Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

11. Anunya Bang Jaja Gede

Sejak kejadian memalukan dua hari yang lalu, Yasmin tidak pernah datang lagi ke resto. Rasa malu dan kesal yang sudah sampai ke ubun-ubun. Dimana dirinya telah tanpa sengaja jatuh di atas tubuh Jaja, karyawannya. Yang lebih memalukan lagi, lelaki brondong itu malah pingsan karena tertindih oleh tubuhnya yang montok.

Yasmin menepuk-nepuk jidatnya, kenapa ingatan kejadian memalukan itu selalu saja datang di kepalanya?. Apa dia segendut itu? sehingga mampu membuat lelaki itu pingsan. Yasmin menoleh ke arah cermin yang tepat berada di depan ranjangnya. Mutar tubuhnya ke kanan dan ke kiri.

Sepertinya tidak gemuk apalagi gendut, dengan memiliki tinggi 170cm dan berat 65kilogram. Ia rasa ia hanya montok saja. Aah...pusing-pusing.

"Amih kenapa?pusing?" Tanya Reza saat melihat ibunya menepuk-nepuk kening di atas ranjang.

"Iya, Bang. Sedikit kok!" Sahut Yasmin, sambil menarik tangan Reza agar duduk di dekatnya.

"Ada apa sayang?"

"Abang mau beli buku, Amih. Buku dinosaurus."

"Oh, gitu. Oke! Sekarang abang ganti baju, amih juga mau ganti baju. Setelah itu kita ke toko buku, lalu makan es krim. Gimana?"

"Yeeey...terimakasih, Amih!" Pekik Reza kegirangan. Sambil berlari cepat keluar dari kamar ibunya.

Anak lelaki kecil itu, memang tipe anak mandiri. Dia mampu mengurus dirinya sendiri, seperti mandi, makan dan berpakaian. Tidak pernah ia merengek minta tolong kepada bik Narsih ataupun Yasmin , selagi ia mampu melakukannya sendiri.

Disinilah letak rasa syukur Yasmin, memiliki anak yang cerdas, sholeh dan mandiri. Karena dari itu, ia dan almarhum suaminya merasa sudah cocok memberikan adik untuk Reza. Namun, belum terlaksana. Suaminya sudah terlebih dahulu dipanggil oleh yang Maha Kuasa.

"Amih, melamunnya belum selesai? Ayo, abang sudah ganteng!" Reza menyeringai, memperlihatkan dua gigi depannya yag baru saja semalam copot.

"Eh, iya. Sebentar ya, Bang. Amih pakai lipstik dulu." Yasmin merapihkan rambut dan riasannya dengan cepat. Bukan make up tebal sih, hanya memakai sunblock dan juga bedak tabur, tidak lupa lipstik bewarna merah muda menghiasi bibir seksi miliknya.

Dengan menggunakan sedan mini cooper merah marun miliknya, ia berkendaraan menikmati hari minggu bersama anak semata wayangnya, menuju toko buku.

****

Jaja menepati janjinya pada Maya tetangganya, untuk menemaninya ke toko buku yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mereka. Untung saja, minggu ini Jaja diberi libur, diganti hari minggu depan ia harus masuk.

"Mau kemana udah rapi?" Tanya bu Ambar saat melihat anak lelakinya memakai gel rambut, lengkap dengan baju kaos berkerah serta celana jeans yang robek bagian dengkulnya. Bukan karena modelnya memang seperti itu, melainkan karena celana itu robek saat ia pernah jatuh dari motor bersama Nanang.

"Mau ke toko buku, Mak."

"Emak lagi! Udah dikasih tahu manggilnya mama."

"Deh, iya dah tuh. Keseleo mulu, Mah. Lidah Jaja." Sahut Jaja sambil menyeringai, ia mengeluarkan dompetnya. Alhamdulillah masih ada uang tujuh puluh ribu, ditambah satu lembar uang seratus ribu, uang yang dia dapat sebagai uang mingguan yang diberikan pihak resto.

"Sama Maya?"

"Iya, Mah. Jaja udah janji soalnya."

Bu Ambar duduk di kursi plastik sambil terus memerhatikan Jaja.

"Lu bukan pacaran sama Maya, kan? Emak pokok ga redo!" Suara bu Ambar sedikit sewot.

"Mamah sayang, bukan emak!" Jaja terkekeh, membetulkan ucapan bu Ambar yang keceplosan menyebut dirinya emak.

"Iya, Mah. Cuma temenan doang kok, ga mungkin jadi demenan. Lagian ada cewe yang Jaja taksir, Mah. Cantik, tinggi, montok janda lagi."

Plaakk...plaaakk..

Bu Ambar memukul lengan Jaja dengan kesal.

"Duh, mulut lu gue cabein nanti, Ja. Bangga bener demen sama janda. Janda yang mana? Si Kartika janda itu?" Tanya bu Ambar dengan kesal, memang tidak jauh dari rumah Jaja, masih tetangga ada dua orang janda yang masih muda, yang satu ditinggal kawin yang satu lagi ditinggal meninggal.

"Bukan, Mah!"

"Trus, apa si Novi janda gatel?"

"Hahahaha... ya digaruk, Mah. Kalau gatal." Celetuk Jaja sambil terbahak. Ia mencium punggung tangan bu Ambar.

"Jidat lu belum sembuh juga?" Tanya bu Ambar, saat memerhatikan kening anaknya yang sudah hampir empat hari tertutup plester.

"Belum, Mah. Lukanya aga dalem soalnya." Sahut Jaja sambil menahan tawanya.

"Jalan dulu ya, Mak. Eh...mamah."

"Assalamua'laykum" pamit Jaja sambil mecolek pipi bu Ambar. Wanita paruh baya itu masih saja cemberut.

Jaja keluar dari gang kecil rumahnya, lalu masuk ke gang sebelah, dimana letak rumah Maya. Sesekali ia tersenyum menyapa ibu-ibu dan anak muda yang kebetulan memang ia kenal. Setelah sampai di rumah Maya dan meminta izin pada ibunya Maya, Jaja dan Maya berjalan beriringan sampai di depan gang. Lalu memberhentikan angkot yang akan melalui toko buku yang mereka tuju.

Maya banyak bercerita tentang teman kampusnya dan suasana kuliah dengan beasiswa. Jaja mendengarkan dengan baik sambil memberikan komentar. Sayang sekali ia orang tidak mampu, sehingga tidak bisa kuliah. Namun satu janji Jaja pada dirinya, suatu hari nanti, saat ia dimampukan untuk kuliah, maka dia akan kuliah. Walaupun mungkin nanti dari segi usia sudah terlambat.

Jaja mengeluarkan uang recehan delapan ribu untuk membayar ongkos angkot, dari saku celana jeansnya.

"Biar saya saja yang bayar, Ja!" Seru Maya sambil mengeluarkan dompetnya.

"Eh, ga papa May, gue kan ga bisa beliin lu buku, jadi biar gue yang bayar ongkosnya aja." Sahut Jaja sambil tersenyum, senyum yang sangat disukai oleh Maya.

"Terimakasih ya ,Ja. Maaf jadi merepotkan!" Wajah Maya bersemu merah, tidak salah lagi pilihannya tepat untuk menyukai lelaki seperti Jaja. Walaupun dari kalangan kurang mampu, tetapi Jaja tetap menjaga harga dirinya sebagai lelaki yang tidak mau aji mumpung terhadap wanita.

"Kiri, Bang!" seru Maya dengan suara sedikit dikeraskan. Lalu keduanya turun dan Jaja membayarkan ongkos angkotnya.

Mereka berjalan bersisian sambil sesekali tersenyum.

"Mau cari buku apa sih, May?" tanya Jaja Saat mereka sudah masuk ke dalam toko buku besar tersebut.

"Buku novel, Ja. Sama buku kuliah, tentang manajemen."

"Oh, kamu suka novel?"

Maya mengangguk. "Terutama novel tentang cinta dan horor." Sahut Maya sambil langkahnya masuk ke lorong buku novel. Jaja masih setia mengekori Maya sambil melihat-lihat juga koleksi buku novel yang ada disana.

"Aku ke bagian teknik ya, May"

Maya mengangguk, lalu kembali fokus pada rak buku novel. Sedangkan Jaja sudah berjalan menuju lorong ke tujuh, dimana letak buku-buku pertukangan.

"Abang Jaja!" suara anak kecil yang sangat familiar di telinganya, memanggil namanya. Jaja menoleh, matanya melotot saat melihat Reza dan tentu saja Yasmin sedang menatap ke arahnya.

Reza menarik lengan Yasmin agar mereka menghampiri Jaja, sedagkan Jaja sendiri sudah salah tingkah.

"Haloo abang!" sapa Reza ramah, sambil tersenyum. Saat keduanya sudah berdiri berhadapan.

"Hallo, Reza," jawab Jaja sambil tersenyum ceria.

"Amih, kenalin. Ini abang Jaja,yang waktu itu nyungsep di rumah kita. Hahahahaha..." Reza terbahak sambil melihat Jaja, ia pikir amihnya lupa akan Jaja.

"Iya, Amih tahu. Yuk kita liat buku lagi!" Ajak Yasmin, kini ia yang menarik tangan Reza. Jujur, sebenarnya Yasmin belum siap untuk bertemu Jaja lagi.

"Tidak mau ah! Abang mau ngobrol sama abang Jaja. Ya kan, Bang?" Yasmin pasrah, akhirnya ia membiarkan Reza bicara dengan Jaja. Sepertinya, Reza senang sekali bisa bertemu Jaja disini. Yasmin memilih masuk ke lorong buku art, namun sesekali melirik Reza yang sepertinya sedang seru berbicara pada Jaja.

"Abang mau beli apa?"

"Beli kambing,Za. Hehehe...ya beli buku, Za."

"Oh, Eza kirain abang beli obat. Hehehe..." lagi-lagi Reza terkekeh, sengaja menggoda Jaja.

"Soalnya kening abang pakai plester. Abang nyungsep lagi?" Kali ini pertanyaan Reza dengan suara cukup keras, membuat Yasmin menoleh ke arah Jaja. Lelaki itu tahu jika saat ini bosnya sedang memerhatikannya.

"Bukan, abang kejedot ubin."

"Nyungsep dong bang namanya, kalau kejedot ubin. Sama aja itu maksudnya."

Hahahhahaha Jaja terbahak keras, tangannya mengusap rambut Reza yang sedikit ikal. Anak pinter. Jaja bermonolog.

"Aduh, Amih! Abang mau pipis." rengek Reza memanggil Yasmin, wanita cantik itu menghampiri Reza.

"Yuk, amih antar!"

"Gak mau kalau di toilet wanita, maunya ditoilet pria," ujar Reza sambil menahan lenganya yang tengah di tarik Yasmin.

"Sayang, amih ga mungkin masuk ke toilet laki-laki. Amihkan perempuan." Yasmin berujar sangat lembut, agar Reza paham maksudnya.

"Mmm..maaf, Bu. Biar Reza sama saya saja ke toiletnya, kebetulan saya juga mau kesana."

Sedikit ragu Yasmin pada ucapan Jaja. Namun, daripada harus dirinya yang masuk ke toilet laki-laki, lebih baik ditemani Jaja saja.

"Amih, ini kebelet. Amih melamun terus nih!" Reza sudah merapatkan kedua pahanya, ia benar-benar ingin buang air kecil.

"Ya sudah sana sama abang Jaja." Akhirnya Yasmin memberi izin, kedua lelaki itu kini berjalan ke arah toilet laki-laki. Yasmin kembali ke lorong buku masakan,ia sudah memasukkan tiga buku aneka masakan ke dalam kantong yang akan dibawa ke kasir. Di dalamnya juga sudah ada tiga buku dinosaurus milik Reza.

Di toilet, Reza mengikuti Jaja masuk ke dalam bilik kamar mandi. Reza membuka risleting celana panjangnya lalu ia pipis, sedangkan Jaja menunggu Reza di pintu.

"Udah, Bang!" Reza mengaitkan kembali risletingnya.

"Tunggu ya, sekarang abang yang pipis. Eza tunggu disini ya, jangan kemana-mana." pesan Jaja pada Eza, sekarang bergantian Jaja yang masuk ke dalam bilik kamar mandi, namun pintunya tidak di kunci, hanya ditutup sedikit.

"Udah belum, Bang?" Reza memasukkan kepalanya melihat keadaan apakah Jaja sudah selesai buang air kecil atau belum.

"Eh, tutup Za. Abang malu." Jaja memalingkan tubuhnya, ia baru saja akan membersihkan alat kelaminnya dengan air.

Setelah keluar dari kamar mandi, Jaja mengantar kembali Reza ke lorong dimana ada Yasmin tengah memilih buku.

"Aamiiih...!" seru Reza memanggil ibunya. Kakinya bahkan ia ajak berlari menghampiri lorong buku tempat ibunya berdiri. Jaja masih mengikuti dari belakang.

"Amih tadi abang liat sesuatu," ujar Reza dengan antusias.

"Oh iya, lihat apa, Bang?"

"Titit Abang Jaja guede banget!"

*****

Cuz vote dan ramaikan komentarya ya. Terimakasih?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel