Bab 8
Aneisha terkulai lemas, ketika Tuan Zuan telah habis-habisan menggempur dirinya. Sakit tubuh dan hatinya, diperlakukan seperti itu oleh Tuan Zuan.
"Tubuhmu menjadi canduku Ana, aku selalu menginginkanmu," ucapnya dengan mencium bibir Aneisha.
Setelah Tuan Zu selesai menikmati tubuhnya, segera dia menggendong tubuh Aneisha dan membersihkan tubuhnya di kamar mandi bersama.
"Aku akan memandikanmu, kau cukup diam dan tak perlu melakukan apa-apa, aku suka dengan pelayananmu semalam penuh," kata Tuan Zu dengan mendudukkan Aneisha di dalam bathup kamar mandinya.
Tuan Zuan mengambil gagang showernya, lalu kemudian ia menyiramkannya ke tubuh Aneisha, perlahan-lahan tubuh polos itu ia berikan sabun cair dan ia gosok-gosok tubuh Aneisha dengan kedua tangannya.
Aneisha hanya terdiam dan menahan rasa gelinya, ketika tangan jahil Tuan Zu mulai meraba dan memainkan bagian sensitifnya.
"Tuan Zu..," panggil Aneisha dengan suara lirihnya.
"Ada apa Ana?" tanya Tuan Zu, sambil menggosok tubuh Aneisha dengan lembut.
"Biarkan aku melakukan sendiri," jawab Aneisha dengan menahan tangan Tuan Zu, yang saat ini tengah menyabuni punggung Aneisha.
Tuan Zuan lalu menatap penuh ke arah Aneisha.
"Jangan pernah menolakku untuk melakukan sesuatu kepadamu, kau milikku dan tubuhmu hanya untukku," tegas Tuan Zu dengan tatapan penuh intimidasi.
Aneisha terdiam, ia tak sedikitpun berbicara dan menolak Tuan Zu lagi, ketika dia ditatap oleh Tuan Zu, dengan tatapan penuh intimidasi.
"Kau tau Ana, sudah lama aku mencari wanita seperti dirimu, kau adalah pilihan terbaik untukku," puji Tuan Zu dengan menyiram tubuh Aneisha dengan menggunakan shower.
Aneisha mendongak, menatap wajah Tuan Zu yang saat ini dengan serius menatap dirinya.
"Apakah aku spesial seperti yang kau katakan, Tuan Zu?" tanya Aneisha menatap wajah Tuan Zu.
Tuan Zuan lalu masuk ke dalam Bathup bersama dengan Aneisha, ia menggeser tubuh mungil Aneisha ke depan, lalu tak lama kemudian Tuan Zu duduk di belakang Aneisha.
"Kau sangat spesial Ana, kau berbeda dengan ketiga istriku yang sudah aku nikahi beberapa tahun yang lalu," jawab Tuan Zu dengan mengelus pipi Aneisha dengan lembut.
"Apa yang menurutmu spesial dari diriku saat ini?" tanya Aneisha penasaran.
"Kau gadis yang polos dan sangat penurut Ana, aku suka dengan sikapmu, walaupun terkadang sikapmu itu membuatku sangat kesal, kau terlalu membangkang dengan apa yang aku katakan," tutur Tuan Zu dengan mengarahkan wajah Aneisha ke arah wajahnya.
Aneisha menatap wajah Tuan Zu sejenak, tak mampu dirinya terus memandangi lelaki yang ada di depannya saat ini.
"Tapi kau selalu menyakiti diriku, apa itu yang kau sebut spesial bagimu?" tanya Aneisha dengan bibir bergetar.
Tuan Zuan lalu mengecup bibir Aneisha dengan mesra, lalu ia tatap dirinya dalam-dalam.
"Aku kasar, karena kau selalu tak indahkan apa yang aku katakan, kau selalu memberontak dan menolak setiap apa yang aku perintahkan," ujar Tuan Zu dengan berkata lembut kepadanya.
"Aku melawan, karena menurutku kau salah, aku menuruti semua yang kau perintahkan, karena aku masih bisa memenuhi perintah darimu," jawab Aneisha dengan nada mulai melemah.
"Jadi menurutmu apa yang aku perintahkan salah, Ana?" tanya Tuan Zuan kepada Aneisha.
"Tidak semuanya salah Tuan, hanya beberapa saja menurutku, Tuan," jawab Aneisha dengan menunduk lesu.
Tuan Zuan lalu memeluk tubuh mungilnya dari belakang, lalu kemudian dia mencium ceruk leher Aneisha dan menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya.
"Jangan pernah berpikir bahwa apa yang aku perintahkan adalah salah, Ana. Apa kau mengerti?" terang Tuan Zu dengan tatapan penuh intimidasi.
Aneisha hanya terdiam, mencoba untuk memahami situasi, iapun hanya mengangguk lemah, menurut saja dengan apa yang diperintahkan oleh Tuan Zu kepadanya, dari pada ia harus menerima semua hukuman dari Tuan Zu, jika dia berani untuk melawannya.
Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya telah selesai mandi bersama. Tuan Zuan lalu menggendong tubuh Aneisha yang terlilit handuk, keluar dari dalam kamar mandi.
Segera Tuan Zu mengambil dress untuk Aneisha, sengaja dia memilihkan dress di bawah lutut, lengan pendek dengan corak bunga menghiasi dress yang dikenakan oleh Aneisha.
"Pakailah ini, kau akan terlihat sangat cantik, jika kau memakai pakaian yang aku pilihkan ini," puji Tuan Zu lalu memberikan dress tersebut kepada Aneisha.
Aneisha lalu menerima dress dari Tuan Zu, lalu segera memakinya di depan Tuan Zu.
Tuan Zuan Tampak memandangi Aneisha dari atas kepala dampai ke mata kakinya.
"Kau sangat cantik Ana, setelah ini riaslah wajahmu, aku akan menunggumu di meja makan, kita sarapan bersama di sana," perintah Tuan Zu, lalu segera berlalu, setelah dirinya telah selesai mengenakan pakaiannya.
"Baik Tuan Zu, aku akan segera ke sana, setelah aku merias diriku," jawab Aneisha dengan tersenyum tipis ke arahnya.
Tuan Zuan lalu memegangi pipinya dan segera keluar dari dalam kamarnya.
Sementara itu, Aneisha kini tampak memikirkan sesuatu untuk bisa melarikan diri dari istanah Tuan Zu.
"Ya Tuhan, bantu Aku untuk menemukan jalan keluar dari istanah ini Tuhan," gumam Aneisha dalam hati.
Aneisha lalu mencari alat komunikasi yang ada di sana, ia tak menemukan telepon runah di sana. Namun saat dia mencari sesuatu di meja laci dekat tempat tidurnya, ia menemukan sebuah ponsel yang ada di dalam laci tersebut, ketika dirinya hendak menggeser layar ponsel miliknya, tiba-tiba seseorang kini telah mengetuk pintu kamarnya, dengan wajah ketakutan, segera Aneisha meletakkan kembali ponsel tersebut di dalam laci itu.
Tok
Tok
Tok
"Siapa?" tanya Aneisha dari dalam.
"Saya Kiem Nyonya Zu, pengawal Tuan Zu. Tuan memerintahkan saya untuk segera menjemput Nyonya Zu untuk segera ke meja makan," ujar pengawal tersebut dari luar ruangannya.
"Baiklah, aku akan segera keluar," jawab Aneisha dari dalam.
Bersambung