So funny
“Jangan khawatir tentang itu,” kata Taylor dengan senyuman di wajahnya. Sejak saat bertemu dengannya, dia tidak mengubah pendapatnya tentangnya, seorang gadis yang sangat cerdas, baik hati, dan naif.
Ariel mulai menceritakan semuanya. Taylor tidak bisa menahan diri tanpa tertawa sedikitpun. 'Adam benar-benar dalam kesulitan’ menilai dari betapa marahnya Ariel, pikir Bekora. Maria mendengarkan dengan seksama dan tidak mengambil bagian dalam percakapan mereka.
“Baiklah jangan khawatir, aku akan segera mengambil USB merah mu Ariel. Tolong tunggu di sini dengan Maria sebentar.”
"Tentu, terima kasih Tuan Taylor!" Ariel menganggukan wajahnya dengan lega,
"Oke, sekarang setelah dokumen selesai, kau lebih baik siap-siap untuk ke persidangan hari ini. Aku tidak ingin ada yang ketinggalan, jika kau sampai melakukan kesalahan jangan repot-repot datang kerja besok. Mengerti!" kata Justin dengan nada yang serius. Semua wajah pengacara berubah pucat karena ketakutan. Mereka semua mengangguk sebagai tanda setuju dan bergegas meninggalkan ruang pertemuan. Suasana hati Justin menjadi lebih buruk ketika dia mendengar bahwa bibinya memiliki bukti kuat yang menentang mereka. Dia terlihat kesal dan menyandarkan punggungnya di kursi, melihat ke langit-langit.
"Aku tidak bisa kalah dalam pertempuran ini apapun yang terjadi. Apapun yang dia rencanakan, aku harus menang."
Justin tetap seperti itu selama beberapa menit dan kemudian meninggalkan ruang pertemuan untuk pergi ke kantornya. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya dan memutuskan untuk menelepon Taylor. Lebih baik mendengarkan pendapat orang lain yang bisa dipercaya. Ponselnya ternyata mati.
"What theeeee! Hanya ketika kau benar-benar membutuhkannya, ponselnya kehabisan baterai."
Justin kemudian menelepon sekretaris untuk mengetahui keberadaan Taylor. Sekretaris itu memberitahunya bahwa seorang gadis datang mencarinya tadi dan kemudian Tuan Taylor datang untuk membantu gadis itu. Mereka sekarang berada di aula A7 di lantai sepuluh. Justin menutup panggilan telepon dan kemudian memasuki lift.
"Aneh sekali?! Siapa kira-kira gadis itu? Setiap gadis yang memiliki koneksi dengan diriku tahu betul jika mereka dilarang untuk datang ke perusahaanku. Mungkin orang aneh lain yang menyukaiku. Pria, wanita pasti menyebalkan dan membuat sakit kepala. Money digger ones!”
Dia segera sampai di lantai sepuluh dan berjalan menuju pintu aula A7.
Di dalam aula Maria, Taylor dan Ariel sedang berbicara dan bercanda. Maria mulai tertawa begitu dia mendengar bagaimana Ariel dan Justin bertemu. Dia tidak percaya bahwa ada orang yang tidak mengenali Justin masih tetap ada sampai sekarang. Ariel bahkan mengira dia adalah seorang asisten, semua tawa ini terlalu berlebihan untuk perutnya. Taylor memiliki reaksi yang sama tetapi tetap menjaga wajah tenang.
“Hahaha!” Tawa Marie.
“Aku tahu. Kok bisa patung harganya 99 juta dollar, benarkan?! Pokoknya begitulah aku membuat diriku masuk dalam kekacauan ini.” Aria mendengus kesal.
'Ini mungkin membuatmu berantakan, tetapi bagi kami ini keberuntungan.’ Pikir Bekora sambil melihat ke arah Ariel yang tertawa bersama Maria.
Ponsel Taylor berdering, itu adalah pesan dari sekretarisnya yang memberitahu bahwa presiden sedang menuju ke aula A7.
‘Nice. Bagaimana kalau aku beritahu Ariel siapa presidennya sekarang? Ini akan sangat menyenangkan.’ pikir Taylor dan senyum iblis muncul di wajahnya. Maria melihatnya dan membuat wajah yang dengan jelas sedang bertanya, apa sih yang sedang melintas melalui otak jahatmu itu. Taylor mengedipkan mata ke Maria dan memberitahunya bahwa ini pasti akan menyenangkan. Ariel memandang pada keduanya dan tetap merasa sedikit bingung tentang cara mereka menatap satu sama lain. Taylor menatap Ariel dan memberitahunya bahwa presiden direktur telah menyelesaikan rapatnya sekarang. Mereka bertiga bangun dan siap berangkat ke kantor presiden. Mereka tidak tahu bahwa sang President Justin ada di belakang pintu dan siap membukanya.
"Ayo pergi." kata Ariel dan pergi berjalan lebih dulu.
Dia berada di depan pintu dan hendak membukanya tapi pada saat itu pintu terbuka dan menabrak kening Ariel dengan cukup keras.
“Oh tidak! Ariel apa kau baik-baik saja?!!” tanya Taylor segera.
"Ariel, apakah itu sakit?! Apakah kau perlu duduk sebentar?" Tanya Maria dengan nada sangat khawatir.
"Aku baik-baik saja, Aku rasa." kata Ariel sambil mengusap-usap keningnya yang memerah.
Justin memasuki ruangan dan sangat terkejut saat melihat Ariel.
"Ariel?!! apa yang kau lakukan di sini?" tanya Justin.
Ariel memelototi Justin. Ketika dia melihat dahi Ariel, dia menyadari bahwa pintu telah menabraknya.
"Apa kau idiot ?! Siapa yang berdiri di balik pintu seperti itu ?!" kata Justin dan tertawa kecil saat melihat dahi Ariel yang memerah.
"Kau lah yang idiot disini, dasar bocah narsis sialan. Siapa yang masuk tanpa mengetuk dulu?! Bahkan adikku yang di kelas satu tahu itu. Mungkin aku harus memintanya untuk mengajarimu!." ucap Ariel dengan nada marah.
Justin menjadi marah dan memelototi Ariel, yang mengejutkannya Ariel juga membalas memelototinya. Taylor dan Maria yang menyaksikan seluruh adegan ini hampir tidak bisa menahan tawa mereka. Maria sekarang yakin bahwa Ariel adalah gadis yang benar-benar unik yang cukup berani untuk mengajari Justin.
"Aku rasa Kau lebih banyak menghabiskan sebagian besar waktu mu untuk membaca buku, itulah mengapa Kau tidak tahu siapa yang ada di depanmu, gadis kutu buku." kata Justin dengan nada serius,
"Kenapa kau belum pergi ke sekolah reedukasi? Bukankah uang yang kuberikan tadi pagi sudah cukup banyak, kau orang yang tidak sopan? Ditambah aku tahu kau bekerja di sini dan dengan karaktermu yang menyebalkan ini aku tidak peduli ataupun ingin tahu siapa kau. Sekarang minggir dari jalanku bocah narsis bodoh." kata Ariel dengan nada serius dan sangat marah meninggalkan Justin dengan wajah yang jelas menunjukkan betapa tidak terduga jawabannya. Keduanya mendengar beberapa tawa dan berbalik dengan wajah ke arah Taylor dan Marie yang sedang membunuh diri mereka sendiri karena banyak tertawa.
"Apa kalian baik-baik saja ???" tanya Ariel sambil melihat tingkah aneh mereka.
"Hahahaha.haha.ha oh astaga! Perutku sudah tidak tahan lagi." kata Maria sambil tertawa.
"Hahahaha ... hahahaha aku ..haha .. aku juga hahaha!" kata Taylor masih tertawa.
Butuh beberapa waktu bagi mereka untuk tenang.
"Ya ampun, sungguh lucu! Ternyata aku layak untuk kembali lebih awal! Aku melihat adegan yang bagus.” 'Kata Maria.
"Well kita mungkin akan melihat lebih banyak adegan ini di masa mendatang juga." Kata Taylor dan Maria menganggukkan kepalanya mengisyaratkan kata setuju.
Ariel tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Disisi lain Justin mendesah dengan kesal.
'Aku dikelilingi oleh orang-orang bodoh. Aku hampir tidak percaya bahwa kita adalah saudara sedarah.’ pikir Justin.
Maria dan Taylor kembali terlihat serius ketika mereka melihat senyum menakutkan Justin. Setelah melihat mereka kembali normal, dia melihat ke arah Ariel yang masih belum mengerti mengapa mereka tertawa begitu keras sebelumnya.
"Ngomong-ngomong, apa yang kau lakukan disini harimau kecill?" tanya Justin dengan mode menggoda. Ariel memelototi ke arah Justin Lagi tapi itu sepertinya tidak terlalu mempengaruhinya. Semakin Ariel marah semakin Justin ingin menggodanya.
Ariel terlihat kesal dan berpikir tak ada gunanya terus berdebat dengannya.
"Sekarang semua orang telah menyelesaikan apa yang mereka bicarakan, bisakah kita menyelesaikan urusanku. Taylor maukah kau mengambilkan USB ku dari kantor presiden direktur supaya aku bisa cepat pergi. Aku masih punya beberapa pekerjaan yang harus dilakukan dan tidak bisa menunggu lagi."
“Tentu aku tidak masalah tapi, apakah kau tidak ingin bertemu dengan presiden direktur sendiri?" kata Taylor berharap bahwa Ariel akan setuju sehingga dia bisa menikmati momen lucu lainnya.
"Tidak, terima kasih. Melihat dari seleranya pada sebuah patung, aku dapat dengan mudah menebak bahwa dia pasti seorang pria tua dengan kepala botak.”
Taylor tertawa dengan nakal saat melihat ekspresi bodoh Justin. Maria berusaha dengan keras menahan tawanya dan berpikir bahwa Ariel dan dirinya akan menjadi teman yang sangat baik sejak Ariel dapat menjawab balik dengan mudah semua perkataan Justin.