak bisa masuk.

"Sial! Miya terlambat!" bisik Maya lalu menghela nafas berat dan memulai kuliah hari ini.

Dosen mulai menerangkan dan Maya terpaksa menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa hari ini tanpa adik kembarnya.

Mereka berdua adalah mahasiswi tingkat 2 di sebuah universitas swasta di Malang yang terkenal sangat ketat dan pastinya mahal hingga tak sembarangan orang bisa duduk di kursi kuliah.

Ini kali kedua Miya tak masuk setelah minggu lalu dia tiba-tiba menghilang dari kampus padahal Maya dan kembarannya itu berangkat satu mobil.

"Dia kemana?" tanya Maya saat akhirnya perkuliahan hari itu berakhir.

"Kau kenapa?" Mike tiba-tiba mendekati kekasihnya dengan baju kemeja berwarna putih dan celana hitam yang sangat rapi.

"Miya tak kuliah lagi hari ini!" tegas Maya dengan wajah lesu. "Kemana dia?"

"Hari ini dia tak bersamaku, kok!" spontan Mike membuat Maya mengerutkan keningnya.

"Memangnya kapan dia bersamamu?" tanya Maya dengan tangan bertolak pinggang.

"Eh, gak pernah! Kapan? Ngapain juga aku sama dia!" Mike memblunder perkataannya sendiri.

Maya mengerutkan keningnya semakin dalam sambil menggaruk pipinya yang jadi gatal karena ucapan Mike yang seolah menutupi sebuah kenyataan. "Kau tak sedang berbohong, kan?"

"Hah! Apa lagi ini?!" kesal Mike yang selalu saja merasa kekasihnya ini tak pernah percaya padanya.

"Kenapa kau memblunder perkataanmu sendiri!"

"Aku?" Mike menunjuk hidungnya. "Kapan? Tak ada!"

"Yang bener?"

"Gak! Aku gak blunder! Aku cuma bilang kalau aku tak tau dimana adikmu sekarang berada! Cuma itu!" tegas Mike yang sesekali tertunduk sambil menelan salivanya.

"Kau jujur aja. Aku udah capek bertengkar terus! Aku kesal sekali padamu tiap kita..."

"Sudah!" Mike terkekeh lalu menarik tangan kekasihnya untuk menghentikan pertengkaran mereka. "Kita pergi saja! Ayo!"

Tangan gadis 19 tahun itu segera ditarik pria tampan nan atletis dengan lembut membuat pertengkaran yang merobek hatinya perlahan luntur.

"Yakin gak ada apa-apa?" tanya Maya yang terpaksa melangkah dengan kesal.

"Iya, ngak ada apa-apa! Udah jangan bertengkar terus. Aku capek,"

"Capek ngadepin aku?" Maya kembali bertanya.

Mike terkekeh lalu mengusap peluh di keningnya. "Capek main basket, Sayang!"

Keduanya lalu melangkah menuju tempat parkir dan masuk mobil. Dengan wajahnya yang tak bisa menyembunyikan rasa bingungnya, Mike mengantarkan Maya pulang ke rumahnya di kawasan Ijen yang merupakan perumahan mewah di kota Malang dengan mobil Audi hitam miliknya.

Selama perjalanan keduanya tak saling bicara namun Maya tetap melempar senyum sebagai tanda jika dia sudah melupakan pertengkarannya dengan Mike dan pria tampan itu pun mulai melontarkan rayuan gombalnya membuat Maya yakin jika pria ini memang pria yang sangat dia cintai.

"Kita sampai!" seru Mike dengan sangat senang.

Dia akhirnya tak perlu menggombal lagi dan Maya melangkah turun dari mobil.

"Non!" teriak salah seorang pelayan pria yang terlihat menunggu kembalinya nona muda keluarga Winata ini.

"Apa?" tanya Maya lalu menatap pria paruh baya itu dengan bingung.

"Tuan Besar serangan jantung. Dia dibawa ambulan tadi!"

"Ayah?!" tanya Maya dengan suara bergetar.

"Iya, cepatlah!"

"Mike antar aku ke rumah sakit!" pinta Maya yang kembali masuk ke dalam mobil lalu menutup pintu tanpa tenaga.

Tubuhnya seperti kehilangan tenaga dan hanya bisa menangis terisak.

"Tapi rumah sakit mana?" tanya Mike lirih.

"Eh, rumah sakit mana, Pak!" ujar Maya pada pelayannya.

"Rumah Sakit RKZ!"

"Baik!" seru Mike lalu menginjak pedal gas menuju rumah sakit yang disebutkan pelayan kekasihnya itu.