PROLOG
Awalnya, Fani Kayahila merasa sangat luar biasa bahagia akan terlaksanakannya Pernikahannya bersama sang kekasih. Farhan Gee Jowandaru.
Tetapi, nyatanya dari pihak pria telah memanipulasi seakan mempermainkan Fani harus terjebak menerima keadaan terluka. Seharusnya Farhan yang mengucapkan Ijab Qobul secara SAH, melainkan ternyata Kangmas tertua dari calon suaminya sendiri.
Fani juga baru mengetahui bahwa suaminya itu mengidap 'little space syndrome', dan di tambah amnesia. Tidak tahu kapan bisa kembali mengingat siapa sejatinya, karena sebuah insiden kecelakan membuat kepalanya terbentur keras menjadikannya Gegar Otak.
Setiap hari Fani dibuat kewalahan mengatur Abas. Pria dewasa bertingkah seperti anak kecil berumur lima tahunan, tidak pandai diam dan suka meminta yang tidak-tidak. Ditambah, Fani harus lebih bersabar menghadapi cobaan datang secara beruntun urusan rumah tangganya Ibu mertua selalu ikut campur.
Lambat laun setelah hidup berkeluarga bersama suami yang sebenarnya bukan diinginkan. Perlahan-lahan waktu membantu membongkar siapa yang menjadi kepala penjahat menggagalkan pernikahannya bersama calon suami. Ternyata tidak lain ialah Ibu mertuanya sendiri, dialah dalang dari semua sumber masalah.
Farhan merasa tidak terima menganggap pernikahan calon Isteri-nya tidak lah 'SAH'. Farhan sendiri juga tidak ingin hubungan jalinan asmara bersama Fani harus kandas. Dengan begitu berusaha keras ingin mengambil kembali Fani supaya kembali dalam pelukannya, karena merasa tidak pantas harus bersama Abas. Mengira dengan sangat percaya bahwa kangmas-nya itu tidak akan bisa melakukan apapun. Termaksud membahagiakan Fani, melainkan hanya akan menambah beban wanita bersenyum manis tersebut.
“Mas tidak perduli kamu itu berstatus atau tidak. Mas sudah terlanjur kecewa!, lantaran kamu tidak menjadi Isteri mas,” tutur Farhan naik pitam sudah tidak bisa menahan semuanya, sembari mencengkeram pundak wanitanya. “Terpaksa!. Cara satu-satunya yaitu memerkosa kamu sampai kamu mengandung anak kita, dari pada kamu harus mengandung anak edan itu!.”
“Apa kamu sudah tidak waras tho, mas?!. Sadar mas... mohon ampun kepada sang maha kuasa. Jangan hanya mementingkan syahwat kamu!.”
Baru saja jemari Farhan ingin menyingkap daster wanitanya kalau tidak secara mendadak pintu kamar terdobrak dari luar, membuat mereka berdua berada dalam kamar begitu terkejut. Farhan menghentikan perbuarannya, lantas menoleh menatap arah pintu mendapati Kangmas-nya yang sedang berdiri di ambang pintu dengan tatapan terheran.
Farhan langsung mengumpat telah teledor lupa mengunci pintu kamar, sialan. Itu karena tadi terlalu menggebu-gebu ingin segera melakukannya bersama wanitanya.
“Kenapa Farhan menimpa Fani?. Itu akan membuatnya sakit!.” seruan keras Abas menatap mereka berdua dengan tidak ada perasaan malu atau marah.
“Lebih baik sampeyan diam, kang!. Jangan mengganggu urusan kami berdua yang akan membuat anak. Metu kana!.” Farhan bertutur ketus, tanpa memperdulikan kehadiran Abas berada di antara mereka. Tangannya kembali menggerayang tubuh wanitanya tanpa melihat wajahnya yang berubah membenci.
Sebuah tamparan kuat melayang membekas di sisi muka Farhan. Farhan langsung terdiam bertatapan bersama wanitanya yang ternyata menangis meneteskan air mata.
“Itu tidak akan pernah terjadi, mas!. Adik bakalan setia bersama Mas Abas biarpun orang mengatakan suami adik tidak normal, tetapi menurut adik sendiri. Mas Abas adalah lelaki paling sempurna.” Fani berkata tegas lalu mendorong kasar tubuh Farhan supaya menjauh dari tubuhnya.
Fani segera turun ranjang dan membenarkan pakaiannya yang terlihat berantakan. Setelah itu berjalan mendekati Abas menatap pria itu penuh kelembutan.
Abas sempat menatap Farhan, mendapati matanya penuh kebencian melihat kemesraan mereka berdua. Secara tidak sengaja mata Kangmas dan Adik itu saling bertemu, sesuatu tidak terduga Abas perlihatkan, samar-samar senyuman tipis dari sudut bibirnya. Farhan langsung terperangah menatap tidak percaya barusan apa yang Abas perlihatkan kepadanya, seperti tatapan mengejek.