Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Pulang Dari RS

Juki memeluk Joko dia datang berniat untuk silaturahmi tapi Joko sekeluarga tidak ada di rumah. Juki sedih melihat dirinya diarak warga dituduh pelaku perusakan di rumah Joko.

“Bukan aku pelakunya Jok, aku datang rumah kamu sudah berantakan. Tapi warga menuduh aku pelakunya.” Juki sedih berharap Joko percaya padang.

“Maaf Pak RT saya yakin bukan Bang Juki pelaku, dia Kakak saya. Jadi tidak mungkin dia yang melakukan hal itu, kalian semua salah faham. Pelakunya adalah orang yang mempunyai gelang ini.” Joko menunjukkan gelang yang dia temukan di teras rumahnya.

Akhirnya warga dan Pak Rt meminta maaf pada Juki. Mereka pulang bersama, Juki baru dengar bahwa Jamila sakit jadi dia kesini. Juki membantu Joko untuk membersihkan rumahnya.

Besok Jamila pulang, jadi Joko harus menyiapkan rumahnya agar bersih. Juki merasa Adiknya sedang memikirkan sesuatu tapi dia tidak tahu.

“Apa yang kamu pikirkan?” tanta Juki mendekati Joko. Joko berhenti dari aktivitasnya, dia memandangi Kakaknya.

“Bu Santi minta agar Aji dan Jamila segera menikah. Aji kecelakaan karena menolong Jamila, karena hal itu dia lumpuh. Dan Bu Santi minta agar Jamila bertanggung jawab dengan menikah dengan Aji. Aku kasihan dengan Jamila Mas, dia pasti tertekan karena Bu Santi minta pernikahan dilaksanakan setelah Jamila pulang dari rumah sakit.” Joko sedih saat menjelaskan pada Juki.

Juki mengerti itu pilihan yang sulit, tapi mendengar Jamila sudah menyetujuinya, Juki tidak bisa memaksa. Juki hanya bisa mendoakan agar Jamila bahagia bersama Aji.

**

Esoknya Jamila sudah pulang dari rumah sakit, dia sudah terlihat lebih segar. Baru saja masuk ke dalam rumah, Bu Santi datang.

“Pernikahan Jamila akan dilaksanakan besok semua sudah aku siapkan datanya, tolong kalian tepati janji kalian.” Bu Santi masuk tanpa salam dan langsung berbicara tentang pernikahan.

“Bu, apa tidak bisa ditunda? Saya baru saja keluar dari rumah sakit. Nikah juga butuh persiapan Bu,” kata Jamila berharap agar Bu Santi mengerti. Tapi nyatanya Bu Santi tidak mau tahu.

“Tidak akan ada lamaran dan lainnya hanya akad nikah saja. Jadi jangan berharap kalian dapat lamaran dari kami.” Bu Santi berkata lalu melenggang pergi.

Tidak berapa lama ada tukang dekorasi datang, mereka telah dibayar Bu Santi untuk menyiapkan dekorasi sederhana di rumah Jamila. Jamila merasa ini semua terlalu cepat bagi keluarganya.

Tetangga yang melihat tampak bingung mendengar Jamila akan menikah besok. Bahkan mereka mencaci maki Bu Santi yang tidak punya hati.

“Bu Santi kayak gitu karena anaknya udah nggak laku, makanya dia maksa keluarga Jamila buat nikah sama Aji.” Kata Bu Nunung.

“Iya, kalau jadi aku mending aku kabur aja.” Kata Bu Emi menimpali. Bukan hanya mereka yang menggunjing, tapi banyak orang. Bu Santi seperti tidak punya rasa kasihan pada keluarga Jamila.

Jamila hanya bisa menangis, dia tidak mungkin melanggar janjinya. Jika dia melanggar maka Bu Santi akan marah pada kedua orang tuanya. Dan mereka akan malu jika Jamila kabur.

Hanya berusaha kuat yang Jamila lakukan, dia tidak ingin terpuruk dalam kesedihan. Menyesalpun tidak ada gunanya karena dia sudah berjanji. Dan janji adalah hutang dan harus ditepati.

Joko merasa bersalah dengan Jamila, karena telah memaksa Jamila untuk menikah dengan orang yang tidak dia cintai. Kini tinggal selangkah lagi, Jamila akan menjadi istri Aji. Joko berharap Aji bisa memperlakukan Jamila layaknya istri biasanya.

“Sudahlah, semua sudah terjadi. Berdoa saja yang terbaik untuk pernikahan Aji dan Jamila.” Juki memberi nasehat pada Adiknya.

“Iya Mas, tapi aku kasihan dengan Jamila. Aku takut jika Bu Santi memperlakukan dia tidak baik disana,” kata Joko khawatir akan Jamila nanti.

Jamila keluar dari kamar, Ibunya nampak sibuk menyiapkan acara dadakan tersebut. Beruntung Joko masih punya tabungan sedikit, setidaknya cukup untuk acara khajatan.

**

Bu Santi tidak menyiapkan acara lamaran, tidak akan ada barang bawaan dari pihak lelaki kecuali mahar. Aji merasa bahwa pernikahannya terlalu cepat. Tapi dia harus mau, lagi pula dia lumpuh juga karena Jamila.

“Kak jangan melamun terus, besok kamu akan menikah harusnya kamu bahagia. Oh ya kamu kan tidak cinta sama janda genit Jamila. Lupa aku,” kata Nana Adik Aji.

“Yang penting itu ada yang urus kamu, jangan sampai kamu merepotkan kami. Kami butuh waktu untuk kerja, Adikmu juga harus kuliah.” Bu Santi merasa keberatan dengan kelumpuhan Aji. “Lagian dia juga disini bisa urus rumah sekaligus urus kamu.” Bu Santi seakan ingin memanfaatkan Jamila.

Aji hanya pasrah dia tidak bisa berbuat apa-apa, selama ini dia memang merepotkan Mamanya. Bahkan Mamanya terang-terangan tidak mau merawat Aji, sehingga muncul untuk minta pertanggungjawaban Jamila.

Pak Edi suami Bu Santi merasa bahwa pernikahan ini hanya keinginan Bu Santi saja. Dia ingin lepas untuk merawat Aji sekaligus dapat orang yang bisa mengurus rumah.

“Pak, jangan larang Mama untuk menjadikan Jamila pembantu di rumah kita. Ingat dia yang udah buat Aji tidak bisa apa-apa. Dulu waktu Aji sehat di bisa bekerja dan ngasih kita jatah uang sekarang dia lumpuh tidak ada yang memberi kita uang.” Bu Santi berkata saat Aji sudah masuk kedalam kamarnya menggunakan kursi rodanya.

“Bu, Jamila itu menantu bukan pembantu. Ngapain sih kita harus bergantung pada Aji. Kita masih sehat masih bis kerja, lagi pula kita kan sudah punya usaha jadi nggak usah menuntut uang dari Aji.” Pak Edi berusaha menasihati istrinya. Tapi nyatanya tidak ada hasilnya, Bu Santi tetap tidak mau.

Bu Santi marah karena suaminya tidak mendukung, dia mengomel terus. Tidak akan ada yang bisa melarang keinginan Bu Santi termasuk Pak Edi. Akhirnya Pak Edi pasrah, dia tidak ingin berdebat dengan istrinya.

**

Bu Sri pergi belanja, dia bertemu para tetangga di warung. Mereka menanyakan perihal pernikahan Jamila yang mendadak itu.

“Yu Sri, gimana sih Bu Santi kok nggak pengertian sama keluarga kamu. Jamila kan baru keluar rumah sakit, eh dia langsung menyiapkan pernikahan,” kata Yu Atun.

“Nggak tahu aku Yu, aku Cuma mabur Bu Santi saja. Kalian tahu kan bagaimana Bu Santi,” Kata Bu Sri sembari membeli tahu dan tempe.

Setelah kepergian Bu Sri semua orang membicarakan bahwa Jamila tidak akan dilamar. Bahkan tidak akan ada pesta pernikahan, yang ada hanya ijab qobul saja.

“Kasihan Jamila, padahal dia primadona. Eh malah milih nikah sama pria lumpuh. Udah gitu Cuma ijab qobul aja nggak dapat lamaran. Bu Santi sama Pak Edi nggak modal banget sih,” kata Yu Atun.

“Kalian ngomongin saya,” kata Bu Santi yabg tiba-tiba datang. Yu Atun langsung saja kena malu, berharap Bu Santi tidak melabraknya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel