Chapter 19
Berita tentang Max yang akan memanggil Valerie segera sampai di telinga Valerie setelah melewati ayahnya sang Raja.
Valerie menenangkan pikirannya sesaat setelah dia melihat Adrian bermain dengan nyaman dan segera berhenti memikirkannya.
“Tentu saja, Ayah sudah membuat alasan karena Emperor mengatakan jika kau sangat terkejut. Selain itu, karena kau adalah seorang wanita yang tidak tahu apa-apa tentang iblis, jadi tidak ada gunanya menanyakan pertanyaan seperti itu lagi padamu.”
Raja Louise terus berbicara seolah-olah dia telah membuat alasan untuk Putri satu-satunya.
"Tapi Yang Mulia Emperor sangat tegas hingga ayah tidak bisa menghentikannya."
"Tidak apa ayah, jangan menghentikan dia."
Perintah Max adalah mutlak. Meskipun ini adalah Kerajaan Louise, mereka tidak dapat menyangkal fakta bahwa dia adalah seorang Emperor.
"Tapi, meski begitu, mengingat kalian sudah bercerai, tidak mungkin kau bisa bertemu dengannya dengan nyaman dan menyampaikan laporanmu."
Louise kehilangan kesabarannya karena dia sangat frustasi. Kemudian, Adrian, merangkak dengan pedang mainan di lantai, tersandung dan berdiri memegang kaki Raja Louise.
“Oh Adrian… sayangku, kakek tidak marah padamu.”
“Abububu !” Adrian, menggembungkan pipinya seolah memprotes Louise.
"Kakek hanya sedang membicarakan tentang seorang pria yang bodoh... oh tidak tidak... Adrian, berpura-puralah kau tidak mendengarnya."
Pria bodoh itu adalah ayah dari cucunya yang sangat tampan. Louise segera berhenti berbicara karena dia merasa keadaan ini sedikit rumit.
“Aku baik-baik saja, ayah… sungguh !”
“Tapi Putriku Valerie…”
“Dia memilihku untuk menemuinya bukan karena dia memiliki perasaan khusus untukku. Dia bukanlah orang yang seperti itu.”
Valerie sangat yakin. Saat menikah, dia tidak pernah melihat Max memutuskan sesuatu berdasarkan emosinya belaka. Apalagi saat ini ketika mereka sudah menjadi orang asing satu sama lain.
"Dia hanya ingin menyelidiki kasus tentang Wyvern itu."
“Apakah dia tidak bisa mempertimbangkannya sama sekali ?!”
"Menurut ayah...?" Valerie menunjukkan senyum pahitnya.
"Sang Emperor adalah sebuah tahta yang tidak perlu mempertimbangkan perasaan orang lain."
Itu adalah sesuatu yang Valerie, sang Empressi, sangat tahu. Emperor adalah makhluk tertinggi, dan dia tidak perlu berpikir atau melihat hati orang lain. Bahkan itu berlaku untuk istrinya sendiri, Max adalah pria yang seperti itu.
“Dia pria yang tidak berperasaan, jadi dia akan mendengar kesaksian dariku tanpa emosi jadi jangan khawatir tentangku ayah. Jika Ayah menghentikannya lagi, dia akan marah.”
"Tapi tetap saja..."
“Ini tidak bisa dihindari. Dan aku sudah terbiasa menghadapi keadaan seperti ini.”
Valerie mungkin mengatakan bahwa Max hanyalah pria yang acuh tak acuh, tetapi karakter aslinya lebih dari itu.
"Jika Ayah tahu sebelumnya bahwa dia adalah pria seperti itu, Ayah tidak…”
‘Ayah tidak akan pernah mengirimmu Putriku Valerie.' Mata Louise yang mengatakan itu.
"Aku tahu..."
Valerie dengan cepat tersenyum cerah sebelum Ayahnya menjadi lebih sedih lagi.
“Dan berhenti membicarakan dia. Adrian akan mendengarnya.”
"Ya, kau benar. Dia masih memiliki lima gigi. Benarkan ?" Louise balas tersenyum saat melihat Adrian tergantung di kakinya.
“Abububu !”
"Dia juga kuat."
Adrian, yang belum bisa berbicara dengan baik, adalah suara paling kuat di antara mereka semua.
“Amaaaa ! Amaaaa ! abububu...”
Adrian menepuk kaki Louise dengan tinjunya yang lembut seolah-olah dia sedang meninju. Valerie harus segera mengajarkan Adrian sopan santun, tetapi Valerie menatap Adrian dengan ekspresi penuh cinta.
“Abububu !”
“Ya, silakan dan belajarlah berbicara. Lalu kakek akan memberimu hadiah lainnya."
Baru-baru ini, Adrian sering mengulangi kata-kata yang sama seolah-olah dia akan mulai mengomel. Well, itu hanya sebuah ocehan bayi, tapi...
“Abubu...” Adrian terus menepuk-nepuk kaki Louise karena frustasi.
"Aku tahu kau frustasi karena kau sangat ingin berbicara, tetapi aku juga merasa frustasi ketika aku mendengarkanmu karena aku tidak mengerti apa yang kau ucapkan..."
“Abububu ! Ananaa !”
Louise mendengus dengan sengaja. Itu karena Louise mengira Adrian akan mulai belajar berbicara dengan cepat hanya jika Adrian merasa frustasi. Valerie tidak menyukai gaya mengasuh Ayahnya yang ketat, tetapi dia tidak bisa campur tangan karena mereka memiliki dunianya sendiri.
“Amamama !” Adrian berteriak keras. Sekali lagi, dia mengayunkan tinjunya.
"Aku tidak bisa bermain denganmu hari ini karena aku sibuk."
“Ana ! Ana ! Ah, Ana ! Abububu !”
Dengan enggan, Valerie mendekati Adrian.
“Adrian, kau harus tidur siang. Atau mau camilan ?!"
Adrian menoleh dengan ekspresi sedikit sedih dan menggantung di kaki Valerie kali ini.
“Ama...ma...!”
Mata gelap Adrian yang menatap Valerie terlihat sangat indah. Meskipun kedua bola mati itu adalah mata gelap yang sama, namun kedua mata Adrian adalah mata yang tidak pernah terlihat di kedua mata Max. Valerie merasa bahwa kehidupan kecil yang telah dia lahirkan ke dunia ini jauh lebih berharga.
"Ya, itu bagus juga."
Setelah bertemu dengan Max, tidak ada yang berubah.
Matanya yang gelap masih begitu dalam dan lebih dingin dari sebalok es.
Tapi Adrian berbeda. Valerie tidak pernah berniat untuk membesarkan anaknya yang berharga seperti mereka membesarkan Max di dalam kekaisaran yang dingin.
"Kemarilah."
Valerie memeluk tubuh kecil Adrian dengan erat. Selama ada kehangatan seperti ini, Valerie tidak takut apapun, baik itu Wyvern ataupun sang Emperor, Maximilian Edmund.