Pustaka
Bahasa Indonesia

JOTA AND I

79.0K · Tamat
Mbak Uti
35
Bab
1.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

Cia kira, dia akan punya banyak argumen dan menjadi musuh dari pria asing yang mendadak harus dipanggilnya sebagai suami. Tapi pria itu malah mewujudkan hal-hal di luar bayangan yang sudah Cia rencanakan. Pernikahan tiba-tiba yang mereka lakukan, nyatanya justru membuat keduanya saling membutuhkan dengan kedok sebagai teman.Sebenarnya, hanya Acacia Ivy yang merasa tinggal dalam satu rumah bersama orang asing. Sedangkan Declan Alva Reuven, dengan segala rahasia yang disimpannya, pria itu bertahan menghadapi banyak kenyataan pahit yang dibawa oleh sang istri di rumah tangga mereka.Kejadian demi kejadian terjadi. Untuk beberapa saat, Cia seolah masih berpegang teguh pada keinginan untuk bercerai. Tapi semua malah berbanding terbalik.Setelah semua keadaan semakin memburuk dan sudah terlambat diperbaiki, Cia malah ingin bersama Declan sebagai istri yang sesungguhnya. Dan kenyataan menampar keras keduanya dengan akhir yang sungguh tidak terduga.

Cinta Pada Pandangan PertamaMenantuRomansaMetropolitanSweetPernikahanIstriFlash MarriageBaper

PROLOG

“... dengan mas kawin tersebut tunai.”

Terdengar gemaan ucapan syukur saat pria dengan wajah yang kini terlihat lega itu mengucapkan kalimat sakral ijab kabul dalam satu tarikan napas.Tidak ada yang menyangka jika Declan Alva Reuven akan menikah begitu tiba-tiba dan benar-benar sudah menjadi seorang suami. Bagi Declan, hal itu terdengar menyenangkan.

Gadis dengan gaun pernikahan sederhana itu baru saja keluar dan berjalan menuju pelaminan. Kepala Declan sudah mendingin. Sungguh berbanding terbalik dengan telapaknya yang sedikit basah karena kegugupan. Telinganya bahkan tak bisa berbohong sebab sudah memerah malu. Tapi bukan Declan namanya jika tidak bisa menutupi rasa gugup dengan baik. Pria itu bahkan kini sudah mengulurkan tangan untuk menyambut kedatangan sang istri yang mendelik kesal.

“Cantik sekali, istriku,” bisik Declan sesaat setelah sang istri sampai di pelaminan.

Kerlingan dari Declan membuat gadis di sampingnya mendengus kesal. Ingin rasanya Declan terkekeh, jika saja gedung ini tidak ramai oleh para tamu undangan, Declan mungkin sudah mengejek habis-habisan Acacia Ivy yang sekarang sudah menggandeng lengannya.

“Bacot!” umpatan lirih dari gadis itu membuat Declan malah melancarkan kekehannya lirih.

“Mari ikuti permainan yang lo mulai, I. Karena gue bakal dengan senang hati mengikuti alurnya.” Declan memegangi telapak sang istri untuk berjalan ke pelaminan.

Wajah sang istri semakin terlihat sebal. “Kita punya banyak hal yang harus didiskusiin setelah ini,” balas Cia lirih.

Mereka sudah berdiri di tengah pelaminan. Beberapa para tamu undangan melihat ke arah mereka dari bawah dan mengambil sebuah foto dari pengantin yang sangat serasi ini. Declan bahkan sempat melambaikan tangan pada beberapa temannya yang datang.

“Di mana? Rumah Papi Mami lo? Atau rumah orang tua gue? Gue punya apartemen. Saran gue sih mending di sana aja diskusinya.” Declan tak bisa menahan senyuman di bibirnya yang terus terulas tak ingin luntur.

“Sinting lo!” Keduanya tak bisa berbicara dengan begitu leluasa. Sebab setiap pergerakkan mereka kini sedang ditangkap oleh kamera dari fotografer.

“Biar orang-orang makin percaya, kalo pernikahan kita bener-bener nyata. Anak keluarga Reuven dan Wiratama menikah. Kita bakal jadi highlight diberita besok. Seru, kan?”

Declan melihat ke arah istrinya yang kini memicingkan mata tak percaya. “Declan, lo buat gue pengen banting ini bucket ke muka lo, deh.”

“Jangan galak-galak sama suami dong, I. Gue paling jago kalo cuma akting beginian. Takutnya, lo yang gak bisa ngikutin.”

Cia baru saja akan kembali marah pada sang suami, tapi urung sebab ada beberapa orang yang datang untuk bersalaman dengan mereka.

“Untuk membuat para tamu undangan semakin iri dengan pasangan pengantin kita yang sangat serasi hari ini. Gimana kalo kedua mempelai kita minta untuk saling mencium satu sama lain sebagai hadiah untuk para tamu di sini?”

Cia mengerjapkan matanya berkali-kali. Seolah tidak benar-benar percaya dengan apa yang baru saja dikatakan oleh pembawa acara untuk pernikahannya ini. Apa? Ciuman? Suara gemuruh setuju dari para tamu undangan menyadarkan Cia yang sedikit linglung. Dilihatnya para orang tua yang sudah memasang wajah bahagia dan berharap bisa melihat ciuman dari kedua mempelai secara nyata. Oh, tidak mungkin. Pernikahan mendadak ini tidak akan mendapatkan ciuman sebagai hadiah untuk para undangan. Cia amat tidak setuju dengan usulan itu! Tapi kedua lengannya sudah lebih dulu ditangkup oleh telapak besar yang kini memaksa untuk melihat pria tampan yang menjadi suaminya itu. Cia menggeleng pelan dengan kerutan wajah untuk memberi tanda bahwa dia tidak ingin melakukan ciuman itu.

“Seperti adegan ini contohnya.” Declan tersenyum miring penuh arti.

Hah! Cia mengumpati dirinya yang tidak cepat tanggap dengan ucapan pria itu sebelum ini. Kini dia sudah tidak bisa menolak saat Declan mulai mendekat ke arah wajahnya. Memang tidak ada salahnya seorang suami yang mencium istrinya, Cia juga tidak bisa menampik itu. Tapi, bukankah terlalu berlebihan jika seka-

Napas gadis itu tertahan sesaat merasakan sebuah sentuhan lembut terasa di atas bibirnya. Dengan mata yang terbuka lebar, Cia bisa melihat Declan yang memejamkan mata seakan sedang menikmati ciuman mereka saat ini. Pria itu benar-benar menciumnya. Dan Cia? Anggap saja dia sudah gila, sebab kini dia pun memejamkan mata tepat saat Declan membuka kecil bibirnya untuk bisa memagut Cia lebih dalam. Suara gemuruh para tamu undangan yang berbahagia melihat adegan itu tak lagi terdengar oleh mereka.

Declan melebarkan lengan. Membawa Cia ke dalam rangkulan hangatnya. Siapa yang tau, jika ciuman yang mereka lakukan sungguh menjadi ciuman pertama untuk keduanya.

***