8
Lynn, ibu dan putranya telah sampai di kota kelahiran Lynn juga ibunya. Kota yang memiliki banyak cerita menyakitkan, bukan hanya untuk Lynn, tapi juga untuk ibunya.
Keduanya saling menutupi rasa sakit yang saat ini menyeruak ke permukaan. Tidak bisa dipungkiri, rasa sakit itu masih ada. Lynn dan ibunya sangat ingin melupakan semua itu, akan tetapi rasa itu sudah mengakar kuat di hati mereka.
Menguatkan diri masing-masing, Lynn dan ibunya melangkah keluar dari bandara. Mereka mengambil jalan masing-masing agar tidak ada orang yang tahu tentang hubungan mereka.
Seperti Lynn yang tidak bisa mengakui putranya di depan umum begitu juga dengan ibunya yang tidak bisa mengakui Lynn. Kisah mereka memang nyaris sama.
Lynn juga tidak ingin diketahui ia datang bersama dengan Ryvero. Semuanya akan menjadi kacau ketika ada orang yang mengenalinya.
Dengan taksi yang berbeda, mereka pergi ke hotel. Lynn memesan dua kamar untuk mereka yang terletak bersebelahan.
Sampai di hotel, Lynn dan ibunya masuk ke dalam kamar mereka masing-masing. Lynn tidak akan tinggal di kediaman Archerio selama ia berada di Meksiko.
Setelah merapikan kamarnya, ia pergi ke kamar ibunya. Di atas ranjang putranya sudah terlelap.
"Aku akan pergi untuk mengunjungi Dad. Tolong jaga Ry untukku," seru Lynn.
"Tidak perlu mengkhawatirkan Ry. Ibu pasti akan menjaganya dengan baik."
"Kalau begitu aku akan segera pergi."
"Ya."
Lynn melangkah mendekati putranya. Untuk beberapa saat ia memperhatikan wajah damai sang putra. Kemudian ia mengecup kening putranya penuh kasih sayang.
Setelahnya Lynn segera pergi. Ia harus memberi salam pada ayahnya. Tidak peduli seburuk apapun ayahnya memperlakukannya, bagi Lynn pria itu tetap ayahnya.
Ia memang tidak mengikuti semua ucapan ayahnya, tapi Lynn tetap menghormati ayahnya sebagai pria yang telah membuatnya ada di dunia ini.
Dengan taksi, Lynn pergi ke kediaman ayahnya. Selama perjalanan ia hanya memasang wajah tenang, selama hampir tiga tahun ia tinggal dengan ibunya, ia tidak pernah lagi mendapatkan cacian, makian kasar dan tatapan penuh kebencian.
Hari ini ia akan mengalaminya lagi. Shirley dan ibu tirinya pasti akan menghinanya. Tidak apa-apa, Lynn sudah cukup kuat mental untuk menghadapi semua itu.
Mobil taksi memasuki gerbang sebuah kediaman yang sangat akrab untuk Lynn, rumah yang sangat mewah, tapi tidak bisa memberikan kehangatan untuk Lynn.
Lynn turun dari taksi, ia melangkah menuju ke daun pintu raksasa di depannya. Setelah itu ia membukanya. Pelayan yang berada di dekat sana terkejut melihat kedatangan Lynn kembali.
"Nona, Anda sudah kembali." Pelayan itu menyapa Lynn.
"Di mana Daddy?" tanya Lynn.
"Tuan besar ada di ruang kerjanya."
Lynn kemudian melangkah menuju ke ruang kerja ayahnya.
Seperti biasanya, kediaman itu tampak sangat sepi. Sepertinya ibu tirinya dan Shirley saat ini tengah berada di luar.
Lynn mengetuk pintu ruang kerja ayahnya. Setelah itu ia membuka pintu dan masuk ke dalam sana. Hal pertama yang ia lihat ketika ia memasuki ruangan itu adalah ayahnya yang saat ini mengenakan kacamata dengan berkas di atas meja.
Ayah Lynn mengalihkan pandangannya sejenak ke orang yang masuk. Ia terpaku sejenak melihat Lynn yang mendekat ke arahnya. Setelah hampir tiga tahun akhirnya ia bisa melihat Lynn lagi.
Putrinya tampak semakin dewasa. Tidak ada yang berubah dari Lynn, ia lega melihat putrinya baik-baik saja saat tidak berada di bawah perlindungannya.
"Selamat Sore, Dad. Aku datang." Lynn menyapa ayahnya.
"Aku tahu kau pasti akan pulang." Ayah Lynn mengenal Lynn dengan baik, putrinya pasti akan datang jika ia yang memintanya.
"Aku tidak akan lama. Setelah Shirley bertunangan aku akan kembali pergi."
"Kau baru datang dan sudah mengatakan tentang kepergian. Benar-benar sangat bagus." Ayah Lynn memasang wajah kakunya. Pria itu kembali ke dokumen yang ada di depannya.
"Aku datang hanya untuk menyapa Dad. Aku akan pergi sekarang." Lynn bersiap untuk pergi. Ayahnya mungkin terganggu dengan keberadaannya. Ia telah mengecewakan ayahnya dengan kesalahan yang sudah ia buat.
"Malam ini kekasih Shirley akan makan malam di sini. Setelah makan malam kau bisa meninggalkan rumah ini."
"Baik, Dad."
"Keluarlah."
"Ya, Dad." Lynn membalik tubuhnya dan segera meninggalkan ruang kerja ayahnya. Lynn melangkah menuju ke kamarnya yang terletak di lantai dua.
Ia membuka pintu kamarnya, rasa akrab menyapa dirinya. Semuanya masih tampak sama, kamarnya dirawat dengan baik oleh para pelayan.
Lynn keluar dari kamarnya saat pelayan mengatakan bahwa makan malam telah siap. Wanita yang mengenakan dress berwarna hitam itu segera keluar dari kamarnya. Melangkah menuju ke ruang makan.
Di sana sudah ada sang ayah dan juga ibu tirinya. Ada raut terkejut di wajah ibu tirinya ketika mata mereka bertemu pandang.
"Sejak kapan kau kembali?" tanya ibu tiri Lynn.
"Tadi sore." Lynn menjawab singkat.
Ibu tiri Lynn melihat ke arah suaminya, tapi pria itu tidak menanggapi tatapan istrinya yang tampak seperti mengatakan kenapa ia tidak diberitahu tentang kedatangan Lynn.
"Jangan duduk di sana. Duduk di sebelahku!"
Lynn mengurungkan niatnya untuk duduk di tempat ia biasa duduk dan melangkah ke sebelah ibu tirinya. Ia merasakan tatapan dingin dari ibu tirinya, tapi Lynn tidak begitu mempedulikannya. Wanita itu jelas tidak menyukai kedatangannya.
Kurang dari lima menit, Shirley datang dengan pria berpenampilan rapi di sebelahnya. Wanita itu juga sama terkejutnya ketika ia melihat Lynn ada di sana. Ia pikir ayahnya tidak akan pernah membiarkan Lynn kembali lagi ke rumah itu, tapi apa yang ia lihat sekarang?
Kenapa Lynn bisa kembali lagi ke rumah ini? Shirley merasa marah, tapi ia tidak menunjukannya di permukaan.
Sedangkan pria di sebelah Shirley saat ini tengah menatap Lynn. Setelah sekian tahun lamanya akhirnya ia bisa melihat Lynn lagi.
Noah sangat ingin melangkah ke arah Lynn kemudian mencium bibir wanita itu hingga ia puas.
Lynn menyadari kedatangan Shirley, tapi ia tidak melihat ke arah Shirley jadi ia tidak menyadari siapa yang ada di sebelah Shirley.
"Selamat malam Dad, Mom." Shirley menyapa orangtuanya. Ia tersenyum manis sembari menggandeng Noah.
"Selamat malam, Tuan dan Nyonya Archerio." Noah menyapa orangtua Lynn.
Jantung Lynn seakan berhenti berdetak. Ia tidak akan mungkin bisa melupakan suara pria yang sudah mebuat ia memiliki Ryvero di dalam hidupnya.
Keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulit Lynn. Ia pikir ia tidak akan pernah bertemu dengan Noah lagi. Noah adalah satu-satunya manusia yang harus ia hindari di muka bumi ini.
"Selamat malam, sayangku. Selamat malam, Noah. Duduklah." Ibu tiri Lynn menampakan sosoknya yang lembut tanpa kebencian di depan Noah.
Noah mengambil tempat duduk di kursi terdekat dengan ayah Lynn. Di sebelahnya ada Shirley. Saat ini Lynn bisa melihat dengan jelas wajah Noah, tapi ia tidak menatap ke arah pria itu sama sekali.
"Noah, perkenalkan itu adalah adik Shirley. Lynnelle. Dan Lynn, ini adalah Noah kekasih Shirley." Ayah Lynn memperkenalkan Noah dengan Lynn.
"Selamat malam, Lynnelle. Senang melihatmu lagi." Noah menyapa Lynn dengan senyuman tipis.
Jantung Lynn semakin tidak terkendali. Jadi pria yang akan menjadi tunangan Shirley adalah Noah. Lalu, bagaimana bisa ia menyembunyikan keberadaan Ryvero jika Noah sedekat ini dengan keluarganya.
Tidak, ia tidak ingin kehilangan Ryvero. Ia tidak ingin siapapun merebut Ryvero darinya.
"Lynn?" Ayah Lynn bersuara menegur Lynn yang tidak membalas sapaan Noah.
Lynn mencoba untuk menenankan dirinya dan debaran jantungnya. Ia mengalihkan pandangannya pada Noah lalu kemudian membalas sapaan Noah. "Selamat malam." Ia hanya membalas singkat.
"Apakah kalian sudah saling mengenal sebelumnya?" tanya Shirley. Kata-kata terakhir Noah menyiratkan bahwa keduanya pernah bertemu.
Lynn masih mencoba untuk tentang meski saat ini ia merasa semakin cemas. Tidak, Noah tidak mungkin mengatakan bahwa mereka pernah tidur bersama. Noah akan bertunangan dengan Shirley, Noah tidak mungkin melakukan hal bodoh.
"Lynnelle adalah adik kelasku." Noah memberikan jawaban yang tidak dipikirkan oleh Lynn sebelumnya.
"Ah, seperti itu." Shirley menanggapi dengan nada biasa, tapi di dalam hatinya ia benar-benar geram. Ia sangat tidak suka keberadaan Lynn di sini.
Wanita jalang seperti Lynn mungkin akan melakukan hal yang sama dengan yang ibunya lakukan terhadap ayahnya. Ia akan membunuh Lynn jika Lynn berani merayu Noah.
"Ayo kita mulai makan malamnya." Ayah Lynn menghentikan pembicaraan. Akan ada banyak waktu yang bisa digunakan untuk saling berbicara setelah ini.
Makan malam dimulai. Selama makan malam Lynn terus merasakan kegelisahan. Ia makan dengan tidak tenang. Ia hanya ingin segera pergi dari tempat itu, membawa Ryvero kembali ke tempat tinggal ibunya di luar negeri.
Sesekali Noah melihat ke arah Lynn. Wanita yang sudah menguasai otak dan hatinya itu saat ini terlihat lebih cantik, lebih dewasa dan lebih menggoda.
Makan malam usai. Lynn segera bediri dari tempat duduknya. "Dad, aku akan ke kamar mandi sebentar." Ia kemudian segera pergi.
Lynn melangkah meninggalkan ruang makan. Ia masuk ke dalam kamar mandi dan bersembunyi di sana tanpa melakukan apapun.
"Tenanglah, Lynn. Tenanglah." Ia berusaha lebih keras untuk menenangkan dirinya. Air mata mengalir dari mata indahnya tanpa bisa ia cegah. Rasa takut menghimpit dadanya hingga membuat ia merasa sangat sesak.
Lynn mencoba mengalahkan rasa takutnya. Tidak akan ada yang bisa mengambil Ryvero darinya. Ia yang telah mengandung dan melahirkan Ryvero. Hanya dirinya yang berhak atas putranya.
tbc