10. Mencium Jaja Lagi
Yasmin dan Jaja kini duduk di ruangan Maria. Suasana pagi yang awalnya ceria, mendadak panas saat Yasmin menarik Jaja naik ke ruangan Maria. Bahkan Maria dan chef Rahman yang sedang asik berdiskusi, ikut terusir dari ruangan.
"Ada apa sih?" Tanya Maria pada Faisal. Wajahnya masih kebingungan, saat turun dari lantai dua ruangannya.
Faisal hanya mengangkat bahunya tidak paham.
"Emang Yasmin kenal dengan Jaja? Jaja kan baru berapa hari kerja." Tanya Maria lagi pada Faisal, lagi-lagi Faisal mengangkat kedua bahunya sambil mencebik.
"Sakit bahu lu ya, Sal. Dari tadi ditanya cuma angkat bahu. Udah sana ke dapur!" Titah Maria dengan wajah sewot.
Sementara itu, di ruangan Maria. Yasmin tengah duduk dengan wajah tegang. Ia menatap Jaja dengan tajam, lelaki di depannya ini masih berdiri dengan menundukan wajah.
"Kamu tahu kesalahan kamu apa?" Lantang suara Yasmin bertanya pada Jaja.
"Tahu, Bu. Soal nyamuk tua".
"Siapa nyamuk yang kamu maksud?"
"Hewan serangga, Bu." sahut Jaja dengan polosnya, bahkan otak mekaniknya mendadak gagap jika berhadapan dengan Yasmin.
"Bukan itu maksud saya, Jaja!" pekik Yasmin dengan garang. Membuat Jaja sedikit kaget. Susah payah dia menelan salivanya. Aduh, semakin Yasmin berteriak di depan Jaja, bukannya Jaja takut. Malah Jaja semakin terpesona.
"Kamu menyindir saya?" kali ini Yasmin berdiri, tubuhnya bersandar pada meja kerja Maria. Tangan ia lipat di dada, membuat jantung Jaja semakin tidak normal.
"Bu...bukan.., Bu." sahutnya kikuk. Kedua bola matanya hanya berani menatap lantai.
"Siapa maksud kamu nyamuk tua?"
"Ibu...eh...salah!" Jaja menutup mulutnya yang asal bicara.
Yasmin menarik nafas panjang. "Kamu masih ingin bekerja?"
"Iya, Bu. Masih. Kalau saya tidak kerja. Bapak dan emak saya, eh...mamah saya. Mau makan apa? Siapa yang tanggung jawab kalau mereka kelaparan." oceh Jaja yang semakin tidak jelas, membuat Yasmin gregetan.
"Bukan urusan saya! Kalau kamu masih mau bekerja di sini, tolong jangan pernah muncul di hadapan saya. Sial terus nasib saya."
"Iya, Bu. Saya tidak akan terlihat, seperti angin yang hanya bisa dirasakan tanpa mampu disentuh."
"Udah sana!" Yasmin mengibaskan tangannya mengusir Jaja keluar dari ruangan Maria. Kata-kata Jaja barusan membuat Yasmin enneg.
"Mmm...Kening kamu kenapa?"
Pertanyaan Yasmin membuat Jaja menghentikan langkahnya. Dengan jantung berdebar, Jaja berbalik menatap Yasmin yang sedikit kikuk.
"Ini semalam dicium ibu, masa ibu lupa. Saya aja sampe ga bisa tidur kalau inget itu."
"Jangan sampai karyawan disini tahu kalau saya yang...cium"
Jaja menyeringai. "Siap, Bu. Akan saya simpan dalam hati saja."
Yasmin mati-matian menahan mulutnya agar tidak tertawa mendengar ucapan alay Jaja.
"Dasar bocah aneh! Sudah sana!" Yasmin kembali mengusir Jaja dengan tangannya.
Dengan wajah penasaran, Maria masuk kembali ke ruangannnya sambil menginterogasi Yasmin. Maria adalah teman kuliah Yasmin dahulu, ia dipercaya Yasmin untuk membantunya mengelola restoran lesehan milik Yasmin. Ada tiga cabang restoran yang terletak di daerah Bogor, Tangerang dan Kebayoran lama. Cabang Kebayoran lama yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah Yasmin. Menjadi tanggung jawab Maria.
Yasmin menceritakan awal mula ia kenal Jaja, sampai segala tingkah aneh Jaja yang membuatnya jengah. Tetapi Yasmin tidak menceritakan peristiwa tadi malam, dimana ia mencium kening Jaja.
"Serius?dia kentut di depan lu?"
"Wah, beneran Jaja tidak sopan! Hahahahaha..." Maria menertawakan nasib sial yang menimpa Yasmin bila bertemu dengan Jaja.
"Trus hari ini dia bilang lu nyamuk tua?hahahahahha...aduh, sakit perut gue masih pagi." Maria masih saja tertawa, tepatnya menertawakan Yasmin.
"Jodoh lu kali, Mak!" Ledek Maria sambil memberikan laporan yang diminta Yasmin.
"Ngaco aja! Jangan sembarangan ngomong deh."
"Iya sorry deh, bu bos! Lu masih sedih ya?"
"Hhhhuufff...ya sudah gue tinggal ya, gue mau ke pantry dulu liat anak-anak." Pamit Maria pada Yasmin.
Jam sebelas siang, suasana resto mulai dikunjungi pembeli. Bahkan sudah ada dua meja yang di booking untuk rapat oleh sekelompok orang. Suasana mulai sibuk, Yasmin tidak turun ke bawah, ia hanya memantaunya dari CCTV.
Disana terlihat chef Rahman cukup sibuk meracik masakan dibantu oleh Faisal. Sedangkan Mala dan Desy sedang sibuk mencatat pesanan pembeli, lalu dimana Jaja? Yasmin memajukan tubuhnya, memerhatikan di layar monitor. Dimana gerangan bocah aneh itu, jangan bilang dia males-malesan bekerja.
Namun kedua bola mata Yasmin menangkap gerak Jaja yang sedang membuang sampah di belakang. Apa yang dilakukannya? Kening Yasmin berkerut.
"Ya Allah mimpi apa saya?semalam dicium." Jaja mengusap-usap keningnya.
"Sekarang tangan saya dipegang. Ya Allah, saya deg-degan."
Dengan sikap masa bodoh, Jaja menggaruk kupingnya sambil merem keenakan. Yasmin yang melihat Jaja sedang mengorek kuping menjadi kesal sekaligus jijik. Tidak lama setelah itu, Jaja memang mencuci tangannya, nampak kelegaan di wajah Yasmin. Paling tidak ia sudah steril saat masuk kembali ke dalam restoran.
"Lu lagi merhatiin Jaja?"
Deegg...
Yasmin tidak bisa mengelak, saat dirinya kepergok Maria sedang memperhatikan Jaja dari layar televisi CCTV.
"Gak kok, kebetulan aja dia lagi nongol disitu selesai buang sampah." elak Yasmin sambil membuang pandangannya ke arah lain. Yasmin berpura-pura membuka ponselnya, karena memang sedari tadi ponsel itu terus saja berbunyi.
Maria hanya mengulum senyum, ia kembali duduk di sofa, sambil fokus kembali pada laptopnya.
Raut wajah Yasmin berubah cerah, saat pesan yang masuk dari sebuah nama. "Alex", lelaki yang pernah menjadi kekasihnya semasa SMA. Lelaki itu mengajak bertemu dengan teman SMA yang lainnya. Tentu saja Yasmin setuju, sepertinya dia memang perlu berkumpul dengan teman-temannya, agar rasa kehilangannya sedikit berkurang.
Yasmin melihat jam di tangannya, sudah pukul sebelas siang lebih tiga puluh menit. Sebentar lagi dia harus kembali ke pabrik.
"Mau makan siang disini?" tawar Maria saat melihat Yasmin sepertinya sedang membereskan berkas di atas meja.
"Boleh deh!"
"Nasi goreng seafood pedas, sama jus jambu." lanjutnya lagi, sambil kembali fokus pada ponselnya.
"Oke, sebentar."
Maria menyambungkan telepon ke lantai bawah. Tepat dimana seluruh karyawan sibuk dengam tugasnya masing-masing. Maria memesankan menu makan siang yang di request oleh Yasmin.
"Nih, Ja. Antar ke atas!" titah chef Rahman saat pesanan Yasmin selesai dibuatkan.
"Jangan saya, Pak! Bu Yasmin tidak mau ketemu saya. Bisa ketiban sial katanya."
"Trus siapa yang antar?semua juga pada sibuk. Masa iya saya yang antar." chef Rahman memandang Jaja dengan tidak suka. Baru masuk saja sudah belagu, tidak mau disuruh-suruh, pikir chef Rahman. Padahal Jaja sebenarnya ketakutan dengan Yasmin.
"Udah ga papa, anter sana!kalau ditanya, tinggal bilang semua orang pada sibuk, lu doang yang longgar."
Jaja akhirnya pasrah, membawa nampan berisi nasi goreng seafood dan jus jambu biji untuk Yasmin. Jaja sempat mengintip ke dalam ruangan, kemana bu Maria? Jaja tidak melihatnya, padahal maksud Jaja, mau menitipkan makanan itu pada Maria saja. Namun, sepertinya keberuntungan kembali tidak berpihak padanya. Ia harus mengantarkan sendiri makanan itu kepada Yasmin.
Sambil mengucap bismillah, Jaja memberanikan diri untuk mengetuk pintu ruangan Maria.
Tok...tok..
"Masuk!" seru Yasmin dari dalam ruangan. Jaja membuka pintu sedikit saja, tanpa memperlihatkan kepalanya.
"Masuk saja!" seru Yasmin lagi.
"Maaf, Bu. Kata ibu, tidak mau lihat saya. Jadi saya antar piring makan sama jusnya dari sini saja ya, Bu." ucap Jaja dengan gemetar. Tangannya mengulurkan piring.
"Ck...haduh, ribet banget sih!" gerutu Yasmin sambil berjalan ke arah pintu dan mengambil piring yang diberikan Jaja.
"Ini, Bu. Minumnya!" Jaja mengulurkan lagi satu gelas tinggi jus jambu biji. Masih tanpa berani melihat Yasmin. Tanpa sengaja, jemari Yasmin bersentuhan dengan jemari Jaja. Keduanya terkesiap, yang paling kaget adalah Jaja.
"Maaf, Bu!" cepat Jaja turun ke lantai bawah, dadanya bergemuruh. Jemari yang tanpa sengaja disentuh oleh Yasmin tadi, ia bawa ke hidungnya, lalu membaui dengan senang.
Sedangkan Yasmin, segera mencuci tangannya di kamar mandi. Kuat Yasmin menggosoknya dengan sabun, merasa sangat ceroboh. Kenapa harus menyentuh jemari Jaja? semalem malah nyium keningnya. Ya Allah, sial...sial...! Umpat Yasmin dengan kesal. Bahkan makan siangnya tidak mampu ia telan, karena merasa malu dan kesal dengan dirinya sendiri.
Cepat ia menghabiskan minumannya saja, lalu keluar dari ruangan Maria. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, lantai dua juga sudah terisi beberapa meja. Karena memang sudah masuk waktu makan siang. Yasmin tidak menemukan Maria di atas, sambil menenteng tas mahalnya, Yasmin turun ke bawah dengan anggun.
Ia tidak memerhatikan langkah turun dari tangga, sehingga tubuhnya limbung dan...
Buuggg...
Yasmin jatuh tepat disaat Jaja lewat dengan membawa nampan kosong.
"Aaauu...." pekik Yasmin saat merasa kaget dan sakit pada mata kakinya. Nafasnya seketika berhenti, saat melihat lelaki yang saat ini berada di bawahnya. Mata Yasmin melotot, sedangkan Jaja yang juga kaget, keduanya saling pandang, sampai akhirnya pandangan Jaja kabur, ia pingsan.
****
Maafkan baru sempat update????tinggalkan jejak vote dan komentarnya yaa?