Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Kecelakaan

Pagi harinya, aku terbangun dan mendapati hanya Valen yang menemani di sisi ranjang. Kak Anti dan yang lainnya tidak muncul untuk menjengukku lagi. Ada amarah yang terpendam terhadap mereka semua. 

Aku menepis selimut dan duduk, memutuskan untuk tidak kembali ke kost dan mengajak Valen mencari penginapan yang lebih nyaman untuk ditinggali sementara, mengingat sore ini aku harus kembali bekerja. 

Sejujurnya, aku ingin berhenti dari pekerjaan saat ini, namun masih terikat kontrak dengan Om Bobby. Padahal, sebenarnya aku bisa menjual mobil pemberian Tante Siska untuk kehidupan lebih baik. 

"Len, yuk cari penginapan buat kita. Aku males balik ke kost," ucapku. 

"Ya udah lah, gue ikut aja. Emang gue punya duit," balas Valen pasrah. 

Aku tertawa sejenak, "Padahal waktu tau lo punya bisnis sendiri, sempet kagum, eh, ternyata bisnis istri lo." 

"Woi! Jadi lo sekarang ngehina gue gitu?" timpalnya dengan cepat. 

"Broo, santai. Aku bercanda aja," aku mencoba meredakan suasana hati Valen yang mulai naik. 

Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka. Masuklah wanita yang selama ini kupuja, melangkah lembut ke arah kami.

"Ehemmm...." Dia mendehem ketika sudah berada di belakang Valen. Dengan begitu Valen langsung sedikit menyingkirkan tubuhnya.

"Boleh kita bicara 4 mata ?" lanjut Wulan.

Valen seketika mengerti akan hal ini, jadi dia kemudian langsung pamit untuk keluar.

"Mau bicara apa sayang ? Sepertinya sangat penting, " tanyaku sambil membelai punggung tangannya.

"Habis ini, aku mau ajak kamu Ke apartemen gue yah, Soalnya aku mau memberikan sesuatu kejutan buat kamu," jawabnya.

"Kejutan apa sih sayang ? Bikin penasaran aja, " tanyaku.

"Bukan kejutan lagi dong namanya kalau aku jelasin sekarang, " jawabnya sedikit menjitak keningku.

"Aduhhh..." Pekikku pura pura.

"Huuu .....Manjaaaa, " Ejeknya kemudian ?encubit bagian perutku.

"Ngga sabar banget Yank, pengen di halalin kamu, " lanjutnya.

"Hmm emang mau nikah sama pengangguran ?" tanyaku.

"Engga papa deh, yang penting bisa sama kamu selamanya, kan aku Juga Udah punya kerjaan tetap dan bagiku itu sudah cukup untuk kelangsungan hidup kita selamanya " jelasnya.

"Tadi aku udah bayarin, biaya rumah sakit kamu, dan sekarang sebaiknya kita siap siap  menuju apartemen aku yah?" Ujar Wulan.

Akhirnya aku merasa legah mendengar penuturannya, meskipun hari hariku selalu berwarna di sini, tapi tetap saja membuatku bosan. Kini aku seperti menyesal kenapa aku mau saja di bodohi teman-temanku untuk mendonorkan ginjalku kepada Rina.

Jam menunjukkan pukul 7.50 pagi, Kami berdua sudah berada Di parkiran, ternyata Wulan sudah mempunyai mobil yang lumayan mewah juga, sedangakan Valen, aku menyuruhnya untuk mencari penginapan dan dia juga yang membawa mobil pemberian Tante Siska.

"Masih jauh apartemen kamu Yank ?" tanyaku.

"Kisaran 30 Menitan aja kok, kamu udah ngga sabaran yahh  ?" Ucapnya sambil tetap fokus mengemudi.

"Hehehhe gueee....." ucapku terpotong, dan tiba-tiba.

Bruuuakkkkk.... Bruaakkkk.

Seketika Mobil kami langsung kehilangan kendali, sehingga kemudian mobil yang di kemudikan wulan Langsung mengarah ke pepohonan yang cukup besar 

"Aaaaaaaa....tidaaakkkk !!!" teriak Wulan menutup wajahnya dengan kedua tangannya seakan memiliki harapan kejadian saat ini adalah mimpi semata.

Mobil terhenti seketika karena tertabrak, sedangkan Wulan yang Kepalanya terbentur di kemudi mobilnya langsung saja tak sadarkan diri. 

Kemudian aku berbalik kearah belakang ingin melihat siapa yang menabrak mobil kami, sejenak aku melihat 4 orang dengan outfit serba hitam dan sepertinya sama persis dengan pria yang pernah kuhajar habis bersama dengan Valen. Tapi kali ini mereka menggunakan topeng, jadi aku tidak bisa memastikan hal itu.

"Jangan bergerak!" teriak kedua pria sambil menodongkan pistol ke arahku, sedang dua pria lagi langsung membuka pintu samping, tempat Wulan tidak sadarkan diri.

"Jangan sentuh wanita itu !" Bentakku, tapi tiba tiba pria yang menodongkan pistolnya langsung memukul wajahku dengan sikutnya.

"Diaammnm, kalau mau selamat !"  Ancamnya,

dia melanjutkan aksinya dengan membopong tubuh Wulan yang masih Pingsan. Seketika aku ingin menggerakkan kakiku untuk bertindak, tapi ternyata kakiku terjepit akibat tabrakan membuat mobil ini penyok sampai menjepit kakiku.

"Arrrggggg sial !" Aku menggerutu sambil memukul dasbor mobil, kali ini aku tidak bisa melakukan apapun, karena semakin aku menggerakkan kakiku maka semakin sakit rasanya. Jadi aku hanya bisa melihat keempat pria Itu pergi sambil membawa Wulan. Baru saja aku ingin memperhatikan plat mobilnya tapi ternyata mobil itu tidak memakai plat nomor.

"Arrrgggggg sundaaalaaa!!!!" Batinku.

Tuttt.....tuttt...

"Halo bro, " ucapku saat panggilanku tersambung dengan Valen.

"Iyya ada apa?" jawab Valen.

"Kesini sekarang bantuin, itu gue udah kirim sharelock !" pintaku, lalu mengakhiri panggilan.

Sambil menunggu Valen, aku sedikit kebingungan dengan masalah yang Senantiasa menimpaku, padahal aku orang baik, penyayang, suka memberi meskipun dalam arti memberi kenikmatan, tapi setidaknya itu adalah sebuah kebaikan karena telah membantu melampiaskan hasratnya.

Tak lama kemudian, Valen Datang Menggunakan mobilku.

"Lu ngapain di sini bro ?" tanyanya dengan nada polos.

"Yah ini gue kecelakaan, tapi belum sempat mati, anjjjnggg bangsaattt tolongin gue lah, liat teman udah susah masih nanya !" Ujarku kesal.

"Ohhhhhhh, kirain lu lagi santai di bawah pohon yang rindang ini, bagi gue ini cocok sih sambil menikmati pemandangan !" lanjutnya dan sepertinya dia lagi mencoba menguji kesabaranku.

"Lubang pukiiiii kooo, cepetan bangsaaatttt ini kaki gue kejepit !" ucapku.

" Aduhhh gue ngga bawa gergaji nih" jawabnya.

"Asssuuuu kan lu bisa bantuin tarik kaki gue, " ujarku lagi.

Dia kemudian membuka pintu di sampingku, kemudian tanpa aba aba dia langsung menarik kakiku.

Kreeeekkkkk.....

"Akkkkhhhhhh aaasssuuuuu kauuuu anak muda bajingan, bangsaaatttt kakiii kuuu patahhhhh, aaaasssuuuuuu nggaa bisa pelan pelanka ?" ujarku sambil memakinya habis habisan.

"Syukurlah, akhirnya bisa keluar juga kaki lu bro, jadi kita hanya perlu ke rumah sakit untuk segera amputasi kaki kamu !" lanjutnya tanpa merasa bersalah.

Saat ini aku sudah berdiri di samping mobil dengan, sementara tanganku di rangkul oleh Valen.

"Maksudnya amputasi itu apaan " tanyaku sambil meringis menahan sakit.

Yah maklumlah, aku hanya seorang pemuda dari desa yang baru beberapa bulan merantau di kota ini. Kata amputasi baru pertama kali kudengar, jadi aku belum mengerti apa yang dimaksud olehnya.

"Biasanya, kaki yang patah langsung di potong gitu !" jawabnya dengan santai.

"Apaaa lu gila yah, kalau di kampung gue kok cuman di urut langsung sembuh !" Timpalku protes.

"Ya udah lu balik kampung aja sekarang" jawabnya.

"Assuuuuuuuu suuueekkk bener kamu, yah! Lu kira kampung gue deket apa?" keluhku tak terima. Dalam hati, aku kembali teringat Wulan. 

"Bro, tadi gue kecelakaan sama Wulan, eh sekarang malah Wulan diculik sama empat pria yang mirip banget sama yang kita hajar sebelum masuk rumah sakit," jelasku panjang lebar. 

Valen menyeringai, "Syukur deh, bro. Akhirnya sakit hati gue bisa terobati. Kita imbang, lu nggak bisa milikin Wulan, gue juga nggak bisa milikin Wulan." Senyumnya begitu bahagia.

Aku tak bisa melanjutkan cerita karena ternyata dia juga menyukai Wulan. "Bawa gue ke rumah sakit sekarang," ucapku sambil mengelus dada. Di perjalanan menuju rumah sakit, tak ada hambatan sama sekali. Namun, aku harus kembali merasakan siksaan batin karena harus rebahan terus-menerus di rumah sakit.

Ternyata kakiku tidak perlu di potong seperti ulasan Valen, aku bersyukur tapi untuk sementara aku harus  rawat inap rumah sakit karena punggung kaki dan jemarinya ada yang retak

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel