Sekali Tidak Ya Tetap Tidak
Tanti merasa kesal karena ulah Darian, sehingga ia terpaksa menghentikan niatnya untuk melanjutkan ke cafe guna bekerja. "Cepat katakan, sebenarnya apa sih maumu?" tanyanya ketus menatap tajam Darian.
Darian mengangkat sepeda Tanti ke pinggir. " Aku tidak ingin banyak kata, intinya aku ingin minta maaf dan juga memintamu untuk menikah denganku," ucap Darian to the points.
"Tidak, sampai kapanpun aku tidak akan sudi menikah denganmu. Pria yang telah merenggut paksa kehormatanku, " Tanti menolak Darian.
Dalam hati Darian bergumam, "Mungkin waktuku belum tepat dan terlalu cepat untuk hal yang sangat sakral dan penting ini. Semua butuh proses, seharusnya aku tidak mengatakan hal ini padanya. Bodohnya aku!" Darian merutuki diri sendiri.
Darian tidak ingin Tanti pergi darinya, karena ia telah bersusah payah mencari keberadaannya. " Tanti, aku minta maaf. Jika kamu tidak mau menikah denganku, setidaknya izinkan aku dan biarkanlah aku dekat dengan Ade. Biarkan aku memberikan tanggung jawabku sebagai seorang ayah padanya, aku mohon padamu." Darian bahkan sampai merendahkan diri di hadapan Tanti dengan memohon.
Tetapi Tanti keras kepala, ia tetap pada pendiriannya tidak mengizinkan Ade dekat dengan Darian. "Sekali tidak tetap tidak, sudah ya jangan ganggu kehidupanku dan Ade. Sebaiknya kita jalani kehidupan kita masing-masing. Aku sudah cukup bahagia hanya hidup berdua bersama dengan Ade. Aku juga sudah terbiasa berperan ganda bukan hanya menjadi seorang ibu tapi juga ayah. Aku juga bersedia memberikan pendidikan yang layak untuk Ade. Jangan pernah kamu merendahkan kemampuan seorang wanita!"
Tanti tetap pada pendiriannya untuk tidak menerima Darian dalam kehidupannya.
Sangat sulit bagi Darian untuk bisa meluluhkan hati Tanti yang sudah terlalu tersakiti oleh perlakuan Darian di masa lalu. Luka yang Darian toreh cukup dalam dan masih membekas hingga sulit untuk terobati.
Darian tidak menyerah begitu saja, tetapi pada saat ia akan berkata kembali tiba-tiba ponsel berdering yakni dari sekretaris pribadi yang memberi tahu jika di kantor telah menunggu klien barunya. Sehingga terpaksa Darian pergi dari hadapan Tanti. Hal ini membuat Tanti merasa lega, " Mentang-mentang kaya, seenaknya saja! sampai sekarang saja aku masih ingat bagaimana dia merudapaksaku waktu itu. Lukanya tidak akan pernah bisa kering sampai kapanpun!" Tanti melanjutkan mengayuh sepedanya ke cafe dimana ia bekerja.
Berjalannya waktu cepat sekali, sehingga tidak terasa jam makan siang tiba. Tanti ingat dengan janjinya yang akan makan siang di rumah bersama Ade. Ia lekas mengayuh sepedanya menuju rumah kontrakan.
Betapa terkejut Tanti pada saat melihat ada seseorang sedang duduk di ruang tamu bersama dengan Ade bercanda ria. " Astaghfirullahaladzim, kenapa pria asing itu keras kepala sih? sudah aku peringatkan untuk tidak mendekati Ade lagi. Eh malah dia masih saja seperti ini." Gumam Tanti sangat kesal, tapi ia tidak ingin memperlihatkan kekesalannya pada Ade yang baru sembuh dari sakit.
Ade dan Darian menatap ke arah Tanti, Ade lekas berlari memeluk Tanti. "Bu, tolong jangan marah ya, kasihan Om Spiderman, ia hanya ingin makan siang bersama kita. Lihatlah Bu, ia bawa membawa banyak makanan untuk kita. Bahkan ada jatah makanan untuk sore hari. Bukan hanya itu saja Bu, ia juga memberikan banyak kue yang lezat- lezat untuk kita."
Tanti menahan kekesalannya setelah mendengar perkataan Ade. " Ya sudah makanlah dengannya, ibu mau sholat dhuhur. Kamu sudah sholat belum, jika belum sekalian sholat sama ibu."
Ade tersenyum lega, "Sudah dong, ibuku sayang. Tadi aku loh yang azdan di masjid seberang," ucap Ade.
Tanti menyunggingkan senyum keterpaksaan, " Pintar anak ibu, kamu makan saja dulu dengannya ya. Ibu mau sholat."
Tanti melangkah masuk menuju ke dapur untuk terlebih dahulu mandi setelah itu sholat dhuhur. Sementara Ade makan siang dengan sangat lahap bersama Darian.
Beberapa menit kemudian, Darian berpamitan untuk kembali ke kantor karena ia tahu Tanti tidak bsuka melihatnya berlama-lama dengan Ade.
"Nak, Om Spiderman pergi dulu ya. Ini ada sedikit rezeki nanti kamu berikan pada ibumu." Darian memberikan amplop putih tebal yang berisikan yang pada Ade, tetapi Ade tidak lekas menerimanya.
"Nggak om! Sebaiknya om berikan langsung pada ibu, karena aku tidak mau ibu marah padaku. Aku tahu pasti ibu tidak akan mau menerima apapun dari orang lain." Ade menyembunyikan kedua tangannya di belakang punggungnya, sehingga Darian terpaksa meletakkan amplop tersebut di atas meja.
Darian melangkah pergi begitu saja, walaupun Ade meminta amplop tersebut untuk diberikan langsung kepada Tanti.
Seperginya Darian, Tanti menghampiri Ade, " Ada apa kamu berteriak memanggil Om Spiderman? apa kamu lebih suka bersamanya daripada bersama dengan ibu?" Tanti berkata ketus, membuat Ade tertunduk.
Tanti merasa bersalah melihat kesedihan di wajah Ade, "Nak, ibu minta maaf. Bukan maksud ibu berkata kasar padamu, hanya saja tidak baik jika kita terlalu akrab dengan orang asing. Tolong jangan seperti ini lagi ya?" Tanti tak kuasa, ia memeluk Ade.
Ade menjelaskan bahwa Darian meninggalkan amplop di atas meja, ia hanya berniat untuk memberikan amplop tersebut karena ia tahu Tanti tidak akan menerima apapun pemberian dari Darian. Tanti semakin bertambah bersalah mendengar kejujuran Ade. " Sekali lagi ibu minta maaf ya Nak."
Seiring berjalannya waktu cepat sekali, tidak terasa esok sudah berganti pagi. Tanti berniat menyambangi kantor Darian hanya untuk memberikan amplop pemberiannya. Bahkan ia tidak menemui Darian secara langsung, hanya menitipkan amplop tersebut pada resepsionis yang ada di kantor.
Tok tok tok tok tok
Sang sekertaris mengetuk pintu ruang kerja Darian, sekertaris tersebut tak lain adalah Tika yang selama ini menaruh hati pada Darian, tetapi tidak juga berhasil mendapatkan cintanya.
"Masuk!"
Tika melangkah masuk, Darian menatap dingin padanya. "Ada apa?" tanyanya singkat.
"Maaf pak, ini ada titipan amplop dari resepsionist katanya ada seorang wanita datang kemari mengantarkan amplop bapak yang tertinggal di rumahnya." Tika meletakkan amplop tersebut di atas meja.
"Hem, pergilah dari sini!"
Tika melangkah pergi dengan bergumam dalam hati. "Siapa sih wanita yang datang? Apakah wanita yang disukai Pak Darian? Seperti apa wanita itu ya? apakah lebih cantik dan kaya hingga menolak amplop tebal yang tidak di ragukan lagi isinya uang. Bodoh banget wanita itu menolak Pak Darian. Aku saja sudah sejak lama ingin bisa memilikinya tapi tidak juga berhasil. Jebakan demi jebakan aku lakukan untuknya tapi selalu gagal."
Darian merasa sedih dan kecewa karena pemberiannya tidak diterima oleh Tanti. Ia memutuskan untuk datang ke rumah kontrakan Tanti sepulang kerja dari kantor.
Dengan hati riang gembira, si tampan Darian melajukan mobilnya arah ke rumah kontrakan Tanti. Tetapi pada saat sampai, ia begitu kecewa karena Tanti dan Ade tidak ada di rumah.