Motif Terselubung Miko
"Mau ke mana, Non?" Sebuah suara disertai tepukan di pundak Laura, mengagetkannya. Jantung Laura seketika berdetak dua kali lebih cepat.
Bagaimana tidak, seorang pria tinggi besar menepuk pundaknya dan membuatnya kehilangan dua orang yang diikutinya. Pria itu seperti curiga dengan gerak-gerik Laura.
"Ng ... saya, saya mencari toilet," jawab Laura asal saja. Ia mengatakan alasan yang sempat terlintas di kepalanya dalam sepersekian detik yang lalu.
"Toilet di seberang sana, bukan ke arah sini!" jelas laki-laki yang menepuk Laura tersebut garang.
Laura tak bisa lagi mengelak dan mencari alasan. Mau tak mau ia harus segera pergi dari tempat itu jika tak mau dirinya di usir secara paksa.
Bodyguard penjaga itu terlihat masih mengamati Laura untuk beberapa saat lamanya.
Laura segera berlalu sambil mencari cara bagaimana masuk ke ruangan VVIP tersebut. Sambil berjalan ke toilet sesekali Laura melirik ke arah lorong menuju ruangan VVIP tersebut. Namun sepertinya ruangan itu dijaga dan diawasi beberapa orang.
"Gimana aku bisa masuk," pikir Laura bingung. Ia terus berjalan menuju toilet sambil berpikir.
Bruak! Seseorang melayang lalu jatuh menghantam meja tepat di depan Laura berjalan. Pria itu jatuh tersungkur dengan wajah yang telah babak belur.
Tak berapa lama menyusul pria lain datang dengan penuh amarah dan mengangkat tubuh pria yang telah terkulai tak berdaya itu. Pria itu menghadiahkan lagi satu sampai tiga bogem mentah pada pria yang sudah babak belur hampir pingsan tersebut.
Beberapa pengunjung nampak berteriak dan menghindari perkelahian tersebut. Mereka berkerumun di sekeliling kedua pria yang baku hantam tersebut dalam jarak aman.
Laura tak tinggal diam ia memanfaatkan kericuhan untuk menyelinap dan menghindar.
Pria penjaga lorong VVIP dan beberapa rekannya yang tersebar di sekeliling lokasi nampak menuju kerumunan dan berusaha melerai kedua pria yang berkonflik tersebut. Konsentrasi mereka terfokus pada dua orang tersebut.
"Terima kasih, Tuhan! Syukurlah ada kesempatan," desis Laura bahagia. Ia segera bergerak menuju lorong VVIP dan mencari nomor ruangan yang di sebutkan pria bodyguard sebelumnya. VVIP room nomer 5!
Rupanya lorong ruang VVIP ini membawa pengunjung langsung masuk ke ruangan-ruangan seperti karaoke yang berukuran beragam. Ada yang besar, sedang hingga kecil. Karena berkurangnya pengawasan, Laura jadi leluasa memeriksa setiap ruangan.
Namun sepertinya pintu ruang VVIP itu dilengkapi dengan tirai. Sehingga beberapa yang sedang terpakai tak dapat diintip dari luar. Dinding ruangannyapun kedap suara, jadi meski bisa leluasa memeriksa satu per satu namun Laura tetap tidak bisa melihat sedang ada aktivitas apa di dalamnya.
Laura bingung, ia lalu berdiri cukup lama di depan VVIP room nomor 5. Ia yakin di dalam sama, ada Miko, suaminya. Namun bagaimana Laura mencuri dengar dan mengetahui apa yang sedang dilakukan Miko di dalam sana?
"Ah, aku bisa masuk dan bersembunyi di dalam sini," desis Laura memilih masuk ke dalam VVIP room 7 yang berada di sebelah VVIP room 5.
Beruntung ruang di sebelahnya kosong dan gelap sehingga bisa menjadi tempat yang aman untuk Laura bersembunyi.
Baru beberapa detik Laura berada di dalam sana. Pintu ruang sebelahnya diketuk. Laura berusaha mengintip di balik pintu yang setengah terbuka itu. Dua orang bodyguard berdiri di depan pintu dengan wajah tegang.
Pintu ruangan VVIP 5 dibuka dan kedua bodyguard tersebut nampak gemetar.
"Ada apa?" tanya seseorang yang entah siapa. Laura tak bisa melihat dengan jelas, sudut pandangnya sangat terbatas.
"Ada yang bertengkar di luar, Bang. Ada polisi datang," ujar salah satu pria bertubuh kekar tersebut pada orang yang membuka pintu.
"Enggak bisa ya kalian beresin semuanya? Bos lagi marah besar di dalam!" tegas pria yang membukakan pintu.
"Mereka minta Bos untuk memberi keterangan," jawab pria kekar yang lain.
"Ada apa ribut-ribut? Enggak bisa beresin masalah di luar sendiri? Buat apa kamu dibayar mahal?" Kali ini terdengar suara Miko yang nampak emosi.
Laura menahan napas demi mendengar suara suami yang sangat dikenalinya tersebut. Jantungnya serasa berhenti berdetak untuk sesaat. Perasaannya campur aduk antara ketakutan dan penasaran.
"Maafkan kami, Bos! Ada polisi," jelas pria bodyguard itu mengulang informasi.
"Siapa? Bilang nanti diberesin Bos Miko! Mereka minta berapa?" Miko sepertinya tak ingin direpotkan dengan hal remeh-temeh begitu.
"Bos! Yang datang ... yang datang bukan cuma anggota yang biasanya! Beliau ...!"
Belum selesai orang yang berlari tergesa-gesa menuju kerumunan di depan ruangan VVIP 5 itu berbicara. Miko sepertinya langsung tanggap. Ia seperti menyadari ada hal yang tidak bisa diatasi anak buahnya sendiri tanpa kehadirannya.
"Bilang sama Jono dan Agung urusannya belum selesai. Jangan sampai Sabria tahu di mana Laura tinggal dan siapa dia. Aku enggak mau urusan perasaan jadi ribet. Kamu tahu aku nikahin Laura karena apa kan!" tegas Miko pada pria yang membukakan pintu ruang VVIP 5 tersebut.
"Baik, Kak! Aku bereskan urusannya," jawab pria yang sejak tadi berdiri di ambang pintu ruang VVIP 5 tersebut. Pria itu mengikuti Miko hingga ujung lorong ruang VVIP. Setelah mengobrolkan beberapa hal yang tak lagi bisa di dengar Laura dengan jelas, pria itu berbalik badan dan kembali ke VVIP room 5.
Pada akhirnya Laura mengenali pria tersebut sebagai satu-satunya keluarga dari pihak mempelai pria, yang hadir dalam pernikahannya dengan Miko itu. Pria itu sempat dikenalkan Miko sebagai saudara sepupunya. Adam.
"Ya Tuhan, apa yang sebenernya terjadi? Apa motif terselubung Miko menikahiku? Lalu mengapa aku dan Sabria tidak boleh berjumpa?" tanya Laura dalam hati.
Semua hal yang baru saja didengarnya membuat Laura tak hentinya berpikir dan berspekulasi. Otaknya yang cerdas itu terus mengolah informasi dan menerka-nerka, mencari pendekatan logis yang masuk akal untuk sebuah fakta baru tersebut.
Klotak! Tanpa sengaja tangan Laura menyenggol tempat remot AC yang tergantung di Laura dinding dan menjatuhkannya.
"Siapa di sana?" Terdengar suara dari pintu ruang sebelah yang terbuka.
"Mati aku! Adam mendengar apa yang aku perbuat dan kemungkinan dia akan masuk ke ruangan gelap ini segera," desis Laura panik. Seketika tubuhnya membeku karena bingung tak tahu harus berbuat apa.
Miko memang sudah pergi menemui tamu penting yang hadir karena kericuhan di klab malamnya, namun masih ada beberapa orang dalam ruang VVIP 5 yang mungkin bisa membahayakan Laura. Adam yang diakui Miko sebagai sepupu misalnya. Pria itu jelas akan mengenali Laura begitu melihat wajahnya.
"Ya Tuhan, bagaimana ini? Tidak ada tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi dalam ruangan ini!" pekik Laura panik. Ia terjebak dan tak lagi bisa bersembunyi.
Di tengah kepanikan Laura, wanita itu merasa tubuhnya di tarik mesuk dalam kegelapan. Dua buah tangan kekar membalikkan tubuh pasrah Laura dan mendekapnya erat lalu mengecup bibirnya. Siapa?
