Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1

Kebingungan dan ketidakberdayaan menyelimutiku ketika aku melihat suamiku pergi bersama cinta pertamanya, Yerika Widanata.

Air banjir terus menerpa tubuhku. Yang bisa aku lakukan hanyalah terus mengayunkan anggota tubuhku, menunggu keajaiban datang.

Namun, tidak semua orang seberuntung itu.

Waktu sudah berlalu cukup lama, tetapi aku tidak melihat suamiku atau petugas pemadam kebakaran lainnya kembali untuk menyelamatkanku.

Lengan dan kakiku berangsur-angsur kehilangan kekuatannya, aku pun mulai merasa sedikit kesemutan.

Aku sudah tidak memiliki tenaga untuk bergerak lagi.

Keputusasaan membelengguku dengan cepat. Aku melihat ombak besar yang tiba-tiba bergulung di depanku lalu memejamkan mata dengan tenang.

Kenapa semuanya bisa berubah menjadi sampai seperti ini?

Pagi ini, Yerika tiba-tiba meneleponku, mengatakan bahwa dia ingin memperbaiki hubungannya denganku dan juga menghilangkan kesalahpahaman di antara kami berdua. Jadi, dia secara khusus mengajakku untuk pergi arung jeram.

Aku setuju.

Aku tidak menyangka akan terjadi kebetulan yang tidak menguntungkan, yang membuatku secara tiba-tiba menghadapi bencana banjir bandang.

Namun, awalnya aku tidak panik atau khawatir.

Itu karena Andre adalah seorang petugas pemadam kebakaran, yang juga merupakan kapten dari sebuah tim kecil.

Ketika tahu bahwa aku dalam kesulitan, dia pasti akan menjadi orang pertama yang tiba di tempat kejadian.

Namun, yang tidak aku duga adalah, Andre memang datang, tetapi bukan untukku.

"Rakit ini cuma bisa menampung dua orang, tidak aman kalau kamu juga ikut naik."

"Kamu turun dulu."

Andre menatapku dengan dingin, seolah-olah yang dia lihat bukan manusia.

"Apa katamu?"

Aku sedikit tidak percaya.

Sebenarnya dalam dua hari ini, hubunganku dan Andre tidak harmonis, bahkan bisa dibilang dingin.

Dan penyebabnya adalah cinta pertamanya Andre, Yerika.

Pada hari ulang tahun pernikahan kami, Yerika dirawat di rumah sakit karena tiba-tiba menderita sakit ginjal. Andre langsung pergi ke rumah sakit untuk menemaninya tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepadaku.

Pada hari pemeriksaan kehamilanku, Yerika tiba-tiba mengalami depresi. Andre meninggalkanku begitu saja untuk menghiburnya sepanjang hari dan tidak pulang hingga dini hari.

Ada banyak sekali kejadian semacam ini, sudah tak terhitung jumlahnya.

Setiap kali Andre terlibat sesuatu denganku, Yerika akan selalu kebetulan jatuh sakit dan Andre juga sangat percaya kepadanya, tidak pernah mencurigainya. Setelah itu, Andre akan meninggalkanku sendirian.

Karena hal ini, kami bertengkar hebat dan masih berada dalam perang dingin sampai hari ini.

Tapi meski begitu, aku percaya bahwa Andre akan menyelamatkanku.

Karena di dalam perutku ada bayi yang sudah berusia tujuh bulan.

"Aku menyuruhmu turun, apa kamu tidak dengar?"

"Tidak masalah kalau kamu tidak lagi hamil. Kamu lagi hamil dan kalau naik ke rakit ini sekarang, rakit ini pasti akan terbalik."

Aku sedikit ragu untuk turun, tetapi ditendang oleh Andre.

Aku berpegangan pada lengan baju Andre dengan panik, mencoba dengan keras untuk mengangkat separuh tubuhku.

"Sayang, aku tidak bisa berenang, aku juga sedang hamil. Aku tidak bisa turun, aku...."

"Jangan egois, aku tahu kamu bisa berenang."

Andre menatapku dengan sorot mata penuh kecaman.

"Sudah kubilang aku akan kembali lagi nanti untuk menyelamatkanmu. Bisa tidak, jangan membuat masalah?"

"Yeri tidak sama denganmu, dia lemah dan tidak bisa berenang, sementara kamu begitu kuat seperti banteng."

"Dia akan mati jika aku tidak menyelamatkannya terlebih dahulu."

Tapi aku juga akan mati.

Aku melihat Andre melepaskan cengkeraman jari-jariku dengan paksa, bahkan sampai terdengar suara patah tulang yang nyaring.

Jari-jariku dipatahkan olehnya.

Merasakan rasa sakit yang tajam, aku langsung melepaskan tangan dan jatuh ke dalam air dengan pasrah.

"Lihat, bukankah kamu bisa berenang?"

"Aku hampir percaya saat kamu bohong barusan."

Melihat caraku berjuang di dalam air, dia tertawa dingin.

"Dulu saat kamu pergi berlibur dengan ibuku, bukankah kamu berenang ke darat sendirian setelah jatuh ke air?"

"Dulu saja bisa, pasti sekarang juga bisa."

"Kalau dipikir-pikir bikin marah saja. Sia-sia ibuku begitu menyayangimu."

Seluruh tubuhku gemetar menahan sakit, air mata keputusasaan terus tumpah mengalir ke dalam air bah di bawahku.

"Kamu pintar sekali berakting memelas, pura-pura kasihan."

Andre menatapku dengan jijik.

"Berhentilah berpura-pura, setidaknya demi anakmu. Apa masih tidak cukup kamu menyakiti Yeri? Sekarang, kamu ingin dia kehilangan nyawanya?"

"Benar-benar kejam!"

Sejak kapan aku pernah menyakiti Yerika?

Aku ingin bertanya, tetapi tidak bisa mengeluarkan suara.

Banjir terus menghantam mulutku. Setiap kali aku membuka mulut, aku akan terteguk air kotor.

Hatiku sakit bukan main saat melihat Andre memalingkan kepalanya dan membawa Yerika pergi.

Andre dan aku bertemu di sebuah kencan buta dan memutuskan untuk langsung menikah karena sebuah tragedi, yang juga membuatnya memiliki kesan yang sangat buruk terhadapku.

Selama lima tahun ini, aku selalu berdedikasi untuk menjalankan peran sebagai istri yang baik dengan hati-hati, membuat teman dan kerabat Andre mengubah sikap mereka kepadaku.

Hanya Andre saja yang masih selalu bersikap dingin kepadaku.

Setelah lima tahun berlalu, aku bahkan belum berhasil membuatnya mengubah sikapnya menjadi hangat kepadaku. Sekarang, dia malah mendorongku dari satu-satunya rakit penyelamat demi menyelamatkan Yerika.

Dia bahkan tidak menoleh ke belakang untuk memastikan apakah aku selamat.

Mataku menjadi kosong saat aku tenggelam ke dasar air.

Setelah bertahun-tahun berlalu, aku juga sangat lelah.

Sayangnya, sampai akhir pun Andre tidak tahu bahwa aku sebenarnya tidak bisa berenang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel