Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Dua

"Kezia, Valent, tugas dari saya kalian kerjakan sepuluh kali!" Mata Kezia membeliak lebar. Ini semua bukan salahnya, tetapi dia ikut dihukum.

"Tapi ...."

"Jangan membantah lagi atau saya akan menyuruh kalian menyalin dua puluh kali."

Kezia seketika diam. Pasrah dia untuk melakukan hukuman tersebut. Meski begitu, diam-diam dia melirik sebal pada Valent.

***

"Kenapa kau melakukan ini? Apa kau tidak tahu Pak Rowan adalah guru paling killer?" tanya Kezia setelah gurunya tersebut meninggalkan mereka untuk kembali mengajar.

"Aku ...." Valent diam sejenak.

"tidak tahu. Sebenarnya meski aku tahu, aku juga tidak mau tahu."

"Apa maksudmu?"

"Aku ingin kau dihukum karena tidak mau membantuku."

"Kau ini apa punya dendam padaku?"

"Tidak," jawab Valent sambil menggeleng.

"Lalu kenapa kau ingin aku dihukum?"

"Hanya ingin saja," sahut Valent santai.

"Dasar tidak waras!" maki Kezia kesal. Amarah dia telah rasanya memuncak hingga sampai ubun-ubun. Yang lebih menyebalkan untuknya, Valent justru menyunggingkan senyum yang menurut dia memuakkan.

***

"Zia, kau baik-baik saja, kan?" tanya Astrid yang duduk di depan Kezia. Suasana kantin pada jam istirahat pertama tersebut sangat ramai. Meski begitu, Kezia dan Astrid beruntung karena bisa mendapat tempat duduk untuk menyantap bakso mereka.

Kezia memang sedari tadi hanya mengaduk baksonya yang telah dicampur beberapa sendok sambal sambil bertopang dagu.

"Dia itu sangat menyebalkan," tukas Kezia tiba-tiba dengan suara cukup keras dan membanting sendok serta garpunya ke meja.

"Tenang, tenang, kau harus tenang," ucap Astrid pelan. Beberapa siswa yang duduk dekat mereka menoleh untuk melihat Kezia.

"Aku tidak bisa tenang. Bagaimana bisa tenang kalau ada cowok gila itu?"

"Mungkin kalian hanya salah paham saja. Dia juga masih baru di sini dan di rumahmu. Mungkin dia masih butuh adaptasi."

"Adaptasi? Kurasa dia tak butuh itu."

"Cobalah untuk berdamai dengannya. Kalian tinggal serumah tidak mungkin juga bertengkar terus, 'kan?"

"Kenapa kau berpihak padanya? Apa kau ini sahabatnya? Kau tidak mau jadi sahabatku lagi dan menggantikan aku dengan dia?"

"Bukan seperti itu. Aku justru memikirkanmu. Aku tidak mau kau terus memasang wajah masam seperti ini. Kalau James melihatmu ...."

"Kau benar juga," sahut Kezia. Ia merapikan rambut dan seketika memasang kembali wajah yang sumringah.

"Bagaimana?" tanya Kezia. Astrid mengangguk sambil mengacungkan jempol. Kezia tersenyum lebar kini. Masalah Valent seolah telah dia lupakan.

***

"Valent, aku menyukaimu. Aku benar-benar menyukaimu," ucap seorang gadis. Valent belum sempat menjawab, gadis yang lain menghampiri.

"Aku juga menyukaimu. Dibanding dia, aku lebih menyukaimu." Gadis yang pertama mengungkapkan perasaan pada Valent melotot marah pada gadis tersebut. Namun gadis-gadis yang lain juga menyusul dan mengatakan bahwa mereka juga menyukai Valent. Di tengah keributan, Valent malah berdiri dan berlalu keluar dari kelas.

Valent menuju ke halaman belakang sekolah. Ada gudang kosong di sana. Ia memilih duduk di luar, bersandar pada tembok gudang tersebut.

"Kau ada di sini rupanya," ucap seorang pemuda yang bergegas menghampiri Valent diikuti beberapa pemuda lain.

"Ada apa? Kalian bahkan susah-payah mengikuti aku kemari," sahut Valent sambil tersenyum tenang. Para pemuda tersebut saling melihat dengan raut terkejut. Valent ternyata menyadari bahwa mereka mengikuti dia.

"Kau ini pembuat masalah. Masa Nina sampai memutuskan aku gara-gara dirimu?" tukas seorang pemuda yang berdiri di paling depan sambil menunjuk Valent. Valent tertawa keras menanggapi itu.

"Nina? Memangnya siapa itu Nina?" ucapnya di sela tawa.

"Kau ...."

"Aku benar-benar tidak tahu siapa Nina. Hanya ada satu gadis yang terus kuingat dan namanya bukan Nina."

***

"Gawat, gawat, ada masalah di kelas kita," cetus seorang gadis dengan nada panik. Kezia dan Astrid yang masih di kantin ikut mendengar kabar tersebut. Gadis itu adalah teman sekelas mereka. Segera saja Kezia dan Astrid mengikuti yang lain kembali ke kelas.

Keadaan di dalam kelas sungguh kacau-balau. Beberapa buku dan tas berserakan di lantai. Kursi-kursi juga ada yang jatuh ke lantai. Beberapa meja juga telah tidak teratur letaknya. Di depan kelas, tampak para siswi yang berderet dengan rambut dan seragam awut-awutan, bahkan ada yang memiliki bekas merah kebiruan pada pipi. Guru tata usaha di sekolah tersebut berjalan mondar-mandir sambil mengomel pada siswi-siswi tersebut.

"Ada apa ini?" tanya Kezia.

"Mereka berkelahi," jawab siswa yang berdiri di samping dia.

"Kenapa?" tanya Astrid.

"Kalau tidak salah, mereka semua suka pada Valent dan berkelahi memperebutkannya."

"Lalu di mana Valent?"

Siswa itu menggeleng sambil mengangkat bahu.

'Sudah kuduga dia itu sumber masalah, bisa-bisanya dia pergi setelah menyebabkan keributan,' gerutu Kezia dalam hati.

"Wah, ada tontonan apa ini?" tanya Valent yang ternyata telah berdiri di belakang Kezia.

"Ini semua gara-gara kau," sahut Kezia.

"Aku? Memang apa yang kulakukan?"

"Pikir saja sendiri!"

Valent tertawa sambil menggeleng.

'Dasar cewek aneh,' ucapnya dalam hati.

***

"Aku mau ke ruang OSIS, kau pulang saja dulu," ucap Kezia pada Valent usai pulang sekolah.

Valent menggeleng.

"Aku ikut denganmu."

"Untuk apa kau ikut aku?"

"Kenapa juga kau melarang aku ikut?"

"Aku tidak melarangmu."

"Oh, aku tahu," ucap Valent sambil berjalan mengelilingi Kezia.

"Kau pasti mau bertemu dengan ketua OSIS pujaan hatimu itu. Tidak bisa, kalau begitu aku harus ikut."

"Kenapa kau ini? Kenapa tidak pulang saja?"

"Aku tidak akan membiarkan kau merayu pujaan hatimu."

"Apa maksudmu?"

Valent berhenti di hadapan Kezia dan menatap langsung manik mata gadis itu.

"Apa kau benar-benar tidak mengerti? Aku tidak akan membiarkanmu berduaan dengan ketua OSISmu itu."

***

'Dasar bodoh, pengganggu, pengacau, menyebalkan. Awas saja aku pasti akan membalas ini,' dumel Kezia saat berjalan menuju ruang OSIS. Valent mengikuti di belakang dia sambil bersiul-siul kecil yang membuat Kezia makin kesal.

"Hai, Zia," sapa seorang gadis berparas manis yang tengah duduk di ruang OSIS sambil membolak-balik buletin sekolah.

Kezia tersenyum kecil sambil membalas sapaan ramah tersebut. James yang juga berada di sana memanggil Kezia. Kezia bergegas menghampiri, sedang Valent duduk di samping gadis yang sebelumnya menyapa. James melirik sekilas pada pemuda itu.

"Tidak perlu kesal padaku. Aku hanya menemani Kezia saja. Aku hanya mampir saja," ucap Valent.

James mengabaikan perkataan tersebut kemudian bicara dengan Kezia. Ia juga memberikan kamera dan perekam pada gadis itu untuk diperiksa. Sementara, Valent dan gadis yang baru ia kenal tersebut bercakap-cakap sambil sesekali tertawa.

"Sebaiknya kau di luar saja. Kau hanya mengganggu saja di sini," tegur James sambil menghampiri Valent.

"Kau ingin mengusirku? Kenapa? Apakah ini ruangan yang tidak boleh dimasuki?"

"Kami sedang sibuk di sini dan kau ...."

"Apa aku mengganggu kalian atau kau merasa terganggu karena ingin kencan bertiga, tapi aku ada di sini?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel