BAB. 5 Gideon Yang Usil
Akhirnya setelah sekian lama menunggu, Septin keluar juga dari kamarnya. Namun dengan berpakaian seragam pengasuh yang rapi. Melihat hal tersebut, Gideon menjadi geram sendiri.
"Sial! Kenapa pengasuh itu malah baik-baik saja?" kesalnya.
Namun Gideon tersenyum licik. Seraya berkata,
"Ini kan masih permulaan. Masih banyak cara lain agar pengasuh itu segera berhenti dari pekerjaannya!"
Di ruang makan, Septin disambut hangat oleh para asisten rumah tangga lainnya. Tapi ada juga yang memandang sinis kepadanya. Septin tak tahu-menahu kenapa bisa begitu.
Namun mereka takut karena Maid Lilis selalu berada di samping Septin.
"Jadi Maid, saya hanya berada di kamar sepanjang waktu?"
"Ya,begitulah. Anda bisa sambil belajar sementara menunggu bel berbunyi."
"Jika bel tidak berbunyi itu tandanya Tuan Muda tidak membutuhkan saya, Maid?"
"Nah! Itu Anda tahu cara mainnya. Segeralah bergegas masuk ke dalam kamar, siapa tahu Tuan Muda membutuhkan Anda," timpal Maid Lilis.
Septin pun mengangguk lalu melangkah menuju kamarnya. Lalu tiba-tiba dia ingat dengan keanehan yang tadi dirinya rasakan saat mandi. Gadis itu pun segera membalikkan badannya untuk mencari Maid Lilis. Namun asisten rumah tangga itu seketika saja menghilang dari pandangan matanya.
"Hei, Pengasuh Septin! Kamu jangan sok cari perhatian dengan Maid Lilis!" ketus salah satu dari asisten rumah tangga itu.
Namun dengan tegas
Septin menjawab,
"Saya tidak sedang mencari perhatian dengan Maid Lilis. Saya hanya ingin berkonsultasi dengannya soal pekerjaan saya."
"Cih! Nggak usah sok kepedean kamu!" hardik yang lainnya.
Namun satu teriakan dari Maid Lilis yang berasal dari pengeras suara yang ada di ruangan itu, membubarkan semuanya.
"Apa yang sedang kalian lakukan? Kenapa kalian menghalangi Septin untuk kembali ke kamarnya? Kalian semua menghadap saya sekarang juga! Septin kembali ke kamar Anda."
"Siap, Maid." Gadis itu pun segera berjalan menuju kamarnya.
Sementara para pekerja lain melangkah untuk menemui Maid Lilis di sebuah ruangan.
"Kalian jangan sok jago! Kenapa kalian bersikap tak bersahabat dengan Pengasuh Septin? Asal kalian tahu, dia langsung direkrut oleh Nyonya Kemala. Atau kalian mau menggantikan posisinya mengasuh Tuan Muda Gideon?"
"Tidak, Maid! Kami pasti tidak sanggup mengasuh Tuan Muda Gideon," seru mereka serentak.
"Makanya kalian jangan mengganggu pekerjaannya!"
"Iya, Maid. Kami berjanji tidak akan mempersulit Pengasuh Septin lagi."
Sementara Septin terlihat sedikit pucat dan berkeringat dingin. Pasalnya, saat dirinya hendak masuk ke dalam kamarnya, banyak sekali kejadian aneh yang dirinya temui.
Ular karet yang menghalangi jalannya. Lampu jalan yang tiba-tiba mati. Bahkan tadi saat Septin membuka pintu kamar, dia hampir saja terkena hujan tepung. Untung saja gadis itu cepat menghindar. Sampai Septin pun masuk ke dalam kamar dengan selamat tanpa terpengaruh dengan semua hal yang ingin menakut-nakutinya.
Malam pun tiba, waktunya untuk tidur dan beristirahat. Tepat tengah malam lampu kamar Septin tiba-tiba mati. Lalu terdengar suara ketukan yang sangat keras dari jendela kamarnya.
Septin yang sedang tidur nyenyak akhirnya terbangun juga. Dia mulai menajamkan pendengarannya. Saat ini dia dapat mendengar bunyi indera pendengarannya. Septin mulai mendengarkan suara yang sangat menyeramkan yang berasal dari jendela kamarnya.
Alih-alih takut. Septin malah mengambil satu gayung air dari wastafel, membuka jendela kamarnya secara perlahan lalu mengguyur air tadi ke luar jendela kemudian dengan cepat dia menutup jendela itu lagi dari dalam.
Di bawah jendela kamar, tubuh Gideon terkena satu gayung air yang disiram oleh Septin.
"Sial! Gue jadi basah kuyup!" Gideon segera berlari dari tempat itu. Saat pemuda itu mendengar pintu kamar terbuka dari dalam.
Dengan membawa sebuah senter, Septin mulai memeriksa lingkungan di sekitar kamarnya. Gadis itu sangat yakin jika saat ini seseorang sedang mengisenginya.
"Tidak ada seorang pun di sini. Siapa sih yang iseng banget gangguin orang yang sedang tidur?" gerutunya sendiri.
Sementara Gideon yang baru saja masuk ke dalam kamarnya terlihat sangat kesal, karena seluruh tubuhnya basah kuyup gara-gara disiram air oleh Septin.
Gideon juga menjadi sangat kesal karena Septin terlihat di layar CCTV tidak menunjukkan aura ketakutan sedikitpun.
"Sial! Ternyata gadis ini sangat pemberani!" kesal Gideon dari dalam hatinya.
Sementara di dalam kamarnya, Septin kembali tidur tanpa gangguan apapun.
"Siapapun Anda yang mencoba menakut-nakuti saya, sepertinya Anda salah alamat! Saya tidak takut kepada siapapun dan apapun!" serunya sambil mulai untuk tidur di malam itu.
Pagi pun tiba,
Septin berjalan ke ruang makan seperti biasanya. Beberapa pasang mata masih sinis melihat ke arahnya. Hanya saja bedanya pagi ini tidak ada satupun yang berani mencibirnya seperti hari kemarin.
Lalu setelah makan, Maid Lilis menghampirinya,
"Selamat pagi, pengasuh Septin. Pagi ini Anda akan memulai pekerjaan Anda sebagai pengasuh Tuan Muda Gideon."
"Siap, Maid. Tapi Tuan Muda Gideon sampai pagi ini tidak juga menekan bel, sehingga bel yang ada di dalam kamar saya tidak pernah berbunyi," tutur Septin.
"Memang benar. Tuan Gideon masih tidak membutuhkan Anda secara pribadi. Akan tetapi Anda perlu membersihkan kamar Tuan Muda, selagi dia sedang kuliah online," tukas Maid Lilis.
"Oh, begitu rupanya cara kerjanya. Maaf Maid, saya tidak tahu."
"Tak masalah Pengasuh Septin. Saya maklum karena Anda juga masih orang baru. Akan tetapi Ada baiknya Anda mengetahui dan mengingat setiap pekerjaan yang harus Anda lakukan mulai dari sekarang," ucap sang maid.
"Baik, Maid Lilis." jawabnya.
"Mari silakan, Anda ikut saya. Saya akan menunjukkan di mana tepatnya kamar Tuan Muda Gideon berada." Septin mengangguk lalu mengikuti langkah Maid Lilis Melewati setiap ruangan yang sangat elegan di rumah besar itu.
Ternyata di dalam rumah megah itu terdapat lift yang menghubungkan setiap lantai yang ada di sana. Rumah keluarga Mosha terdiri dari empat lantai.
Kamar Gideon berada di lantai empat. Setelah sampai di sana, keduanya pun sama-sama ke luar dari dalam lift. Maid Lilis mulai memberitahukan kepada Septin setiap ruangan yang ada di lantai empat tersebut.
Ternyata semua ruangan yang ada lantai empat tersebut adalah milik Gideon yang terdiri dari kamar pribadinya yang sangat luas, ruang belajar, ruang untuk kuliah, ruang bermain, serta ruang untuk berolahraga raga.
Septin tak henti-hentinya terkagum-kagum melihat begitu mewahnya semua fasilitas yang dimiliki oleh Gideon.
"Wah, sungguh sangat elegan kehidupan Tuan Muda Gideon. Tapi apa dia tidak kesepian hidup ditengah kemewahan ini?" ujar Septin dalam hati.
Karena dari tadi, gadis itu tak melihat satu orangpun yang ada di lantai empat ini.
Setelah Septin mengetahui semua letak dari ruangan-ruangan tersebut, Maid Lilis meninggalkan tepat di depan pintu kamar Gideon.
"Nah, yang ini kamar pribadi dari Tuan Gideon. Anda silakan masuk saja, dan mulai membersihkannya sesuai dengan yang saya ajarkan tadi."