Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4

Hari ketiga setelah kematian Shania.

Ibuku mengambil polis asuransi kematian istriku.

"Nak, uang asuransi istrimu sangat banyak. Kamu benar-benar ketiban untung."

Aku benar-benar tidak mengerti saat melihat sikap ibuku yang seperti ini.

Shania baru meninggal tiga hari dan ibu sudah ingin mendapatkan uang santunan kematian.

Aku sedikit terkejut ketika melihat uang santunan kematian istriku.

"Nak, banyak bukan?"

Ibuku tersenyum sangat sumringah, lalu dia melanjutkan perkataannya.

"Ini semua berkat Anjani. Wanita sialan bernama Shania itu beli asuransi sebesar ini saat masih hidup. Ini tidak sebanding dengan kasih sayang yang kuberikan kepadanya sebelumnya."

Aku sedikit tidak senang saat melihat kebahagiaan ibuku yang seperti ini. Aku merasa muak.

Saat ini, aku sangat berempati pada Shania yang sudah meninggal.

Aku pikir orang-orang seperti ibu benar-benar keterlaluan.

"Ibu, apa Ibu pikir Ibu benar-benar menyayangi Shania?"

"Ibu melakukan tugas mertua dengan sangat buruk."

Aku berkata dengan sorot dingin sambil menatap ibuku dengan tatapan jengah.

"Nak, apa maksudmu?"

"Apa ini caramu mengeluh karena aku tidak memperlakukannya dengan baik selama dia masih hidup?"

"Aku saja belum mengeluhkan tentang dia!"

"Hamil tiga kali dan semuanya perempuan. Wanita tidak berguna sepertinya lebih baik mati saja!"

Aku sangat marah saat mendengar kata-kata ibu, hingga sekujur tubuhku gemetar.

Namun, aku merasa sedikit curiga.

Kenapa ibu mengatakan bahwa anak ketiga yang dikandung Shania adalah anak perempuan?

Dua anak pertama memang perempuan, tetapi bagaimana ibu tahu tentang anak ketiga yang dikandung Shania, sementara tidak ada satu pun dari kami yang mengetahuinya?

"Ibu, bagaimana Ibu tahu kalau bayi ketiga yang dikandung Shania perempuan lagi?"

Ibu terdiam sejenak.

"Anjani yang bilang!"

"Anjani bilang kalau Shania hamil dan sudah akan melahirkan. Jadi, aku minta Anjani untuk membawanya periksa ke rumah sakit swasta, sekaligus mengecek jenis kelamin bayinya. Apa salahnya?"

Aku merasa jengkel!

"Ibu, perempuan atau laki-laki sama saja, mereka anakku. Aku tidak mempermasalahkannya. Kenapa Ibu selalu bilang kalau Ibu ingin anak laki-laki!"

Aku tahu bahwa jenis kelamin bayi tergantung ayah bayi itu sendiri, karena merekalah yang memberikan benih. Kesalahan ini tidak boleh dilimpahkan kepada perempuan.

Aku benar-benar membenci gagasan bodoh ibuku ini.

"Keluarga kita hanya punya satu keturunan saja sejak beberapa generasi yang lalu. Apa salahnya kalau aku ingin anak laki-laki dalam keluarga."

"Sekarang, dia sudah meninggal. Asuransi kematiannya bisa membuatmu punya istri baru!"

Aku menatap ibuku tanpa bisa berkata-kata. Dia benar-benar berdarah dingin dan memuakkan.

Shania baru meninggal tiga hari dan dia menyuruhku untuk mencari istri baru!

Ibu ini sama dingin dan tidak berperasaannya dengan manusia tidak berguna yang suka berselingkuh di luar sana.

"Ibu, untuk sekarang aku tidak akan menikah. Selain itu, aku akan mencari orang yang menjatuhkan barang dari ketinggian untuk membalaskan dendam atas kematian Shania."

Aku berkata dengan marah, tidak menyadari gelagat aneh ibuku.

"Aku tidak punya waktu buat membicarakan omong kosong denganmu. Shania sudah meninggal, yang hidup masih tetap melanjutkan hidup."

"Aku akan keluar untuk mengurus tunjangan kematian itu!"

Ibu berjalan keluar rumah setelah mengatakan itu.

Aku tidak berdaya saat melihat kepergian ibuku.

Aku mengasihani almarhum istriku, Shania, karena harus menghadapi orang-orang yang sangat menyebalkan seperti ibuku selama ini.

Selama enam bulan setelah kematian istriku, aku selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan untuk sedikit mengalihkan kesedihanku atas kematian istriku.

Sebagai hasilnya, aku mendapat kesempatan untuk melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.

Tanpa ragu-ragu, aku menyetujuinya.

Aku bertemu dengan Hani Merliana, seorang rekan kerja wanita yang memperlakukanku dengan sangat baik.

Dia lucu dan lincah, penuh energi dan selalu memperhatikanku.

Dia memang memperlakukanku dengan baik, tetapi aku tidak menerima cintanya.

Hatiku selalu bertekad untuk menemukan pelaku yang melemparkan sesuatu ke kepala Shania!

Ibu dan adikku mendesakku untuk kembali, katanya ingin mengenalkan seorang perempuan untuk kunikahi.

Namun, aku menolak bujukan mereka karena memikirkan Shania!

Mereka terus berkata kepadaku kalau kematian Shania adalah sebuah kecelakaan.

Mereka menasihatiku untuk tidak meyakini kecurigaanku ini seumur hidup.

Aku berpikir bahwa meskipun itu adalah kecelakaan, aku akan menangkap orang yang melemparkan sesuatu dari ketinggian.

Karena kesalahannya, istri dan bayi dalam kandungan istriku terbunuh.

Aku tidak bisa menerima semua ini.

Namun, satu setengah tahun setelah kematian Shania, aku masih belum menemukan satu petunjuk pun.

Baru ketika aku kembali ke rumah dari perjalanan bisnis, aku mengetahui sesuatu ....

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel