Bab 6
Cheryl berdandan begitu cantik hari ini, demi bertemu pangeran berkuda putih cewek berisik itu memakai lipstick, eye shadow, mascara, blush on, dan bedak tebal 2 centi. Cheryl merasa dirinya sudah seperti wanita panggilan.
Cheryl tampil lebih girly, padahal Cheryl manusia super cuek yang tidak peduli dengan penampilannya. Cheryl memakai blouse maroon dipadukan dengan mid long skirt, dengan memakai sneakers putih. Cheryl begitu percaya diri, ia yakin si tampan akan terpincut. Cheryl mengurai rambutnya yang lurus panjang.
Tampilan begitu cantik, tapi lagi-lagi mereka berakhir mengenaskan di fakultas Teknik. Cheryl dan Mawar duduk di bangku fakultas dibawah pohon pinus yang tinggi. Mawar sibuk makan, ya Mawar tanpa makanan, ibarat ikan tanpa air. Sebelum mereka berakhir mengenaskan, Mawar sudah membeli jajanan satu kantung hitam penuh. Malah makanan itu sudah habis, dan Mawar berencana ingin membeli lagi, Mawar memelihara cacing Alaska besar-besar yang rakus di dalam perutnya.
Cheryl mendengus pasrah, padahal semalam ia sudah bertekad harus tahu nama dan nomor handphone si tampan. Jika begini, harapan Cheryl pupus.
Total mereka menunggu 2 jam, dan Cheryl hanya menunggu sambil mendengarkan lagu Selena Gomez. Mata kuliah pertama, dosen tidak masuk dan kesempatan buat Cheryl, menjalankan misi. Cheryl sudah bertekad tidak akan menyerah sampai mission complete.
"Aku ngantuk." Mawar menyandarkan kepalanya di bahu Cheryl.
"Beli jajan sana." Mawar akhirnya pergi lagi ke kedai. Tante yang berjualan sudah kenal Mawar, cewek itu langganan belanja paling banyak.
Mawar sedang memilih jajanan.
"Benar kan, kita jumpa lagi." Seseorang berbicara dari belakang, hampir berbisik dan wajahnya tepatnya di tengkuk Mawar, membuatnya merinding. Dengan cepat Mawar berbalik, pangeran Cheryl tersenyum padanya begitu manis. Tanpa sadar, Mawar menelan salivanya. Karena tak ingin terlibat terlalu jauh, Mawar mengambil ancang-ancang, Mawar menghitung pergerakannya, terpaksa ia harus mendorong pujaan hati Cheryl. Dengan kekuatan angin, Mawar mendorong lelaki itu dan berlari sekuat mungkin. Biarlah dianggap tak sopan, Mawar tak ingin membiarkan perasaannya makin melebar dan menyakiti hati yang lain, Mawar akan mengorbankan perasaannya demi sahabatnya.
"Anjir.... jumpa hantu." Mawar masih mengatur napasnya satu-satu. Mawar menarik napas panjang dan menghembuskan, mengatur kagi detak jantungnya yang nyaris copot.
"Pasti hantunya ganteng." Gurau Cheryl. Mawar langsung terdiam, ucapan asal Cheryl benar.
"Jadi, mau nunggu?" Cheryl memperhatikan ekspresi temannya yang seperti orang ketakutan. Seperti melihat hantu sebenarnya.
"Lo meragukan keyakinan seorang kembaran Kaia Garber, apapun yang aku inginkan harus tercapai. Apalagi dia begitu tampan, aku akan membuatnya menjadi milikku seutuhnya." Mawar tenggelam dalam ambisi Cheryl yang begitu besar. Mawar yakin, si tampan itu pasti luluh dan mau, Cheryl memang cantik. Ia begitu periang, menutupi semua luka yang ia dapatkan dari bayi hinga sekarang. Mawar begitu kagum pada Cheryl yang pandai menutupi semua luka yang ia alami.
Mawar sering ke rumah Cheryl, namun hanya kekosongan dan kehampaan yang ada dalam rumah itu. Suasana hangat, dalam rasa kekeluargaan tidak tergambar disana.
"Ya, aku juga berharap seperti itu."
"Makasih Mawar." Cheryl memeluk sahabatnya. Hanya Mawar yang begitu pengertian, dan hatinya begitu luas. Cheryl bersyukur bisa mengenal Mawar. Dia--- Mawar manusia paling berhati mulia yang pernah ia kenal. Semua orang kenal Mawar, karena orang yang tidak segan menolong siapapun, dan ia pandai mencairkan suasana. Jika ada perkumpulan, akan terasa ramai jika Mawar bergabung.
"Eh, bukannya tadi kamu mau beli jajan?"
"Oh, lupa bawa duit." Mawar nyengir. Cheryl mendengus kesal.
"Beli sana." Perintah Cheryl. Siapa sih yang tidak mau berteman dengan model manusia seperti Mawar? Dia yang belanja, pakai uang pribadi, dia yang capek. Sungguh, betapa mulianya seorang Mawar. Ia tidak pelit.
"Capek lah."
Sebenarnya, Mawar ingin bilang ke Cheryl, kalau sang pangeran yang mereka tunggu ia jumpai di kedai. Tapi, Mawar malas untuk berjumpa dengan lelaki itu lagi.
"Aku lapar."
"Gila lu. Satu kantong udah habis, dan sekarang lapar?"
"Hehehe. Belum masuk nasi." Prinsip hidup Mawar, hidup untuk makan.
"Yaudah ke kantin." Kedua sahabat itu ke kantin, yang kebetulan berhadapan dengan Fakultas Teknik.
"Gila! Ramai bangat." Cheryl mendesah lesu. Masalah ramai tidak apa, inti permasalahan, saking ramainya kantin, tidak sedikiti pun, tersisa bangku, untuk sekedar satu pantat duduk disana.
Cheryl dan Mawar berdiri di pintu masuk kantin, sambil melihat peluang mereka bisa duduk atau tidak. Sebenarnya, kantin ada beberapa, tapi kantin Bahagia, menjadi kantin favorit di kampus, dan paling lengkap menu makanan.
