Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 - Firasat Buruk Huang Xue Na

Bukannya ia tidak percaya diri menghadiri acara penyambutan dan penghargaan yang di selenggarakan kerajaan untuk para prajuritnya yang telah membawa kemenangan dan mengharumkan nama kerajaan Zhao Yu.

Xue Na juga tak ingin menghadiri acara itu karena takut bosan atau segala praduga buruk yang seperti bayangan kalian. Xue Na tak ingin pergi hanya karena ia merasakan firasat buruk yang akan menghampirinya setelah ia menginjakan kakinya untuk pertama kalinya di istana.

Seperti halnya pemikiran sang pemilik raga, Xue Na juga membenci orang-orang yang datang mendekat padanya untuk memanfaatkannya. Xue Na bukanlah orang bodoh yang tidak tahu kelicikan orang dahulu lebih licik dari pada orang-orang dimasanya.

Sayang Xue Na tak punya pilihan saat jendral Shen mendapat titah langsung dari salah satu pangeran yang seingat Xue Na, pangeran itu adalah pangeran yang pertama kali menyapa dan memanggil kakak keduanya saat mereka mengelilingi ibukota ZhaoChu.

Saat ini Xue Na berada di atas kereta khusus yang akan membawanya ke istana, ia dikawal dengan beberapa prajurit yang di pimpin langsung oleh Chi An dan Hua Mo.

Dalam perjalanan, Xue Na selalu menghela nafas berat. Dadanya terasa sesak seakan ada sesuatu yang menganjal rongga pernafasannya.

Xue Na tak tahu, mengapa ia merasa amat gelisah. Ia tak tahu, mengapa ia seketika merasa takut. Selama ia tinggal di dinasti Zhao, ia tidak pernah merasaka firasat buruk seperti ini. Xue Na hanya berharap tidak akan ada hal buruk yang akan menghampiri dan menimpanya.

*****

Jendral Shen dan jendral muda Fai telah mengambil tempat duduk sesuai pangkat dan jabatan mereka, saat ini mereka hanya berdua di istana di sebabkan menteri muda Lay duduk bersama dengan para menteri dan pejabat lainnya sesuai dengan pangkat dan jabatan mereka.

Saat ini mereka telah berada di halaman aula utama istana yang mampu menampung 3000 ribu orang. Keduanya lebih dulu berada di istana karena harus melakukan upacara pemberian penghargaan dan penaikan pangkat.

Keluarga mereka baru akan menyusul ketika upacara penghargaan dan penaikan pangkat telah selesai dan itu artinya sebentar lagi Xue Na akan datang dan mengisi kursi kosong yang ada di tengah-tengah kedua orang yang berpengaruh dalam dunia kemiliteran.

"Ayah, mengapa mei-mei tak kunjung datang?" Tanya jendral muda Fai sedikit gelisah saat semua kursi nyaris penuh, hanya kursi para keluarga prajurit, menteri dan pejabat serta bangsawan yang masih kosong. Dan jangan lupakan kursi keluarga kerajaan yang juga masih kosong.

"Mungkin Na'er masih di perjalanan" jawab jendral Shen

"Tapi-"

"Mei-mei telah sampai sejak sepuluh menit yang lalu gege pertama" kata menteri muda Lay menghampiri keduanya.

"Lay!" Pekik jendral Fai terkejut "Tks, dasar adik sialan. Mengapa kau datang tiba-tiba dan mengejutkanku?" Tanya jendral muda Fai kesal.

Menteri muda Lay meringis dan segera meminta maaf pada kakak pertamanya.

"Mengapa kau kesini Lay'er?" Tanya jendral Shen dengan aura kekejaman yang kental.

"Acara belum mulai ayahandan, terlebih lagi aku bosan bercengrama dengan menteri dan pejabat lainnya" keluh menteri muda Lay "pembahasan mereka tidak jauh dari pekerjaan, padahal saat ini kita tidak sedang dalam jam kerja" tambah menteri muda Lay yang mendapat kekehan dari jendral Shen dan jendral muda Fai.

"Itu karena salahmu sendiri, mengapa memilih jadi pejabat pemerintahan! Seandainya kamu mengikuti jejak kami, kau bisa sebebas kami" balas jendral muda Fai yang membuat menteri muda Lay cemberut.

"Jika aku terjun kedunia militer seperti ayah dan gege pertama, lantas siapa yang akan menjaga mei-mei?" Tanya menteri muda Lay "bahkan saat aku tinggal pun, kita hampir lengah dan kecolongan" tambah menteri muda Lay mengungkit kejadian yang selalu membuat darah mereka mendidih.

"Jangan bahas itu sekarang!" Kata jendral Shen memperingati.

"Saat ini biarkan kita melupakan masalah itu untuk bersenang-senang, setelah ini kita selesaikan mereka" tambah jendral Shen dengan aura dingin membunuh.

******

Huang Xue Na tak tahu, jika pada akhirnya baik para nyonya dan nona, istri, anak ataupun keluarga dari para prajurit, menteri , pejabat dan keluarga bangsawan akan di kumpulkan terlebih dahulu di satu tempat sebelum bertemu dengan keluarga mereka yang telah berada di halaman aula utama istana.

Jika tahu pada akhirnya harus berkumpul seperti ini, Xue Na lebih memilih untuk menetap di kediaman baru mereka dari pada harus berbaur dengan para nyonya dan nona yang begitu asing untuknya.

Ingatan sang pemilik raga sama sekali tidak membantunya, ia tak mengingat siapa pun di tempat mereka saat ini berkumpul kecuali kedua bibinya, Chao Rui Qi dan Liu Sun Mei serta kakak sepupu perempuannya Huang Ru Mei. Tak ada yang mengenali sosok Xue Na, selain mereka bertiga. Hal itu membuat para nyonya dan nona muda keluarga bangsawan mengabaikan atau bahkan mengasinkan Xue Na.

Xue Na sama sekali tidak peduli ketika ia diasingkan para nyonya ataupun para nona muda keluarga bangsawan, ia juga tidak peduli semua bisikan dan tatapan penasaran semua orang yang tertuju padanya. Xue Na tidak peduli jika orang beranggapan ia sombong atau angkuh, ia sama sekali tidak pernah peduli jika kedua bibinya marah karena ia tak menunjukkan baktinya untuk menyapa mereka. Xue Na tidak peduli, dan tidak akan peduli dengan semua itu. sebab Xue Na hanya ingin semuanya cepat berlalu.

Sayang harapan Xue Na tak terkabulkan saat dari tempatnya kini, ia dapat melihat Ru Mei dari kejauhan melangkah dengan angkuh menuju tempatnya.

Xue Na hanya mampu membuang nafas kasar dan berharap gadis yang melangkah dengan angkuh menuju tempatnya tidak mengganggu ketenangannya. Sebab Xue Na tak yakin ia mampu mengontrol dirinya yang teramat ingin menghancurkan wajah kakak sepupunya itu untuk membalaskan semua penderitaan dan kesakitan yang selama ini Xue Na yang asli alami.

Xue Na bersyukur saat seorang kasim menghampiri kumpulan para nyonya dan para nona keluarga bagsawan seraya menyampaikan mereka sudah bisa bergabung dengan keluarga mereka yang lebih dulu berada di tempat acara berlangsung.

Xue Na dengan cepat berdiri dari duduknya, ia bergegas mengikuti langkah kasim yang akan menunjukan jalan seraya menghindari Ru Mei yang tampak ingin mengganggunya.

"Hufftt, syukurlah" Xue Na menghela nafas lega.

"Pelacur itu sungguh gadis agresif dan tak ingin tak melihat mangsanya tidak menderita" gerutu Xue Na.

Sepanjang perjalanan, Xue Na terus menggerutu, memaki dan menghujat sikap Ru Mei dalam hatinya. Karena hal itulah yang membuat Xue Na tak menyadari bahwa ia telah tiba di gerbang samping aula utama kerajaan ZhaoYu.

Sebelum mereka bertemu dengan keluarga mereka yang lebih dulu berada di halaman aula utama istana, para nyonya yang membawa serta anaknya atau sanak saudara para bagsawan yang di undang harus menunjukan undangan resmi dari kerajaan agar para penyelenggara mengabsen kehadiran mereka sesuai dengan penyampaian dan laporan yang di terima oleh pihak kerajaan.

"Tks, kupikir kita akan langsung masuk tanpa harus melakukan absen kehadiran dan juga pemeriksaan" keluh Xue Na yang memang sudah sangat lelah.

Dengan perasaan yang buruk, Xue Na masih setia menunggu hingga gilirannya tiba. Andai saja ia bisa bertolak pulang, mungkin sejak tadi Xue Na lakukan. Sayang ketika ia telah menginjakan kakinya di sini, Xue Na tak dapat kembali pulang. Selain karena melanggar peraturan, ia juga buta arah. Dan dengan terpaksa, Xue Na tetap harus tinggal hingga acara selesai.

"Nona"

"Nona, sekarang giliran anda" kata seorang kasim membuyarkan lamunan Xue Na.

"Eh- ah maaf" balas Xue Na lalu melangkah menuju kasim yang bertugas mengabsen kehadiran para tamu.

Xue Na menyerahkan undangan yang ia bawa, sembari menunggu, Xue Na merutuki dirinya yang bisa-bisanya melamun di saat seperti ini.

Disaat Xue Na merutuki dirinya, kasim yang mendapat serahan undangan dari Xue Na terbelalak terkejut dan menatap Xue Na dengan tatapan intens. Xue Na yang menyadari hal itu lantas berkata "bukankah tidak sopan memandang nona muda ini dengan tatapan seperti itu!" Kata Xue Na lirih namun tersirat nada ancaman di dalamnya.

Kasim tersebut segera menunduk dan memohon maaf sebelum mengumumkan kedatangan Xue Na yang mengejutkan semua orang.

"Putri Di jendral besar Shen, Huang Xue Na memasuki tempat acara!"

Setelah kasim penjaga gerbang mengumumkan kedatangannya, semua orang lantas menoleh pada gerbang samping dengan raut wajah penasaran. Kemarin mereka mendengar rumor bahwa putri jendral besar Shen telah keluar dari kediamannya setelah melakukan pemisahan keluarga.

Selain itu orang-orang yang mendapat keberuntungan bisa melihat nona muda Huang Xue Na mengatakan bahwa ia adalah gadis yang cantik, bahkan cantik saja tak mampu mendeskripsikan sosoknya.

Bagi mereka yang belum melihatnya jelas beranggapan bahwa rumor itu terlalu berlebihan, namun saat sosok nona muda melangkah masuk melewati gerbang dengan langkah yang sangat anggun, saat itu pula semua orang tertengun menatap nona muda berusia 15 tahun dengan balutan hanfu berwarna merah muda yang di padukan dengan rok bawahan berwarna abu-abu muda yang tampak sempurna membalut tubuhnya yang mungil dan ramping.

Xue Na sama sekali tidak peduli tatapan terkejut ataupun tatapan terpesona semua orang, ia hanya fokus melangkah dengan anggun dan tak lupa senyum menghiasi wajah cantik dan mungilnya.

"Ayah, aku tak tahu dampak mei-mei menghadiri pesta ini akan sebesar ini" gumam jendral muda Fai

"Jangankan kamu, ayah pun sama terkejutnya" balas jendral Shen.

Xue Na berhenti di tengah jalan, ia mencari keberadaan jendral besar Shen dan jendral muda Fai. Sangat sulit Xue Na menemukan mereka karena banyaknya orang yang sebagian berpakaian prajurit tentara yang menyulitkan Xue Na mencari keberadaan ayah dan kakak pertamanya.

"Apa yang kau lakukan Fai'er? Cepat jemput adikmu" perintah jendral Shen setelah sadar apa yang dilakukan putrinya.

Jendral muda Fai lantas berdiri dari duduknya, semua nona muda menjerit tertahan saat sosok jendral muda Fai yang tampan mengeluarkan aura kepemimpinan, tegas dan kejam secara bersamaan. Anehnya bukannya mereka merasa takut, para nona muda sebaliknya malah terpesona akan karisma yang di keluarkan oleh jendral muda Fai.

"Mei-mei" panggil jendral muda Fai setelah sampai pada adiknya.

Xue Na menoleh dan mendapati kakak pertamanya, seketika Xue Na menghela nafas lega. Sebab ia sudah lelah mencari keberadaan ayah dan kedua kakak yang entah berada di mana. Syukurlah kakak pertamanya datang dan menghampirinya. Jika tidak, ia akan kembali menjadi pusat perhatian banyak orang dan itu sangat menyebalkan terlebih lagi saat Xue Na melihat dari ekor matanya, ada banyak yang menatapnya dengan tatapan mesum secara terang-terangan.

"Syukurlah gege pertama menghampiriku" kata Xue Na lega.

"Tentu saja aku harus menghampirimu mei-mei. Jika tidak, ayah akan memarahiku" balas jendral Fai merangkul pundak Xue Na dan mengiring adiknya menuju jajaran kursi untuk para jendral dan panglima.

Xue Na hanya mengangguk. Ia sudah sangat lelah berdiri dan mengantri tadi. Saat ini yang ia butuhkan hanya duduk dan istirahat, serta ia butuh minum dan makan. Sepanjang acara, wajah cantik Xue Na ditekuk masam. Bukan tanpa alasan. Ia sudah menunggu selama lebih dari 2 jam, tapi acara baru saja akan di mulai.

Di masa depan ia tidak pernah menunggu selama ini, paling lama hanya 30 menit. Entah apa yang di lakukan keluarga kerajaan sehingga terlambat datang, yang pasti saat ini, Xue Na mulai sangat kesal dengan mereka yang memegang kekuasaan tertinggi di kerajaan ZhaoYu.

Andai saja ayahnya tidak mendapat titah langsung, Xue Na mungkin bisa saja menolak. Kalaupun Xue Na menolak, maka nyawanya adalah taruhannya. Jika Xue Na mati di tempat ini, tidak ada lagi harapan untuknya kembali.

'Argghhhtt, hidupku semakin sulit!' Gerutu Xue Na dalam hati.

Disaat Xue Na sibuk mendumel dalam hati, suara teriakan seorang kasim mengumumkan kedatangan pihak keluarga besar istana mengejutkan Xue Na. Jendral Fai yang menyadari keterkejutan adik bungsunya lantas bertanya dengan khawatir "kau tidak apa-apa mei-mei?"

Xue Na hanya menggeleng dan memasang senyum tipis, ia lantas berdiri dari duduknya dan di apit oleh jendral Shen dan jendral muda Fai yang berada di sisi kanan dan kirinya.

Mereka yang berada di halaman aula utama serentak membungkuk hormat saat rombongan keluarga kerajaan berjalan menuju kursi mereka. Tak berselang berapa lama mereka semua serentak bangun dan hendak kembali duduk saat mendengar perintah dari kaisar Wu yang telah duduk di singgasananya.

Mereka dengan patuh mengikuti perintah kaisar Wu. Setelah mereka semua duduk, kaisar Wu mulai berpidato dan memberi kata sambutan untuk pesta penyambutan dan penghargaan untuk para prajurit. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya pidato dan kata sambutan kaisar Wu usai bertepatan dengan hari yang mulai berganti malam.

Saat acara hendak memasuki sesi makan, kasim yang menjaga gerbang samping seketika berteriak mengumumkan kedatangan seseorang.

"Putra mahkota Zian memasuki tempat pesta!"

Dan setelah mendengar hal itu, keterkejutaan yang tak berselang berapa lama kini berganti dengan keributan yang di timbulkan akan diskusi banyak orang.

Xue Na yang baru saja hendak menikmati makanannya berdecak kesal. Ia sudah sangat lapar namun selalu saja ada hal yang menghalanginya. Xue Na yang kesal dalam hati merutuki dan memaki siapa saja yang membuat makan malamnya tertunda, ia bersumpah ingin memukul dan mencakar siapa saja yang membuatnya harus kembali menahan lapar.

Sungguh sebuah keberuntungan bagi mereka dapat melihat secara langsung putra mahkota Zian dari kerajaan ZhaoYu yang selama ini tak pernah metampakan dirinya di muka umum. Mereka yang dapat melihat sosok putri jendral Shen, Huang Xue Na dan putra mahkota Zian jelas orang-orang yang di berkati oleh Sang Pencipta karena pada hari yang sama, mereka mampu melihat dua orang yang menurut mereka sangat fenomena di dinasti Zhao.

Huang Xue Na dan putra mahkota Zian adalah dua orang yang sangat tertutup, keduanya sangat jarang atau boleh dikatakan tidak pernah terlihat. Semua orang hanya tahu nama mereka, bahkan ada beberapa yang telah lupa dan juga ada yang beberapa menganggap mereka tidak ada atau telah meninggal dunia saking tak pernahnya terlihat.

Namun hari ini, tampaknya dewi keberuntungan memihak mereka sehingga malam ini, di pesta penyambutan dan penghargaan untuk para prajurit pejuang, mereka dapat melihat dua orang yang selama ini sangat misterius dan selalu mengundang rasa penasaran banyak orang.

Xue Na dan putra mahkota Zian sangat sempurna, sosok mereka bagaikan seorang ilahi yang di beri semua keberuntungan pada mereka. Rupa mereka sangat membuat orang iri, bahkan dari beberapa orang yang hadir berpikir jika Sang Pencipta sangat senang dan bahagia menciptakan keduanya sehingga mereka terlahir sempurna.

Malam ini putra mahkota Zian datang dan menghadiri pesta jamuan, ia mengenakan pakaian kebesaran putra mahkota berwarna putih gading dengan ukiran dan sulaman naga di dada dan kedua pundaknya yang terbuat dari benang emas. Rambutnya di gulung dan di tata rapi, tak lupa pengikat rambut dan tusuk rambut terbuat dari perak berbentuk naga yang mengigit sebuah giok berwarna biru malam.

Untuk pertama kalinya, putra mahkota Zian melepas topengnya. Hal itu jelas membuat kaisar Wu amat terkejut saat menatap wajah tampan putranya. Namun keterkejutan yang dirasakan kaisar Wu hanya berselang beberapa menit, sebab raut wajah terkejut itu kini telah tergantikan dengan raut wajah lega yang bercampur dengan kebahagiaan.

Kaisar Wu lega, juga merasa bahagia sebab ia tahu. Kedatangan putra mahkota Zian tanpa menggunakan topeng membuatnya menyadari makna di balik bahasa isyarat yang putra sulungnya berikan. Dengan melepas topengnya malam ini, itu berarti putra sulungnya telah siap memperkenalkan jati dirinya di depan banyak orang, ia telah siap dengan segala kemungkinan yang akan mengoyahkan posisinya. Ia telah siap dengan apapun yang akan ia hadapi kedepannya, karena dengan membuka identitasnya segala hal dapat terjadi padanya. Entah itu hal baik ataupun hal buruk, namun kaisar Wu percaya bahwa sebelum putra mahkota Zian melepas topengnya, ia telah memikirkan banyak rencana untuk segala kemungkinan yang akan ia hadapi.

Kaisar Wu menghela nafas lega dan tak lupa terus berdoa dan mengucapkan syukur pada Sang Pencitpa dalam hatinya karena putra mahkota Zian akhirnya siap, lebih kuat dan lebih berani merebut posisinya kembali. Kaisar Wu akan mengucapkan banyak terima kasih kepada siapapun yang menjadi alasan kedatangan putranya dengan menunjukkan identitas aslinya.

Di saat semua nona muda menjerit tertahan karena kedatangan dan ketampanan sosok putra mahkota Zian, maka berbeda halnya dengan Xue Na yang masa bodoh dan lebih memilih berkutat dengan semua hidangan makanan mewah yang ada di hadapannya.

"Mei-mei pelan-pelan" tegur jendral muda Fai saat melihat betapa lahap dan rakusnya adiknya malam ini.

"Aku sangat lapar gege pertama" balas Xue Na di tengah-tengah kunyahannya.

Jika semua wanita yang ada di pesta akan makan dengan menyunyah makanannya dengan pelan dan lambat, atau memakan makanannya dengan sikap anggun dan lemah lembut. Maka jangan harap Xue Na akan melakukan hal itu ketika ia sudah dilanda kelaparan.

Walaupun cara makan Xue Na terbilang banyak, bahkan ia mengunyah makanannya dengan cepat. Namun tidak ada sepasang mata para pemuda yang berada di sana mengalihkan tatapan mereka dari sosok Xue Na. Jika semua wanita yang ada di pesta tersebut menatap Xue Na dengan tatapan risih, jijik dan juga merendah, maka berbanding terbalik dengan para pria yang hadir di pesta yang menatap Xue Na dengan tatapan tabjuk.

"Sungguh gadis yang menarik!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel