Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Kehilangan

Air mata terus saja membajiri wajahku tanpa henti, padahal aku sudah berusaha mengusapnya namun selalu saja jatuh lagi. Bagaimana tidak, aku kehilangan seorang sosok ayah yang selama ini selalu mencintaiku dan memanjaku akan tetapi kini dia telah pergi jauh dan tidak akan bisa lagi menjemputku saat pulang sekolah. Ya, ayahku meninggal karena sakit parah yang selama ini tidak kunjung sembuh dan pagi tadi ayahku kambuh dan naasnya ayah tidak bisa di tolong lagi.

”Lena, ayo kita pulang. Sampai kapan kamu akan menangisi ayahmu yang sudah meninggal,” ucap wanita paruh baya yang saat ini berada di belakang Arlena.

“Tcih! Apa lebih baik kita tinggalkan saja dia, Ma,” ucap Selina ketus.

“Ya, kamu benar juga Selina,” ungkap wanita paruh baya itu lalu dengan segera Selina mengikutinya dibelakang meninggalkan area pemakaman.

Sedangkan Arlena masih berada di tempatnya dan enggan untuk meninggalkan pusaran ayahnya. Sungguh Arlena masih belum menerima kenyataan jika sang ayah akan meninggalkan dirinya selamanya.

“Ayah, kenapa tinggalin Lena sendirian. Saat ini Lena tidak punya siapa-siapa lagi,” gumamnya dengan isak tangis yang begitu memilukan.

Seolah dunia Arlena runtuh begitu dalam karena kehilangan sosok yang selalu menjadi penyemangatnya. Arlena menghela nafas sejenak, lalu setelah itu dia berdiri dan berjalan meninggalkan makam ayahnya. Arlena tidak tahu setelah kepergiaan ayahnya, apakah hidupnya akan bahagia atau bahkan menderita karena saudara dan ibu tirinya itu tidak menyukai dirinya.

Hari sudah semakin malam dan tepat saat ini Arlena baru saja menginjakkan kakinya di rumah, akan tetapi saat dia baru saja membuka pintu rumah tiba-tiba saja tubuhnya didorong keluar oleh Selina.

“Argh!”

“Buat apa kamu pulang kerumah ini lagi. Arlena lebih baik kamu pergi dari rumah ini karena aku dan mama tidak akan pernah sudi menampungmu lagi di rumah ini dan satu hal yang harus kamu tahu rumah ini adalah milik kami dan kamu tidak memiliki hak lagi,” ucap Selina.

Arlena menggelengkan kepalanya dan menatap Selina serta mama tirinya bergantian, “Apa m-maksudnya, Ma?

“Apa kamu tuli! Perluh kamu ingat Arlena setelah ayahmu meninggal kamu tidak punya hak tinggal dirumah ini lagi dan sebaiknya kamu cepat tinggalkan rumah ini. Segera bereskan barang-barangmu Arlena dan jangan pernah sekali pun menapakkan kakimu di rumah ini karena aku tidak sudi melihat wajahmu lagi,” ketus Calista, mama tiri Arlena.

Arlena hanya bisa kembali menangis, bagaimana bisa dia di usir dari rumahnya sendiri dan dia harus pergi kemana karena Arlena sudah tidak memiliki sanak saudara lagi dan hanya peninggalan rumah ayahnya ini satu-satunya tempat berlindung akan tetapi kini dia juga harus pergi dari rumah ini.

Dengan langkah yang berat Arlena berdiri dan berjalan secara gontai menaiki tangga ke lantai dua dimana kamarnya berada. Arlena memasuki kamarnya dan segera mengemasi semua barang-barangnnya.

Saat ini Arlena berjalan menyusuri jalan yang sepi sendirian dengan membawa dua kopernya, Arlena tidak tahu harus pergi kemana. Arlena juga tidak memiliki uang banyak untuk membayar kost, sungguh dia sanggat takut dengan keadaannya saat ini. Saat dirinya terus berjalan di jalanan yang sepi tiba-tiba saja ada dua pria yang menghalanginya dan Arlena sangat takut.

“Hai, gadis manis mau pergi kemana malam-malam begini?” tanya salah satu pria yang bertampang sangat menakutkan.

“Aku mohon jangan ganggu aku, kalian bisa mengambil barang-barang berharga yang aku miliki akan tetapi jangan ganggu aku,” mohon Arlena.

Sayangnya dua pria itu tidak lagi memperdulikan ucapan Arlena dan kedua pria itu segera menyeret Arlena kearah semak-semak dan tentunya tidak akan pernah ada orang yang mengetahuinya. Teriakan Arlena pun tidak aka nada yang mendengarkannya, dan mala mini Arlena begitu hancur karena dirinya telah dinodai oleh kedua pria itu. Arlena hanya bisa menangis dan meratapi nasibnya yang saat ini begitu sial.

Pagi pun telah menyapa, Arlena membuka matanya dengan merasakan kepalanya yang begitu sangat pusing. Arlena mengedarkan pandangannya kesegala penjuru, dia tidak tahu saat ini dirinya sedang berada dimana karena semalam yang dia ingat saat dilecehkan kedua preman itu hingga dirinya kehilangan kesadarannya.

Arlena pun mencoba untuk duduk dan dirinya bersandar pada heandbord ranjang yang dia gunakan. Sepi tidak orang, hingga akhrinya pintu pun terbuka dan masuklah sosok pria yang sangat begitu familiar hingga pria itu pun berjalan mendekatinya dan dengan jelas dia bisa mengenali sosok pria itu.

“D-damian,” ucap Arlena dengan suaranya pelan dan terputus-putus.

Pria itu hanya menatapnya sejenak, lalu dia mendudukkan dirinya di samping Arlena, “Apa kamu tidak apa-apa? Aku menemukanmu di semak-semak yang tidak jauh dari rumahku dan aku menemukan dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Apa yang terjadi dengan dirimu Lena?”

Arlena hanya bisa menggelangkan kepalanya lalu air matanya kembali turun dengan derasnya, ternyata kejaidian semalam itu bukan hanya mimpi namu semua yang dialaminya itu sangat nyata. Hilang sudah masa depan Arlena dan kini dia harus apa? Arlena sungguh sangat takut.

“Shttt, Lena. Jangan menangis,” ucap Damian.

Akan tetapi tangisan Arlena semakin menjadi-jadi sehingga membuat Damian bingung dan tidak tahu harus bagaimana menenangkan Arlena. Dia tahu jika saat ini gadis yang ada di hadpannya sedang tidak baik-baik saja.

“Damian, aku takut. Aku saat ini adalah gadis kotor dan bahkan aku juga tidak tahu saat ini akan pergi kemana,” ucap Arlena dengan suaranya yang serak ditambah dengan Arlena yang menangis.

“Apa maksud kamu, Arlena. Kamu akan aku antarkan pulang pasti mamamu dan Selina akan mengkhawatirkanmu,” ucap Damian.

“Tidak! Bahkan mereka sudah mengusirku dari rumah Damian karena ayah sudah meninggal jadi mereka bebas melakukan apa saja terhadap diriku,” ucap Arlena.

Damian hanya bisa menghela nafas panjangnya, bagaimana ada orang sekejam itu yang mengusir anaknya meski anak tiri walau bagaimana juga itu sudah menjadi anaknya. Damian tidak tahu lagi harus bicara apa karena dia tahu pasti saat ini Arlena begitu sangat hancur ditambah dengan kehilangan sosok ayah yang sangat menyayanginya.

“Damian, apa aku masih pantas hidup? Aku sudah kotor Damian. A-aku takut,” ucap Arlena dengan tubuhnya bergetar kuat.

Damian langsung memeluk tubuh mungil Arlena dwngan begitu erat untuk memberikan sedikit ketenangan. Sungguh dia juga sangat prihatin dengan keadaan Arlena yang seperti saat ini.

“Lena, tenanglah. Aku akan berada di sisimu selalu, aku akan melindungimu, Lena,” ucap Damian.

Sedangkan Arlena tangisannya semakin pecah dan tak bisa untuk dihentikan. Damian dengan sabarnya dalam keadaan mereka masih berpelukan mengusap lembut punggung Arlena agar lebih tenang dan saat itu juga tanpa sadar Arlena tertidur dalam pelukan Damian.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel