Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 16

Utusan Kekaisaran mencoba menyelesaikan kebingungan di antara orang-orang yang melihat kejadian baru saja terjadi. Mereka mengirim tentara kekaisaran keluar dari alun-alun untuk mengepung para Wyvern, dan mengamankan para Ksatria Vatikan yang berada di tempat kejadian.

Tentu saja, protes dari Paus tidak berhasil mengalahkan pasukan tentara kekaisaran jika itu sudah titah yang berasal dari Emperor.

“Dimana ? Biarkan Raja Louise, pemilik tanah kerajaan ini, yang mengadili dan memutuskan."

Semua anggota Keluarga Kerajaan dan kepala Vatikan berkumpul di dalam Istana Louise dengan tergesa-gesa. Liam dengan meyakinkan mengawal keluarga kerajaan, dan Rebecca sedang mencoba untuk menenangkan Valerie yang masih gemetar ketakutan.

Aku tidak mengerti bagaimana bisa Tentara Kekaisaran datang ke sini, saat para Iblis muncul dan sudah diselamatkan oleh Vatikan.

"Tentara dari Kekaisaran, itu sungguh tidak terduga."

Raja Louise menghindari untuk menjawab secara langsung. Baik Emperor ataupun Paus adalah dua orang berpengaruh yang sulit untuk Raja hadapi.

“Pangeran kecil ini pasti sangat terkejut, jadi jika kau mengizinkan aku, aku ingin mengirim putri dan pangeran terlebih dahulu.”

Maria mengintervensi dengan cepat namun lembut. Setelah mendengar bahwa yang datang adalah Tentara Kekaisaran, yang dipimpin langsung oleh Emperor sendiri, Maria menyadari jika ekspresi wajah Valerie menjadi tegang.

“Tentu saja, kau bisa melakukan itu.”

Paus berbicara kepada Valerie, “Melihat apa yang terjadi hari ini. Sepertinya Tuhan sangat memberkati pangeran kecil."

"Ya."

Valerie menjawab singkat dengan ekspresi kaku dan memegang erat keranjang Adrian.

“Kalau begitu aku akan masuk ke dalam dan menjaga pangeran.”

Sesaat ketika Valerie menekuk lutut sedikit untuk menunjukkan rasa hormatnya, di luar keadaan tiba-tiba menjadi sedikit berisik. Kemudian suara terompet yang terdengar familiar di telinga terdengar.

Itu adalah suara yang sama yang selalu Valerie dengar ketika masih menjadi anggota keluarga kekaisaran, yang hanya berkumandang ketika Emperor muncul. Tubuh Valerie tanpa disadari bereaksi lebih dulu dan terhenti.

“Yang Mulia Emperor Maximilian Edmund !”

Sudah terlambat bagi Valerie untuk pergi. Tidak ada yang bisa meninggalkan tempat duduk mereka dengan terdengarnya suara terompet yang berkumandang. Tubuh Valerie masih teringat etika protokol Kekaisaran. Valerie bisa mendengar suara langkah kaki yang familiar di telinga ketika Valerie menekuk lutut dengan keranjang di tangannya.

"Dengan izin Yang Mulia Emperor, Semuanya, angkat kepala kalian." Ucap Serus dengan suara lantang. Mereka semua dengan segera menuruti perintah itu, tapi hanya Valerie yang masih menundukkan wajahnya dan menghindari tatapan Max.

"Sungguh sebuah kebetulan, Yang Mulia ada di sini ?!" Paus membuka mulutnya lebih dulu.

"Ya, sebuah kebetulan adalah hal yang biasa saat ini. "

Max menjawab dengan nada sangat dingin. Saat Valerie mendengar suara itu, Valerie ingat terakhir kali Valerie melihat Max. Suara Max yang berat, datar dan dingin, sama sekali tidak berubah sedikitpun, masih terasa menyakitkan.

“Apakah kau baik-baik saja ?! Apa kau terluka ?!”

Max mengalihkan pandangannya ke arah Valerie yang masih tertunduk.

“Yang Mulia, Emperor. beruntung, keluarga kerajaan aman dan tidak ada yang terluka. "

Raja Louise melangkah maju, tetapi pandangan mata Max tetap tertuju pada Valerie yang tidak bergeming sedikitpun.

“Jadi kau tidak terluka. Kau baik-baik saja. syukurlah.”

Sasaran pertanyaan Max terlalu jelas. Valerie perlahan mengangkat matanya ke tatapan mata Max yang terus-menerus manatap Valerie. Jantung Valerie memukul cukup keras sampai mata mereka bertemu. Tetapi ketika Valerie melihat mata gelap itu, Valerie tiba-tiba menjadi sangat tenang dan lega.

"Ya, yang Mulia."

Valerie menjawabnya dengan tenang dan elegan. Seperti biasanya.

"Syukurlah. Itu hal yang luar biasa"

Sesaat, Valerie tanpa sadar memandang Max. Itu karena Valerie melihat sebuah ilusi bahwa ada sinar kehangatan yang seperti terkubur di dalam suara Max yang selalu terdengar dingin.

“Kau menangis, jadi kupikir kau terluka.”

Keadaan yang terjadi saat ini di dalam istana kerajaan Louise, mereka terlihat hanya seperti berdua saja di dunia mereka, seperti saat malam itu di taman. Tidak, Max tidak pernah melihat Valerie seperti itu.

“Aku hanya terkejut… itu saja.”

"Baiklah..."

Max melontarkan jawaban singkat dan terus menatap Valerie. Entah bagaimana, Valerie merasa tatapan Max terasa sangat sulit dihadapi dan juga terasa asing.

“Ini pertama kalinya bagiku melihatmu menangis.”

Max menambahkan komentar yang tidak perlu dipertanyakan lagi. Well, Max pernah melihat kejadian itu sebelumnya, Namun Valerie bahkan tidak mengingatnya. Well, Valerie tidak berani menangis, semua demi keselamatan sang Emperor ? kehidupan di kekaisaran memang kehidupan yang seperti itu.

“Pangeran kecil saat ini sangat terkejut, jadi aku akan membawanya pergi.” Ucap Valerie sambil menatap Max dengan tatapan mata tanpa emosi sedikitpun.

“Kalau begitu, aku akan…”

Namun sebelum Valerie selesai berbicara, Max berjalan ke depan dan berdiri tepat di hadapan Valerie. Raja sangat terkejut dengan tindakan Max yang tiba-tiba, tetapi tidak ada yang bisa berbuat apa-apa untuk menghentikan Emperor.

"Apakah pangeran kecil yang ada di dalam keranjang ?!"

Ini bukanlah sebuah pertanyaan. Max mengulurkan tangannya dan membuka selimut yang menutupi keranjang. Jantung Valerie mulai memukul dengan keras bahkan tanpa Valerie menyadarinya.

“Ummm… i… ini… ?!

Max mengeluarkan suara aneh. Valerie segera menutupi kembali selimut yang menutupi keranjang agar Max tidak dapat melihat Adrian lebih dekat.

"Maafkan aku. Pangeran sangat terkejut."

Max menatap Valerie sejenak dengan tatapan penasaran dan ragu. Tapi Valerie segera menghindari tatapan mata max dan menekuk lututnya secara sepihak untuk menunjukkan kesopanannya. Kemudian, dia memanggil seorang pelayan untuk menemani Valerie pergi, Valerie berjalan dengan sangat cepat.

Max tidak bisa mengalihkan pandangannya dari punggung Valerie yang perlahan mulai menjauh, Max memandangnya untuk waktu yang cukup lama. Max terlihat seperti tenggelam di dalam pikirannya, tetapi sulit untuk membaca emosinya.

"Emperor sungguh sangat penuh kasih, melihat bahwa kau memperhatikan keselamatan seorang anak kecil terlebih dahulu."

Max berbalik karena mendengar suara Paus, tanpa menyembunyikan wajah Max yang kesal.

“Tolong bebaskan Ksatria Vatikan. Mereka hanya mencoba untuk menyelamatkan orang-orang dari para Iblis.”

"Aku melakukannya. Secara tidak sengaja… seperti kejadian baru-baru ini.”

"Maksud kau apa ?"

Paus memandang Emperor muda dengan wajah tenang. Dia sudah menjadi Paus bahkan ketika sebelum Max lahir. Namun, Emperor yang naik tahta pada usianya yang ke enam belas tahun tahun, selalu mencoba menghalangi apapun yang dilakukan pihak Vatikan dalam segala hal.

"Jika ada yang mendengar, aku hanya khawatir mereka akan menuduh Yang Mulia meragukan kehendak dari Tuhan."

“Jadi, apakah itu hal yang memalukan ?!” Max menanggapi dengan sangat tenang.

Sebelum perang saraf antara keduanya menjadi ekstrim, Serus muncul dan membisikkan sesuatu di telinga Max.

“…Ya, lepaskan Ksatria Vatikan.”

Itu adalah nada ketidakpuasan.

“Yang Mulia, otoritas Vatikan benar-benar independen dan tidak ada yang bisa ikut campur.”

“Siapa yang bilang tidak bisa ?!”

“Aku khawatir seseorang akan salah paham dengan kata-kata yang kau ucapkan.”

“Pfft…“ Max tertawa.

“Kudengar kau telah membunuh Wyvern. bangkainya akan diambil alih oleh Tentara Kekaisaran."

Paus hanya tersenyum dengan tenang.

“Aku hanya berterima kasih kepadamu karena telah meringankan pekerjaan Vatikan. Kalau begitu, kami akan pergi lebih dulu.”

Respon dari Paus ini, berarti jika pertemuan yang tidak menyenangkan hari ini sudah cukup.

“Kalau begitu, besarkan Pangeran kecil dengan baik, Raja.”

Raja Louis mengangguk pada perpisahan Paus dan menolehkan wajahnya. Namun bahkan setelah Paus pergi, Max sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda pergerakan. Bagi Raja, itu memalukan.

“Kasus ini akan diselidiki secara menyeluruh oleh Tentara Kekaisaran. dan tampaknya perlu waktu untuk mengumpulkan tubuh Wyvern. "

"Baik… ?!" Raja Louis mengaburkan kata-katanya setelah dia mendengar kata-kata Max.

"Aku akan tinggal di istanamu sampai saat itu."

Akhirnya, Max berbicara sampai pada intinya.

“Sungguh sebuah kehormatan bagi kami untuk melayanimu, Yang Mulia.”

Raja Arthur tidak punya pilihan selain mengatakan kalimat itu. Dalam arti tertentu, Max adalah tamu yang terasa lebih tidak nyaman daripada para Wyvern.

Max juga adalah seorang tamu yang tak diundang dan tidak memiliki tanda-tanda untuk pergi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel