Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

Tuan Zu tampak marah, ketika melihat Xavier masih berada di halaman rumahnya.

 

Saat Tuan Zu mengusir dirinya, ia tak lantas pulang ke rumahnya, ia dengan santainya duduk di halaman rumahnya.

 

Para pengawalnya tak bisa berbuat apa-apa, karena Tuan Xavier mengancam mereka, ia akan membatalkan semua kontrak kerja sama dengan Tuan Zu yang bernilai triliunan, jika mereka saat ini mengusir dirinya.

 

"Kenapa kalian masih membiarkannya berada di sini?" tanya Tuan Zu kepada salah seorang pengawal yang ada di sana.

 

"Maaf Tuan, saat itu kami tidak berani mengusirnya," jawab seorang pengawal dengan tertunduk takut.

 

"Kenapa kalian tidak berani mengusirnya? Katakan kepadaku, apa dia sedang mengancam kalian?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah  pengawalnya dengan wajah geram.

 

"Maaf Tuan Zu, Tuan Xavier memang mengancam kami, jika kami berani mengusirnya, Tuan Xavier akan membatalkan kontrak kerja sama dengan Perusahaan Zuan Chan State Group yang bernilai triliunan," jawabnya dengan nada ketakutan.

 

Tuan Zu lalu mengusap wajahnya dengan kasar, terlihat jelas jika saat ini dirinya benar-benar sangat marah, ketika Tuan Xavier membawa urusan pribadinya dengan urusan kerja samanya dengan perusahaan miliknya.

 

Tuan Zu lalu berjalan menuju ke arah taman, ia melangkah dengan wajahnya yang sangat angkuh, menatap dingin ke arah Tuan Xavier. Saat langkah kakinya mulai mendekat ke arah Tuan Xavier, Tuan Zu lalu berdiri di samping kursi panjang yang kini di duduki oleh Tuan Xavier.

 

"Kenapa kau masih di sini? Bukankah aku sudah mengusir dirimu tadi?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh menelisik.

 

Tuan Xavier hanya tersenyum miring dan santai menanggapi Tuan Zuan, yang saat ini menatap dirinya penuh keangkuhan.

 

"Aku hanya ingin mengajakmu berbicara sebentar saja," jawabnya dengan nada santainya.

 

"Kau ingin berbicara tentang apa?" tanya Tuan Zu menatap ke arah Tuan Xavier yang kini sedang menatap ke arah lain.

 

"Istrimu," jawabnya dengan tersenyum simpul.

 

Tuan Zu lalu menoleh ke arah Tuan Zu, menatap wajahnya dengan tatapan penuh, lalu tak lama kemudian Tuan Zu berjalan ke arah Tuan Xavier dan berdiri tepat di hadapannya, dengan tatapan penuh kemarahan.

 

"Kenapa dengan istriku? Apa yang kau inginkan?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh kemarahan.

 

"Kau sudah memiliki banyak istri Zu, apa kamu tidak kerepotan mengatur mereka, dengan banyaknya istri yang kau miliki saat ini?" tanya Tuan Xavier menyindir Tuan Zu.

 

"Aku tidak pernah kerepotan dengan istri yang aku miliki saat ini, jadi kau tidak perlu khawatir akan hal itu," jawab Tuan Zu dengan nada santainya .

 

"Tapi kau cukup kerepotan dengan istrimu yang sudah kau siksa di depan para tamumu itu, jila kau tak menginginkannya, kau bisa memberikan dia kepadaku," ucap Tuan Xavier dengan tersenyum miring ke arahnya.

 

Ucapan Tuan Xavier, akhirnya membuat Tuan Zu naik darah saat itu

 

Matanya menyorot tajam ke arah Tuan Xavier, wajahnya benar-benar sangat marah, tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Tuan Xavier, Aneisha adalah istri kesayangannya, bukan piala bergilir yang siapa saja yang mau, bisa diberikannya.

 

"Apa maksud ucapanmu Tuan Xavier? Kau kira istriku adalah piala bergilir? Masih banyak wanita yang bisa kau jadikan istrimu, tanpa merebut istri orang," Tegas Tuan Zu dengan nada penuh penekanan.

 

"Jika dia bukan seperti yang kau katakan? Mengapa kau memperlakukan dia seperti itu dihadapan semua para tamumu? Dia menjadi bahan konsumsi tontonan orang-orang, di saat dia tak ingin mempertontonkan tubuhnya di hadapan para lelaki hidung belang yang ada di pestamu itu. Termasuk dengan diriku," jawab Tuan Xavier dengab menyorot tajam kedua mata elangnya ke arah Tuan Zu.

 

Tuan Zu langsung terdiam, sungguh saat itu dirinya tak pernah menyangka, jika Taun Xavier memiliki pandangan seperti itu kepada istrinya saat ini.

 

"Zu, aku berkata seperti ini, karena aku sangat iba dengan keadaan istrimu, tubuhnya lemah dan dia sedikit tertekan dengan apa yang dia pikirkan saat ini. Jangan terlalu kasar memperlakukan dia, dia masih sangat muda dari istrimu yang lain, jiwa dan hatinya sangat labil, jangan sampai kau akan menyesali atas perbuatanmu saat ini," lanjut ucapan Tuan Xavier lalu segera bediri dari tempat duduknya.

 

"Kau tidak perlu menasehatiku, aku tau apa yang terbaik untuk istriku atau tidak," balas Tuan Zu dengan nada sinis.

 

"Ckck, aku tidak menasehatimu Zu, aku hanya memberikan saran untukmu, istri ke-4 mu memang sangat berbeda dengan istrimu yang lainnya, dia polos dan memiliki wajah cantik yang alami sejak lahir, aku yakin dia adalah gadis tawanan yang dijadikan orang tuanya sebagai tebusan untuk melunasi hutang-hutangnya kepadamu," ujar Tuan Xavier menepuk pundak Tuan Zu.

 

"Kau sebaiknya tidak ikut campur dengan urusan pribadiku, aku sarankan kepadamu, segeralah kau menikah dan memiliki seorang istri, agar kau tak memiliki niatan untuk merebut istri dari rekan bisnismu sendiri," sindir Tuan Zu kepada Tuan Xavier.

 

Tuan Xavier hanya tertawa mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu saat ini, ia tau jika saat ini dirinya sedang cemburu kepada dirinya saat ini.

 

"Kau tenang saja, aku akan menikah dengan wanita yang benar-benar cocok untuk mendampingi diriku, aku berharap aku akan berjodoh dengan wanita seperti istrimu saat ini," jawabnya dengan mengulas senyumannya.

 

Tuan Zuan menggenggam tangannya sendiri, ia terlihat sangat marah, ketika Tuan Xavier mengatakan hal itu kepadanya.

 

"Kau jangan sekali-kali memimpikan Ana menjadi istrimu Tuan Xavier, karena dia hanya milikku dan sampai kapanpun dia hanya menjadi milikku," tegas Tuan Zu menatap nyalang ke arah wajah Tuan Xavier.

 

"Kita akan buktikan nanti, apakah dia akan tetap menjadi istrimu atau tidak. Baiklah, aku harus kembali ke markasku, terima kasih sudah memberikan aku waktumu untuk menemaniku mengobrol denganku, " pamit Tuan Xavier lalu segera beranjak pergi meninggalkan Tuan Zu yang saat ini tengah menahan amarahnya.

 

Setelah kepergian Tuan Xavier, Tuan Zu langsung menuju ke arah kamarnya dan mulai masuk ke dalam kamarnya.

 

Saat itu, sudah hampir dua jam Aneisha tidur di dalam kamarnya.

 

Segera dia menarik selimutnya dengan sangat kasar, lalu dengan cepat dia melucuti semua pakaian yang dikenakan oleh Aneisha.

 

Tuan Zuan langsung mencium bibirnya dengan sangat kasar, ia melumat dan menggigit bibirnya dengan kasar.

 

Aneisha terkejut, ketika merasakan tubuh seseorang telah menindih tubuhnya yang sedang terbaring tidur.

 

Dengan cepat ia membuka kedua matanya dan melihat Tuan Zu, kini sudah berada di atas tubuhnya.

 

Saat ia hendak mendorong tubuh Tuan Zu dengan kedua tangannya, dengan cepat tangan Tuan Zu langsung menarik kedua tangannya ke atas, dan menguncinya dengan satu tangannya. Satu tangannya lagi, dia gunakan untuk melucuti semua kain yang menempel di tubuhnya.

 

"Ehmp...ehmp..ehmp..," suara Aneisha terdengar meronta-ronta saat itu.

 

Tuan Zuan tak indahkan teriakannya yang tersumpal dengan bibirnya yang menempel di bibir miliknya.

 

Tak lama kemudian, Tuan Zu melepaskan pagutannya dan memberikan ruang nafas untuk Aneisha menghirup oksigen, setelah sebelumnya dia terlihat kehabisan oksigen, setelah Tuan Zu menyumpal mulutnya dengan bibirnya.

 

"Ambillah oksigen sebanyak-banyaknya Ana, karena sebentar lagi aku akan menyumpal mulutmu kembali dengan bibirku," ucap Tuan Zu dengan menatap penuh seringai ke arah wajah Aneisha.

 

"Tuan mau apa?" tanya Ana dengan nada semakin melemah.

 

"Kau tanya aku mau apa? Apa kau tak ingat dengan kata-kataku dua jam yang lalu? Hukumanku belum selesai Ana, karena kau terlalu dekat dengan Tuan Xavier tadi, aku akan memberikan pelajaran yang tak akan pernah kau lupakan."

 

Aneisha terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Tuan Zuan saat ini, sungguh dirinya benar-benar takut saat ini, ketika Tuan Zu mengatakan, bahwa dirinya masih mendapatkan hukuman lagi dari suami kejamnya.

 

"Tuan Zu, tolong jangan hukum aku lagi, aku sudah tak kuat menjalani hukuman darimu," Aneisha berkata dengan nada memelas.

 

"Jangan pernah mengeluh dengan hukuman yang aku berikan kepadamu, Ana. Aku tak akan memberikan hukuman kepadamu, jika kau tak melakukan kesalahan kepadaku," balas Tuan Zu dengan menatap nyalang ke arah Aneisha.

 

Aneisha benar-benar bingung, kesalahan apa yang dia buat, sehingga membuat Tuan Zu merasa kesal dan marah kepadanya. Ia masih belum bisa memahami semua sifat yang dimiliki oleh Tuan Zu yang mudah marah dan bersikap dingin kepada dirinya.

 

Tanpa menunggu lama, Tuan Zu langsung melumat kembali bibir Aneisha, lalu mencumbui setiap lekuk tubuh Aneisha dan kemudian kembali memetik madu Aneisha, melakukan hubungan suami istri dengan sedikit kasar.

 

Aneisha hanya bisa menangis, ketika milik Tuan Zu, kembali menghujam miliknya dengan kasar.

 

"Ya Tuhan, aku sudah lelah, aku sudah tak tahan dengan semua perlakuan Tuan Zu kepadaku, tolong aku Tuhan, berikan aku kekuatan untuk mengakhiri penderitaanku menjadi istri Tuan Zu," monolog Aneisha dalam hati.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel