Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2. Keluarga Basuki

Minggu pagi-pagi Arjuna sudah bangun. Pria muda itu menatap jam dindingnya, masih pukul setengah enam pagi.Namun, Arjuna tetap melakukan niatnya menikmati udara segar Kota Surabaya. Segera ia bersiap.

Pilihannya jatuh pada kaos biru dan training hitam tak lupa sneaker warna putih kesayangannya.

Bermodal tampang dan gaya kerennya Arjuna bersiap lari pagi. Keliling komplek sambil kenalan sebagai tetangga baru. Maklum, kemarin hanya sempet lapor saja kepada ketua RT setempat. Ia belum sempat kenalan dengan tetangga kanan kirinya.

Bahkan kalau biasanya ada acara tasyakuran pindah rumah, Arjuna belum bisa mengadakannya mengingat kegiatan di kantor sedang banyak-banyaknya. Sampai hari Sabtupun ia masih belum bisa libur. Apalagi dirinya di Surabaya tidak memiliki siapapun untuk membantu. So, ia pun hanya menyiapkan diri pasang telinga tebal untuk menghadapi ghibahan tetangga.

Arjuna membuka pintu rumahnya lalu menguncinya. Setelah terdengar bunyi klik, ia pun menyimpan kuncinya ke saku celana lalu segera berbalik menuju jalan.

Di samping rumahnya, tampak seorang pria setengah tua, berusia sekitar lima puluhan sedang sibuk menggerakkan badannya.Sesekali ia bergerak lambat kemudian mempercepat sepertinya menyesuaikan kondisi tubuh dna tulangnya yang sudah berusia senja juga.

"Pagi, Om ...!" sapa Arjuna ramah menunjukkan senyum manisnya.

"Eh, pagi juga. Yang beli rumahnya Pak Juhari, ya?" balas Om itu.

"Iya Om, saya Arjuna." Arjuna memperkenalkan diri masih mempertahankan keramahannya.

"Basuki ..." jawab Pak Basuki.

Arjuna mengulurkan tangannya, Pak Basuki membalas uluran tangan Arjuna.

"Kerja dimana?"tanya Pak Basuki basa basi.

"Adiguna Developer." jawab Arjuna santun, meski tahu itu adalah pertanyaan basa basi sebagaimana orang yang baru pertama saling mengenal.

"Ooh... " Pak Basuki hanya ber O ... saja, entah dia mengerti atau tidak. Mana Arjuna peduli.

Ekor mata Arjuna tiba-tiba menangkap sesosok cewek cantik berusia dua puluh tahunan.

"Om, itu anaknya ya ...?" tanya Arjuna.

"Ooh... itu Wiwit istri saya ...." jawab Pak Basuki bangga.

"Sayang... kenalin ini tetangga baru kita. Pak Arjuna," seru Pak Basuki mengenalkan Mbak cantik yang sedang menyapu halaman.

Pak Basuki sengaja mengenalkan dengan sebutan Pak Arjuna, mengingat Arjuna masih muda dan sedari tadi menatap istrinya dengan takjub.

Pak Basuki cemburu, pakai banget dengan Arjuna. Lelaki mana coba yang tidak sebal melihat ada cowok lain menatap istrinya tanpa kedip lagi. Walaupun istrinya tidak menanggapi sama sekali. Bahkan terlihat tidak tertarik.

Arjuna menampakkan keterkejutannya. Mendengar pengakuan Pak Basuki yang mengenalkan perempuan imut itu adalah istrinya.

'What? pasangan sugar baby dan sugar daddy kah mereka?' Berbagai spekulasi bermain di otak Arjuna.

Wiwit yang yang sedang mendengar teriakan suaminya hanya mendongak dan tersenyum menatap Arjuna.

"Anjiirr ... senyumnya maaniiss banget ...," gumam Arjuna dalam hati.

Mata Arjuna sampai tidak berkedip menatap senyum Wiwit yang hanya sekejap karena perempuan itu sudah menyibukkan diri dengan sapunya. Seakan tidak tertarik ada makhkuk ganteng ciptaan Tuhan di depan matanya.

Arjuna segera menyadarkan otak bawah sadarnya agar segera siuman dari pesona Wiwit si sugar babynya Pak Basuki.

"Ya sudah, Pak saya jogging dulu. Cari keringat." pamit Arjuna. Aslinya sih dia salah tingkah saja, mendapati gadis seimut Wiwit yang bersedia menjadi istri lelaki tua yang bau tanah. Dalam hati ia merasa iri dengan keberuntungan Pak Basuki yang memiliki istri secantik Wiwit.

"Silahkan Pak Jun... Kalo ada apa-apa jangan sungkan minta tolong," ucap Pak Basuki dengan basa basinya kembali karena lelaki itu menahan cemburunya sejak memergoki Arjuna menatap istrinya tanpa kedip.

"Iya Pak, Terima kasih ... Monggo Bu Basuki ..." kata Arjuna sambil berlari kecil meninggalkan keluarga Basuki.

"Anjay... sudah bau tanah gitu, istrinya imut banget... Kok yaa mau-maunya itu si Wiwit kawin ama orang tua gitu." Arjuna bergidik ngeri.

"Apa stok cowok muda dan ganteng udah langka kalee yaa... sampe cewek cantik kayak gitu kawinnya ama yang bau tanah." Arjuna masih saja memikirkan Bu Basuki yang imutnya gak ketulungan.

"Udah-udah pergi jauh-jauh deh, bayangan Wiwit! Sugar baby-nya Pak Basuki yang super imut. Coba aku bisa miliki kamu juga?" Otak kotor Arjuna mulai berkelana kemana-mana.

Travelling sejauh-jauhnya bersama Wiwit, sugar baby-nya Pak Basuki. Sambil berlari Arjuna tersenyum memikirkan acara travelingnya bersama si imut Wiwit.

Arjuna sampai di gerbang utama jalan komplek perumahannya, Arjuna menyeberang ke jalan besar. Perjalanan cowok itu bertujuan ke seberang komplek. Di seberang gerbang komplek perumahan tempat tinggal Arjuna ada sebuah taman kecil. Arjuna melanjutkan joggingnya di taman itu.

Pria single itu mulai mengitari taman tersebut sembari menghirup segarnya udara pagi.

Selain dirinya, di sana juga banyak pengunjung lain yang juga melakukan olah raga.

Mulai yang jones kayak dirinya, keluarga sampai couple-an.

Arjuna mengelilingi taman kecil itu sambil sesekali tersenyum melihat anak kecil yang merengek minta sesuatu kepada orang tua. Anak-anak yang bertengkar.

Pasangan muda yang memanfaatkan aktivitas paginya dengan bermesraan. Atau sekedar duduk bersantai.

Mengingatkan dirinya sebelum putus dari si nona model, mantan kekasihnya yang super matre.

Sebagai lelaki ia juga tidak mau disalahkan atas alasan permintaan sang nona saat mengajaknya putus. Bagaimanapun saat itu ia baru saja memulai karier, mana bisa memenuhi semua keinginannya yang diluar kemampuan Arjuna.

Arjuna pun akhirnya terpaksa mengikhlaskan sang nona bersama pria lain yang memiliki tingkat kemapanan lebih darinya. Kini, Arjuna sudah tidak tahu kabar Nona mantannya itu. Arjuna sudah tidak ambil pusing untuk mencari tahu kehidupannya saat ini.

Bagi Arjuna kehidupan dirinya sendiri saat ini lebih penting dari siapapun. Untuk masa depannya nanti. Mempersiapkan diri jika suatu saat ada seseorang yang bersedia mendampinginya. Tentunya ia tidak ingin, wanitanya nanti seperti si nona mantannya dulu.

Pria itu juga menginginkan cinta tulus tanpa tendeng aling-aling karena harta. Arjuna meginginkan wanita masa depannya adalah seorang mencintainya sebagai Arjuna dengan banyak kekurangan bukan Arjuna dengan semua kelebihannya. Apalagi kelebihan harta. Karena hartanya bukan miliknya. Hartanya hanya titipan. Begitu yang pernah orang tuanya pesankan sejak ia belia.

Setelah lelah jogging, Arjuna duduk santai di sebuah kursi taman sambil mengelap keringatnya.

Pandangannya tertuju pada sederet gerobak yang berjejer rapi di ujung lain taman. Gerobak penjual makanan yang ramai didatangi pengunjung taman.

Arjuna pun tertarik menuju ke deretan gerobak. Arjuna mengedarkan pandangannya pada setiap gerobak. Mencari sesuatu yang membuatnya tertarik.

Pandangannya tertuju pada gerobak bertuliskan "Soto ayam Lamongan Pak Lan"

Arjuna lapar.

"Bang, soto ayam satu ya … sama air mineral!" ucap Arjuna memesan soto ayam lamongan.

Arjuna mencari tempat yang nyaman. Ia pun menemukan tempat lesehan kosong dengan alas tikar kecil.

Arjuna segera menempati tikar itu sambil menunggu pesanannya.

"Mas, bolehkah saya ikut duduk di sini?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel