Bab 2 - Kejutan
Bangun dari tidurnya, seperti biasa Aurora mengusap pipi dan mencium kening Suaminya yang masih terlelap. Kemudian Aurora bangkit untuk membersihkan diri di dalam kamar mandi. Cukup lama, sebab pergerakan nya sedikit melambat. Ia selalu mengingat nasihat orang terkasihnya untuk selalu berhati-hati disetiap pergerakannya mengingat ia sedang berbadan dua.
Selesai dengan balutan gaun santainya, Aurora keluar rumah untuk berjalan pagi. Kegiatan pagi yang telah rutin ia lakukan semenjak usia kandungan nya beranjak berumur enam bulan tentu sesuai dengan anjuran dokter.
Semenjak menginjakkan kaki di kediaman sang mertua, Aurora tidak sekalipun diperbolehkan untuk menjejakkan kaki di bagian dapur. Meski sekedar untuk membuat susu pun tidak. Itu semua dilakukan oleh Al ataupun Dewi.
Sedikit tak nyaman dengan itu, hingga pernah ia mengadu ke sang mertua.
"Mi maaf sebelumnya, bukannya Aura nggak menghargai ketulusan Mami hanya saja Aura tidak terbiasa dimanjakan seperti ini. Jujur saja orang merasa tidak enak. Aura hanya menantu disini, tidak seharusnya Mami melayani Aura seperti ini. Aura sudah terbiasa melakukan semuanya sendiri Mi." Melakukan aksi protes saat Ibu mertuanya baru saja membuatkannya susu.
Dewi tersenyum lembut mengusap pipi menantunya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Sedikit banyaknya Dewi tahu bagaimana kehidupan wanita yang dinikahi putranya secara diam-diam ini.
Dewi menggenggam kedua tangan Aurora. "Dengar Sayang, kamu Istri dari anak Mami. Itu artinya, kamu juga anak Mami. Status kamu dengan Al dan Putri sama di rumah ini. Jadi sudah kewajiban Mami untuk memanjakan anaknya," tutur Dewi lembut.
"Jujur Saja, Mami sangat senang melakukan ini."
Dewi beranjak dari duduknya, menatap hamparan bunga di sekelilingnya. "Apa kamu tahu, sudah lama Mami ingin melakukan hal ini. Memanjakan menantu mami, duduk berdua dan saling bertukar cerita, makan bersama, belanja bersama. Itu sudah sejak lama Mami impikan. Tapi kamu tentu tahu kan, bagaimana hubungan kami sebelumnya dengan wanita itu, dan Mami tidak bisa melakukannya dengannya." Dewi berbalik menatap Aurora dengan senyumannya.
"Untuk itu Mami harap kamu tidak keberatan kan?" Aurora tidak bisa berkata-kata lagi. Ia segera mengangguk dan bangkit memeluk Ibu mertuanya seraya menangis.
Sejak saat itu, Aurora berusaha membiasakan diri dengan sikap ibu mertuanya. Terlebih lagi Ia memang sangat membutuhkan perhatian itu. Mengingat ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu dan sejak saat itu ia tidak pernah lagi merasakan perhatian seperti itu.
******
Berjalan mengitari taman, Aurora dikejutkan saat sebuah tangan besar memeluknya dari belakang.
"Sayang kenapa tidak membangunkan aku? Aku kan bisa menemani kamu jalan pagi? Al memegang kepala Aurora lalu melakukan ciuman di kening, kedua pipi dan berakhir di bibir Istrinya. Kemudian ia berlutut mengecup dan menempelkan pipinya di perut Aurora. "Selamat pagi baby A. Daddy akan menemanimu jalan pagi," ujarnya demikian.
Aurora melemparkan senyuman kepada suaminya yang sudah berdiri di depannya.
"Aku tidak ingin mengganggu istirahat mu Sayang. Bukankah nanti kamu ada acara kan?" Al mengangguk jelas, tapi kemudian tetap membantah. "Tapi tetap saja harus ada yang menemani mu jalan pagi, kamu tidak boleh berjalan sendiri," ujarnya tegas.
Aurora hanya mengangguk pasrah, tidak melawan. Karena Suaminya ini tak akan mengalah jika sudah menyangkut keselamatan dirinya.
Aurora kemudian merangkul lengan Al. "Baiklah kalau begitu mari kita jalan Daddy," pintanya manja menarik lengan Al agar kembali berjalan.
"Aku sangat suka dengan panggilan itu Sayang."
"Aku akan memanggilmu seperti itu jika baby A sudah lahir nanti."
"Janji ya?"
"Iya Daddy A."
"Oke Mommy A. sekarang kita olahraga pagi dulu biar Mami A dan baby A tetap sehat." Merangkul Istrinya kemudian mencium pucuk kepala Aurora dengan sangat lembut. Keduanya berjalan mengitari taman seraya saling bertukar cerita disertai dengan tawa.
Al selalu terbuka dengan orang entah itu mengenai pekerjaannya ataupun tentang sahabat dan keluarga yang. Begitupun sebaliknya.
*****
"Bagaimana penampilanku?" tanya Al kepada Jason.
Dengan gagah ia berdiri di depan cermin merapikan jas serta dasi juga tatanan rambutnya.
"Anda terlihat sempurna seperti biasanya tuan."
"Tentu saja! Tanpa kamu bilang aku juga sudah tahu!" ujarnya dengan begitu narsis.
'Kalau begitu Kenapa Anda bertanya tuan,' batin Jason.
Saat ini keduanya tengah berada di kamar presiden suite milik Al di hotel terbaru yang akan segera diresmikan beberapa menit lagi.
"Mana hp-ku?" Duduk di sofa menerima HP dari Jason. Menunggu panggilan diangkat.
"Halo sayang." Terdengar suara dari sana, dan sedikit berisik.
"Kamu lagi apa sayang? Aku sudah di depan TV sayang."
"Baiklah, sebentar lagi acaranya akan dimulai. Tonton sampai selesai ya?" Aurora menyanggupi permintaan itu di seberang telepon lalu mengakhiri panggilan itu.
Al memberikan kembali HP itu ke Jason lalu bangkit.
"Kita ke Aula sekarang."
******
"Kenapa kakak ipar? Kenapa kak Al menelpon?" tanya Putri yang duduk bersandar di sofa, memangku bantalan sofa.
"Entahlah, dia memperingatkanku untuk menonton acaranya nanti sampai akhir. Katanya nggak boleh ada yang terlewatkan." Aurora kembali mengambil sekotak anggur yang sempat ia simpan tadi lalu memakannya.
"Kenapa ya?" tanya Putri penasaran, membuat Aurora hanya bisa mengangkat kedua bahunya.
"Hmm atau mungkin kak Al akan memberikan kejutan kepada kakak ipar yah?" tebak Putri.
'Kejutan apa? Orang-orang bahkan tidak tahu kalau dia sudah punya Istri lagi yang sebentar lagi akan brojol. Bahkan aku yakin seluruh karyawannya di perusahaan pun tidak mengetahui jika bosnya telah menikah lagi. Tapi itu semua tidak penting, yang terpenting dia selalu ada buat aku dan buat baby A nantinya. Aku tidak perlu diakui oleh dunia luar. Cukup dengan keluarga mereka aku juga sudah sangat senang,' batin Aurora.
Aurora mengelus perutnya tersenyum lembut.
"Entahlah, dia hanya mengatakan jika aku harus menonton sebab dia akan tampil di sana. Kamu tahu sendiri kan kakakmu narsisnya seperti apa? Mungkin saja nanti dia akan bertanya, bagaimana penampilanku? Aku tampan kan? Aku terlihat mempesonakan di TV?" Kedua wanita itu pun tertawa.
Mereka sangat tahu sifat Sang Penguasa asilnya seperti apa, bukan seperti yang orang-orang tahu di luar sana. Image arogan dan dingin sangat kental ketika dia berada di dunia luar. Tapi jika dia sudah berada di rumah image itu akan luntur seketika.
Hans yang berjaga berdiri tak jauh dari kedua wanita itu pun ikut tersenyum. Pengawal setia Putri sejak tiga tahun yang lalu sangat tahu dengan sifat anak majikan. Dan dia sangat senang bekerja dengan keluarga Sang Penguasa ini. Keluarga yang harmonis, saling menyayangi satu sama lain. Berjiwa sosial yang tinggi dan yang paling penting mereka tidak memandang bulu. Terbukti, Hans yang hanya anak jalanan kini bisa menjelma menjadi pengawal yang berkompeten semua atas hasil kebaikan dari keluarga Rikolas.