Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

09. Kegagalan Pangeran Hei Xian

"Tidak bisa! Aku harus bisa menahannya!" Zi Wu berteriak dalam hati. "Meskipun aku tahu, tetapi lebih baik menutup semuanya untuk saat ini. Terlebih lagi, anak ini juga masih terlalu kecil."

"Sudahlah, Jatayu. Tidak ada gunanya aku membuang waktu dan tenaga hanya untuk melayanimu berdebat." Zi Wu berkata sambil menatap mata Jatayu yang tiba-tiba saja menjadi tertunduk. "Aku hanya memberi sebuah petunjuk kecil, kalau kau bukan bagian dari Klan Naga Hitam."

"Bohooong!" Jatayu benar-benar merasa terpukul dengan ucapan Zi Wu. "Itu sangat tidak benar! Jangan sembarangan mengatakan hal yang tidak benar!"

"Baiklah, Jatayu. Aku juga tidak berniat untuk membahasnya sekarang." Zi Wu segera bersiap untuk meninggalkan tempat tersebut dan berkata sembari berjalan. "Selamat tinggal, Anak Muda! Ingatlah, Hei bukanlah margamu dan nama depan yang harus kau sandang sebenarnya adalah ...."

Zi Wu sengaja tidak melanjutkan ucapannya, karena dia baru saja mendengar desiran suara angin yang sangat dia kenali. Pria berjubah ungu yang ternyata adalah jelmaan dari salah satu sisa-sisa naga peramal dari ras naga ungu segera pergi tanpa meninggalkan jejak.

"Ternyata mereka juga datang," bisik Zi Wu dalam hati sambil melesat pergi dengan membawa tubuh Langit yang masih dalam keadaan pingsan. "Aku tidak bisa menunda waktu lagi dan aku harus segera mengantarkan anak ini ke sisi An Se pamannya. Karena tempat teraman untuk bocah ini hanyalah Lembah Pakisan."

Zi Wu melesat dengan secepat kilat menuju ke tempat asal dari Langit. Tentu saja dia harus menggunakan kemampuan terbangnya dan menyamarkan bau napas dan badan mereka, agar tidak terendus oleh penciuman lawan. Bagaimanapun juga, dia merasa sangat tidak mungkin jika harus berhadapan dengan pasukan Klan Naga Hitam sambil menjaga tubuh Langit.

Pada saat Zi Wu sudah meninggalkan tempat tersebut, secara tiba-tiba saja ada banyak bayangan yang berloncatan keluar dari balik pekatnya malam di hutan tersebut. Mereka mengepung Jatayu yang dalam keadaan terikat oleh belenggu akar rambat pohon hutan dan bukan lagi cahaya ungu milik Zi Wu.

"Bagaimana mungkin!" Jatayu merasa sangat kaget saat menyadari tubuhnya hanya terbelit oleh akar pohon yang tidak seberapa kuat mengikatnya.

"Siaaaaal!" Jatayu memberontak dari lilitan akar pohon dengan kemarahan yang mencapai puncaknya. "Aku sudah tertipu sekali lagi oleh orang itu!"

"Pangeran!" Para pria berpakaian serba hitam langsung berlutut di hadapan Jatayu.

"Maafkan kami semua, Pangeran! Kami terlambat untuk menyelamatkan Anda!" Salah seorang dari para pria yang ikut mengejar Langit berkata sembari berlutut dan mengepalkan kedua telapak tangannya dengan wajah yang juga ia tundukkan.

"Bodoh kalian semua!" Jatayu mengibaskan jubah putihnya dengan kekuatan penuh hingga tubuh para prajurit Klan Naga Hitam terpental.

"Sekali lagi ampuni kami, Pangeran! Kami tidak bermaksud untuk tidak mengikuti Anda! Tetapi kami semua juga terjebak dalam hutan ini hingga kami semua seperti tidak melihat jalan keluar!" Sang pimpinan prajurit berucap dengan jujur. "Kami tersesat dan hanya berputar-putar di suatu tempat."

"Sungguh sial sekali hari ini! Aku sendiri bahkan terkecoh oleh permainan lelaki itu. Jadi, memang tidak mustahil kalau prajurit seperti mereka pun akan lebih terkecoh lagi!" Jatayu berucap dalam hati sambil berusaha keras untuk mengendalikan kemarahan yang sudah berjejalan dalam dada.

Akibatnya, ada sesuatu yang memaksa keluar dari dalam perut. Pangeran muda itu pun tiba-tiba jatuh berlutut sambil memegangi dadanya yang terasa sangat sesak. "A--apa ini?"

"Pangeraaan!" Pimpinan prajurit tampak panik dan menangkap tubuh Jatayu yang limbung dan hampir saja jatuh ke atas tanah.

"Aku terluka!" bisik Jatayu sambil memegangi dadanya yang terasa terbakar.

"Kalau begitu sebaiknya kita segera kembali saja, Pangeran!" Pimpinan prajurit terlihat cemas melihat keadaan dan wajah Jatayu yang sudah pucat pasi.

"Tapi aku kehilangan anak itu dan ayah pasti tidak akan mengampuniku!" Jatayu berusaha memberontak dan ingin mengejar Zi Wu yang telah menghilang dari pandangan mata, bagai tertelan pekatnya hutan.

Namun bagi mahluk seperti mereka, hal itu bukanlah sebuah kesulitan besar. Mereka semua memiliki ketajaman pandangan mata dan pendengaran yang tentunya tidak bisa disamakan dengan para mahluk fana di atas bumi ini. Terlebih lagi, mereka semua berasal dari klan yang diagungkan karena tingkatan kekuatannya.

"Pangeraan! Tubuh Anda terlalu lemah dan kekuatan orang itu masih tidak sebanding dengan Anda. Hamba rasa, Yang Mulia Penasehat Agung juga tidak akan menyalahkan Pangeran. Percayalah!" Pimpinan prajurit harus menangkap tubuh Jatayu sekali lagi.

"Tapi aku masih ingin memburu anak itu. Hanya dengan begitu juga, maka tugasku bisa segera selesai!" Jatayu berusaha keras untuk berdiri dengan bersusah payah sambil mengembangkan sepasang sayap hitamnya yang besar. Namun, semua sia-sia, karena tubuhnya kembali limbung dan segera ditangkap oleh sang pimpinan prajurit.

"Pangeraaan!" seru pimpinan prajurit dengan wajah panik.

"Ya sudah, bawa aku kembali!" Selesai Jatayu berucap dengan suara setengah berbisik, dia pun segera tidak sadarkan diri.

"Pangeraaaan! Pangeran Hei Xiaaaan!" Pimpinan prajurit berusaha menyadarkan Jatayu yang ternyata adalah seorang pangeran dari Klan Naga Hitam bernama lahir Hei Xian Long.

"Pangeran! Pangeran, sadarlah!"

Pangeran! Pangeran, sadarlah!" seru prajurit yang mencoba menyadarkan Jatayu.

"Pangeran Hei Xian, sadarlaah!" Para prajurit yang lain pun ikut memanggil putra dari junjungan mereka agar tersadar dari pingsannya.

"Percuma saja kita memanggilnya. Dia benar-benar pingsan!" ujar pimpinan prajurit Klan Naga Hitam dengan wajah pasrah. "Kita bawa saja pangeran kembali secepatnya!"

"Baiklah. Aku juga khawatir kalau pangeran kita terluka parah dan jika kita terlambat, bisa saja kitalah yang akan mendapatkan hukuman dari Yang Mulia!" sahut yang lainnya.

Mereka pun sepakat untuk membawa Pangeran Hei Xian kembali ke tempat para naga hitam bersemayam selama mereka tinggal di bumi. Ya. Mereka adalah para pendatang dari alam lain yang tengah mengejar sesuatu. Namun, sepertinya semua itu tidaklah semudah yang mereka bayangkan dan para mahluk serupa manusia bumi jelmaan naga pun harus sedikit kerepotan dalam perburuannya.

Sementara itu, Zi Wu melesat bagaikan anak panah lepas dari busurnya menuju ke Lembah Pakisan. Namun, ia merasa pergerakannya seperti sedang dibayang-bayangi oleh seseorang yang bersembunyi dengan sangat baik di balik kegelapan.

"Ada yang mengikutiku rupanya," bisik Zi Wu sambil menghentikan terbangnya.

Pria itu berdiri dengan gagah dan anggun pada ujung pucuk sebatang pohon hutan yang cukup tinggi.

"Tetapi dari auranya, orang ini memiliki aroma kemurnian hati yang cukup jernih. Tetapi, siapa dia dan apa maksudnya?" Zi Wu bisa merasakan desah napas dari orang yang mengikutinya ini. "Semoga saja dia bukanlah orang yang bermaksud jahat."

"Hei, yang ada di sana! Jika kau tidak memiliki maksud buruk, mengapa harus repot-repot bersembunyi?" seru Zi Wu dengan suara lantang yang berhasil memecahkan kesunyian malam.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel