08. Paman Kecil
"Nona, bukankah itu memang tidak pantas?" Suara lain terdengar dari bawah sebatang pohon pucuk merah yang rimbun dan rindang. Suara itu sangat dikenali oleh Hua Fei dan Jing Yunxi. "Sebaiknya, sekarang Anda segera pulang saja!"
"Itu bukan urusanmu, pantas atau tidak dan aku mau di mana. Apa urusanmu?" Jing Yunxi menyahut dengan nada ketus dan sikap acuh tak acuh pada seorang anak lelaki yang sedang berdiri bersandar pada sebatang pohon tak jauh dari tempat mereka. "Heh! Mau apa kamu ke mari?"
Anak muda lelaki yang baru saja datang tampak sangat acuh tak acuh kepada gadis kecil ini. Jika dilihat dari sikap keduanya, mereka tampak sama-sama tidak saling menyukai. Meski demikian, para pengawal wanita yang datang bersama dengan Jing Yunxi pun tetap memberi hormat kepada anak lelaki tersebut.
"Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu, sedang apa kau di sini?" Sepertinya, anak itu sudah berada di sana cukup lama. Namun, dia terlihat enggan mendekati Jing Yunxi. "Seorang gadis mencari laki-laki. Bukankah itu sangat tidak pantas?"
Jing Yunxi yang mulai merasa sangat geram itu pun, akhirnya membentak, "Diam!"
"Huh, para gadis memang hanya pandai menggertak saja!" Anak muda lelaki berpakaian hanfu biru bercampur putih itu pun segera menghampiri Hua Fei. Saat melewati Jing Yunxi, bahunya sengaja dia tabrakan pada lengan gadis itu sambil menghardik, "Minggir!"
Jing Yunxi menjadi sedikit terhuyung ke belakang dan segera ditangkap oleh para pengawalnya. Salah seorang dari mereka berseru, "Tuan Muda Hua Lin, mohon untuk tidak membuat keributan baru dengan nona kami!"
"Siapa yang ingin ribut dengan kalian? Aku hanya sedang menjemput para keponakanku yang telah dianiaya oleh si tuan muda congkak kalian itu!" Anak lelaki yang disebut Tuan Muda Hua Lin itu menyahut, "Sejak kedatangan kalian ke mari, sepertinya tidak ada hal baik yang bisa kalian lakukan selain membuat keributan dan mengolok-olok Ah Ling kami!"
"Tapi, aku juga yang telah menyelamatkan mereka!" Jing Yunxi melakukan protes dengan nada tak terima. Gadis itu merasa geram atas sikap anak lelaki yang baru saja datang ini.
"Jangan lupa juga, para keponakanku tidak meminta kalian agar menyelamatkannya! Bahkan kedatangan kalian telah menyebabkan kerugian yang lain dengan matinya puluhan ular-ular yang sudah mereka tangkap dengan susah payah!" Hua Lin, anak lelaki ber-hanfu biru tersebut berkata dengan mata melotot ke arah Jing Yunxi.
"Kamu! Dasar anak tidak tahu diri!" Jing Yunxi berteriak dengan suara keras dan ingin memukul pemuda yang sedang bersama Hua Fei. "Awas kamu, Hua Lin!"
"Nona!" Salah seorang pengawal wanita menyambar tangan Jing Yunxi mengangkat kepalan tangannya dan berniat hendak memukul anak yang baru datang itu.
"Sudahlah! Kalian tidak usah terus bertengkar!" Hua Fei berkata sambil memegangi dadanya yang terasa nyeri. "Paman Kecil, mohon bersabarlah!"
Jing Yunxi menunjuk ke arah anak berbaju biru. "Dia yang mendahuluinya, Kakak Fei!"
"Mereka ini benar-benar tidak pernah bisa damai barang sekali saja." Hua Fei mengeluh dalam hati.
"Ah Fei, jangan ladeni anak itu. Dia dan kakaknya hanya menjadi biang kerugian bagi kita." Hua Lin sengaja berkata sedikit keras supaya Jing Yunxi mendengarnya. "Kita pulang sekarang, dan soal wanita, nanti akan paman carikan yang sepuluh kali lipat lebih cantik dan anggun daripada gadis centil itu."
Ucapan Hua Lin sukses membakar hati Jing Yunxi. Gadis itu memberontak dan langsung berlari ke arah Hua Lin, memberinya pukulan telapak tangannya yang berlambar tenaga dalam.
Hua Lin tersenyum sinis sambil menggeser posisi badannya ke samping dengan gerakan santai, tetapi terkesan meremehkan lawan. Hua Lin menyeletuk ringan. "Jadi ini pukulan lemah gadis cengeng dari Keluarga Jing?"
"Jangan sekalipun meremehkan aku, Hua Lin!" Jing Yunxi menyambar kaki Hua Lin dengan tendangan sapuan, tetapi lagi-lagi pemuda itu hanya menggeser dengan cepat kakinya.
Kecepatan gerakan Hua Lin memang seperti tidak terlihat oleh pandangan mata biasa, dan hal ini semakin membuat Jing Yunxi menjadi kalap. Gadis itu terus menyerang Hua Lin namun tetap saja dia tak mampu menjangkau seujung kuku pun kulit lelaki muda tersebut.
"Tuan Muda Hua Lin, Nona Kedua! Sudah hentikan! Tidak seharusnya kalian bertengkar dalam situasi seperti ini. Lihatlah! Tuan Muda Hua Fei sudah sangat kelelahan." Salah seorang pengawal wanita berteriak memperingatkan. "Sebaiknya, kita semua segera kembali!"
"Tanpa disuruh pun, aku memang akan kembali dengan membawanya!" Hua Fei berkata setelah berhasil menyingkirkan Jing Yunxi dengan pukulan yang ia daratkan pada punggung Jing Yunxi.
Jing Yunxi menjerit kesakitan saat terdorong hingga menabrak para pengawalnya, sedangkan Hua Lin segera meraih tangan Hua Fei dan segera menyatukan tubuhnya dengan cara merangkul tubuh sang keponakan kecilnya. "Ah Fei, ayo kita pulang!"
"Mmhh." Hua Fei menganggukan kepalanya. "Baiklah, Paman Kecil!"
"Nona Yunxi, obatilah lukamu dan tolong maafkanlah pamanku!" Hua Fei berucap dengan suara lirih sambil menyerahkan botol berisi pil pemulih.
"Terima kasih, Kakak Fei!" Jing Yunxi menerima botol pemberian dari Hua Fei, tetapi mata gadis itu masih menatap marah pada Hua Lin.
"Terima kasih juga, Nona dan Bibi semua." Hua Lin juga berterima kasih.
Hua Lin mencibirkan bibir.
"Terima kasih untuk apa?" Anak yang disebut paman kecil itu terlihat tidak senang. "untuk ular-ular yang mereka bunuh itu?"
"Hua Liiiiiin!" Jing Yunxi kembali berteriak sambil menunjuk ke wajah Hua Lin
"Sudahlah, mari kita kembali!" Hua Fei segera menengahi. Karena tidak ingin terlalu lama berada di tengah-tengah dua orang yang tidak bisa berdamai sama sekali.
"Paman Kecil, aku butuh bantuanmu kali ini." Hua Fei berucap kepada Hua Lin yang berusia sebaya dengannya.
"Baiklah, tapi aku tidak ingin nona centil itu berada di sekitarmu!" Anak lelaki yang selalu disebut paman kecil oleh Hua Fei terlihat sangat tidak menyukai Jing Yunxi. Dia masih bergeming di tempatnya tanpa ingin menggerakkan tubuhnya sama sekali.
"Siapa yang kamu bilang centil itu?" Jing Yunxi menghentikan kakiknya dengan marah.
Hua Lin menjawab dengan nada pedas. "Siapa lagi? Kalau bukan kupu-kupu liar yang merasa dirinya disukai oleh banyak orang?"
"Kamu!" Jing Yunxi membentak dengan amarah luar biasa. Wajahnya merah padam dan tangannya segera terkepal hendak memukul anak berbaju biru yang terlihat sangat tidak menyukainya.
"Nona Kecil, tahanlah!" Pengawal wanita berwajah lembut segera menghalangi. "Nona, sebaiknya kita juga segera kembali. Tuan besar pasti sedang menunggu Nona!"
"Aku ...." Jing Yunxi kesal.
"Nona, jangan menambah masalah lagi!" Pengawal wanita berwajah lembut berbisik.
"Baiklah!" Jing Yunxi melirik tajam disertai kekesalan yang teramat sangat. Namun, saat ini gadis itu hanya bisa menahan kemarahan di dalam dadanya. Dia juga tidak ingin terlihat terlalu buruk di mata Hua Fei.
"Tuan Muda berdua, jika Anda hendak kembali sekarang. Silakan!" Pengawal wanita Keluarga Jing mempersilakan kedua tuan muda Keluarga Hua untuk pulang.
"Baguslah. Aku juga sudah muak berada di sini!" Hua Lin yang menyahut dengan ketus.
Darah seakan menyembur otak Jing Yunxi yang menjadi selalu dibuat kesal oleh Hua Lin. Gadis itu kembali mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat dengan gigi-gigi saling bergemerutuk.