Chapter 11
“Ya Tuhan, Adrian tidak butuh berlian. Dia masih bayi."
“Lalu bagaimana dengan mutiara hitam ? Awesome, itu akan cocok dengan mata Adrian Ku. Ayah akan meminta mereka untuk segera mendapatkan mutiara hitam dari Laut Utara." Ucap Raja lagi dengan gembira.
Valerie menutup mulutnya dan tersenyum. Terlalu berlebihan untuk menghentikan orang tuanya, yang telah terpikat pada Adrian. Bahkan Valerie, anak mereka sendiri, terkadang merasa cemburu.
“Baba, baba, abubuu...”
Saat melihat punggung Adrian yang berjalan dengan baik, tanpa disadari Valerie menjadi sangat fokus. Adrian sangat berani untuk berjalan di atas kaki mungilnya, dan jenggot Arthur menjadi sasaran kenakalannya.
“Baba, baba, abububuuuu...”
“Ya, ayo panggil aku ayah !”
Adrian tertawa dengan renyah. Arthur menyerahkan pisau mainan pada Adrian tapi Arthur sengat tidak melepaskannya, ia menyeka keringat di dahi Adrian, dan tersenyum bangga.
"Lihat, aku teman bermain yang terbaik bagi Adrian ku, jadi dia harus menyebut dan memanggil aku duluan." Kata Arthur.
“Well, kau hanya bersikap konyol.”
Maria mengeluarkan lidahnya ke arah Arthur. Adrian telah diterima sebagai putra Raja. Jadi wajar saja, Adrian akan memanggil Arthur dengan sebutan ‘Ayah’ saat dia besar nanti, tetapi masalahnya adalah Valerie, yang mungkin akan sedikit sensitif.
“Ababa....”
“Ya, Ayah !”
Arthur, yang tidak bijaksana, menyemangati Adrian dengan kegirangan, tetapi Adrian tertawa gembira, meraih leher mainan kudanya, dan berdiri. Dia berjalan terhuyung-huyung menuju Valerie.
“Mamama… Mama...”
"Iya ? Adrian, apa kau lapar Hmmm ?”
Valerie dibuat kewalahan oleh pipi Adrian yang gemuk saat Valerie menggendong Adrian yang berisi di pelukannya. Aroma bayi itu membuat Valerie tersenyum. Adrian menyentuh Valerie yang mengusap pipinya. Adrian selalu bertingkah manis ketika Adrian sedang dalam suasana hati yang baik.
"Baiklah ayah, kurasa aku menang lagi hari ini."
“... Tidak, aku hanya perlu lebih sering bermain dengannya lagi ! dia baru saja akan mengucapkan ‘ayah’ kepadaku."
"Hmm."
Valerie sengaja memeluk Adrian seolah sedang menggoda Arthur.
“Adrian, apa? Ah… apakah kau ingin tidur siang dengan ibumu ?”
Valerie mendengar bahwa Arthur sedang menggerutu. Ayahnya selalu bersemangat, tetapi Ayahnya tidak bisa mengalahkan ibu kandung dari Adrian.
“Kau dengar itu, Yang Mulia Raja ? Sekarang kembali ke pekerjaanmu, saatnya menidurkan Adrian.”
“Bagaimana denganmu, Ratu ?”
"Sebagai seorang ratu, Ini adalah tugas resmiku untuk menjaga keluarga kerajaan, jadi aku tentu saja akan merawat Adrian bersama Putriku Valerie." Maria tersenyum dengan Anggun dan pergi ke sisi Valerie untuk mengusap rambut Adrian.
“Ini sungguh tidak adil, aku ingin merawatnya juga.”
“Kau adalah ayah dari negara ini. Kau harus menjaga Masyarakatmu juga.”
“Masyarakatku, mereka tidak imut seperti Adrian.”
Raja Arthur harus mengesampingkan perasaan pribadinya sebagai Raja yang adil dan baik. Akhirnya, Raja pergi ke kantornya bersama kepala istana. Namun hingga akhir, ia terus memandangi Adrian seolah tak ingin dipisahkan dari cucuk kesayangannya.
“Aku tidak tahu jika ayahku memiliki sisi seperti ini.”
“Aku juga tidak tahu. Aku tidak pernah berpikir bahwa Dia akan lebih menyukai cucunya daripada putrinya sendiri."
Dalam pelukan Valerie, Adrian mengibas-ngibaskan tangannya dengan penuh semangat, mengira bahwa Valerie sedang bercerita untuknya.
“Yah, Adrian memang sangat tampan.”
"Iya. Adrian sangat imut dan tampan. Tidak ada bayi di dunia ini seperti dia."
Semua bayi itu sama.
“Aku ingin tahu apakah Adrian bisa memanggilmu ibu, Valerie ? Kau masih muda dan kau berada di dalam istana. Saat dia besar nanti, aku akan memberitahunya sendiri."
“Tidak, aku tidak ingin membuatnya bingung sebagai seorang anak.” Jawab Valerie yang sudah mengambil keputusan.
“Dan kalian berdua sudah menjadi orang tua yang hebat. Karena menjadi "Kakak" untuk Adrian sudah cukup bagiku ibu. "
"Tetap saja..."
“Kalau begitu, Adrian akan menjadi adik kesayanganku di dunia ini. Aku tidak akan mengecewakannya."
Valerie tersenyum lembut. Maria akhirnya menyingkirkan salah satu kekhawatirannya dan mengangguk.
"Aku tidak peduli bagaimana dia memanggilku. Hal terpenting saat ini adalah bahwa kita akan selalu bersama. "
“Putriku yang cantik ini sudah dewasa sekarang.”
“Kau hanya menjaga Adrian, ketika kau sedang menjagaku kan bu ?”
Valerie mendengus manis. Dia akan selalu seorang putri kecilnya yang manis di mata Maria, tidak peduli berapapun usianya.
"Tentu saja. Putriku adalah yang paling berharga. Adrian adalah yang kedua. Tapi untuk kelucuan, Adrian tetap berada di tempat pertama."
“Kau sama saja seperti ayahku !”
Valerie tertawa dengan terbahak-bahak dan membuat Adrian dia membeku.
“Adrian sudah mencuri hati semua orang.”
"Mungkin !"
Adrian melambaikan tangannya dengan penuh semangat.
“Ya, aku tidak bisa menolaknya karena Adrian sungguh sangat manis.”
Valerie mencium kening anaknya yang cantik. Sangat mengesankan bahwa Adrian terus merayu Valerie meskipun Valerie sudah memeluk dan mencium wajahnya. Terkadang Adrian begitu menggemaskan hingga Valerie ingin meremasnya dengan erat dan ingin memakannya.
“By the way, aku ingin segera membawa Adrian keluar ke festival besar itu.”
“Aku harap cuacanya akan bagus.”
"It’s alright. Adrian sangat pemberani. "
Sedetik kemudian, Adrian, yang perutnya sudah kenyang, berbaring di buaian dan mengepalkan tinjunya. ibu dan putrinya ini melihat pemandangan yang damai ini dengan penuh kasih dan cinta. Keduanya sangat dekat dengan Adrian sehingga mereka tidak memberikan kesempatan kepada pengasuh untuk membesarkan Adrian.
“Ada banyak sekali festival tahun ini.”
“Semua berkat ayahmu.”
Tepatnya, Arthur membuat banyak festival karena merasa sangat bahagia karena kelahiran cucu nya Adrian. Belakangan ini, kembang api seringkali menghiasi langit malam kerajaan Louise, dan orang-orang menikmati suasana pesta di jalanan.
“Walau, festivalnya terasa istimewa. Hari Ini adalah hari ketika Bapa Suci datang dan memberkati Adrian untuk membaptis Adrian di depan masyarakat kerajaan Louise."
Merupakan sebuah kehormatan besar bisa dibaptis oleh Bapa Suci.
"Tidak ada yang bisa menunjuk-nunjuk atau menghina adrian sebagai anak haram nantinya, jika sudah dibaptis dan di berkati oleh Bapa Suci sendiri."
“Ya, aku sangat senang mendengarnya.”
Dengan mempertimbangkan masa depan Adrian, itu adalah prosedur yang harus dilakukan untuk mengamankan legitimasi Adrian mulai sekarang. Raja Arthur bahkan memberikan sumbangan sangat besar pada Vatikan untuk mengundang Bapa Suci datang.
“Sekarang aku yang akan menjaga Adrian, jadi kau bersiaplah Val. Go on."
Kerajaan Louise tidak mengasingkan sang Puteri sebagai janda sehingga Valerie akan dengan bangga tampil di hadapan orang-orang pada Hari Besar ini.
“Kalau begitu aku akan melihat Adrian sebentar lagi.”
"Bukankah kau memiliki janji minum teh hari ini ?"
"Ah..."
Valerie menatap Adrian dengan penyesalan. Sekarang Valerie tahu bagaimana rasanya mengatakan bahwa ‘aku merindukanmu’ meskipun Valerie sedang memperhatikan bayi yang sedang dia rindukan.
“Ayo cepat…”
Kini Maria mindorong Valerie menjauh, sama seperti Arthur, beberapa waktu yang lalu.