Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1. Dia Milikku!

#Flashback On

Melbourne, Australia.

“Ah, faster, Baby!”

“Ya di situ, Sayang! Kau enak sekali.”

Suara erangan saling bersahutan memenuhi suara apartemen mewah itu. Wanita cantik bernama Dakota baru saja membuka pintu apartemen sang kekasih. Namun, maksud hati ingin membuat kejutan dengan datang ke Melbourne, tiba-tiba saja Dakota yang mendapatkan sebuah kejutan.

Suara desahan semakin mengeras, berasal dari kamar utama sang kekasih. Langkah kaki Dakota terhenti di depan kamar yang pintunya tidaklah terkunci. Dengan penuh keberanian, dia membuka pintu kamar itu.

“R-Ryan?!” Tubuh Dakota membeku melihat kekasihnya tengah melakukan hubungan seks dengan wanita yang sama sekali tidak dia kenali.

Pria tampan bernama Ryan terkejut Dakota datang. “S-Sayang? K-kau di sini?”

Dakota mundur beberapa langkah, dengan air mata yang bercucuran membasahi pipinya. “K-kau … k-kau mengkhianatiku?”

Ryan panik menyibak selimut, menyambar handuk dan memakai handuk melilit di pinggangnya. Wanita selingkuhannya memilih tetap di atas ranjang seolah tidak peduli dengan kedatangan Dakota.

“Dakota aku bisa jelaskan.” Ryan meraih tangan Dakota, tapi wanita itu langsung menepis kasar tangan Ryan.

“Tidak perlu ada yang dijelaskan! Apa yang aku lihat ini sangat jelas! Kau telah mengkhianatiku!” bentak Dakota dengan air mata yang bercucuran.

Ryan semakin panik dan gelisah. “Aku mohon maafkan aku, Dakota. Aku hanya—”

“Kau hanya pecundang yang tidak pantas mendapatkanku!” Dakota melepaskan cincin berlian di jemari manisnya, dan melemparkan ke wajah Ryan. “Ambil cincin lamaranmu. Berikan pada jalangmu. Mulai detik ini, kau dan aku hanyalah orang asing!” Dakota berlari meninggalkan apartemen sang kekasih, seraya menangis. Tampak Ryan sangat panik. Pria itu mengumpat karena perselingkuhannya diketahui wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya.

#Flashback Off

***

Roma, Italia.

Seorang wanita cantik berambut panjang indah dengan lekuk tubuh sempurna. Dress yang seksi membuat para pria di sana terpesona pada sosok Dakota yang hanya sendiri. Dakota tidak ingin menunjukkan kesedihannya lagi. Sudah beberapa tahun sejak di mana kekasihnya mengkhianatinya, harusnya dia tidaklah tenggelam dalam kesedihan lagi.

Dakota Spencer tidak akan membiarkan air mata jatuh membasahi pipinya lagi. Dia mendatangi klub malam bukan untuk mabuk tidak jelas. Dia mendatangi klub malam, karena ingin bersenang-senang. Sebenarnya dia ingin mengajak sepupunya, tapi kondisi sepupu dekatnya sudah menikah dan memiliki anak. Dia tak ingin mengganggu sepupunya itu.

Luka dikhianati oleh cinta pertamanya selalu terbayang-bayang. Meski tidak lagi menangis, tapi bayang-bayang di mana kekasihnya seks dengan jalang, membuat Dakota merasakan jijik. Dakota bukan wanita kuno. Sudah beberapa kali dia make out dengan kekasihnya. Namun, untuk lebih dari itu, dia tidaklah mau. Dalam arti hingga detik ini Dakota masih perawan. Dia tak memberikan keperawanannya pada sang kekasih, karena pada saat itu dia ingin memberikannya di malam pertama pernikahan.

“Nona cantik, Anda ingin minum apa?” tanya sang bartender pada Dakota yang tiba di hadapannya.

“Berikan aku racikan minumanmu yang hebat. Aku percaya kau mampu meracik minuman dengan baik,” jawab Dakota memercayakan pada sang bartender.

Sang bartender tersenyum dan mengangguk. “Baiklah. Saya akan meracik minuman terbaik di sini untuk Anda, Nona Cantik.”

Sang bartender sibuk meracik minuman. Dakota memilih untuk menatap ke lantai dansa. Kepingan ingatannya teringat tentang dirinya pergi ke klub malam, bersama dengan mantan kekasihnya dulu. Shit! Dakota mengumpat di kala mengingat tentang mantannya. Padahal sudah seharusnya mantannya tidak lagi muncul ke dalam benaknya. Dakota bahkan kerap menyumpahi mantan kekasihnya tidak lagi bernyawa. Jika perlu, mantan kekasihnya yang berengsek sudah tenggelam di lautan luas.

“Silakan diminum, Nona.” Sang bartender menyerahkan minuman yang sudah dia racik pada Dakota.

“Thanks.” Dakota menerima minuman itu, sekaligus memberikan tips pada sang bartender. Detik selanjutnya, Dakota melangkah menuju ke lantai dansa—tanpa memedulikan orang di sekitarnya. Dia hanya ingin menari menikmati musik. Akan tetapi tanpa disadari, ada satu orang pria tampan yang baru saja muncul, sengaja mengikuti Dakota.

“Minuman apa yang kau berikan padanya?” tanya pria itu pada sang bartender.

“Minuman kami yang terbaru, Tuan. Alkoholnya cukup kuat, tapi jika orang terbiasa minum, satu gelas saja tidak akan membuatnya merasakan mabuk,” jawab sang bartender sopan. “Maaf, apakah Anda kekasih Nona Cantik itu?”

Pria tampan itu tersenyum penuh percaya diri. “Maybe yes.”

Sang bartender bingung akan jawaban pria itu. Dia hendak ingin kembali bertanya, tetapi pria tampan itu malah menyusul Dakota yang sudah berdansa di lantai dansa. Terlihat jelas pria tampan itu sangatlah tergesa-gesa.

Alunan musik jazz membuat Dakota menari bebas dan seksi seraya menenggak minumannya hingga tandas. Dia sama sekali tak peduli dengan masalah yang ada di pikirannya. Dia ingin bahagia dengan caranya sendiri.

“Hi, Cantik. Kau sendiri saja?” Pria berwajah Arab begitu tampan, menggoda Dakota yang menari sendirian di lantai dansa.

“Menurutmu?” tanya Dakota seraya melingkarkan tangannya di leher pria itu. Dia begitu berani memeluk pria asing yang baru saja dia temui di klub malam. Persetan dengan semuanya. Dakota sudah berkali-kali mendapatkan luka yang amat dalam. Sekarang dia ingin bebas, tidak mau lagi dilarang siapapun.

Pria berwajah Arab tampan itu senang di kala Dakota memeluknya. Dia sekana mendapatkan lampu hijau—di mana Dakota tak menolaknya sama sekali. “Kau sangat cantik dan seksi,” bisiknya serak di depan bibir Dakota.

Dakota tersenyum menggoda mendapatkan pujian cantik. Detik selanjutnya dengan berani, pria asing itu hendak mencium bibir Dakota. Namun, baru saja bibir mereka menempel—tiba-tiba ada tangan kokoh yang menyeret Dakota hingga pagutan itu terlepas.

“Hey! Kau siapa!” bentak pria Arab itu penuh emosi.

“She’s mine!” geram pria tampan itu, dengan kilat mata tajam

“Kau jangan mengaku-aku!” Pria Arab itu tak terima.

Pria tampan dengan khas negara Barat menatap tajam pria Arab. “Kau tuli?! She’s mine, Bajingan!”

Pria Arab itu tak terima, dia hendak ingin memukul, tapi pria yang menyelamatkan Dakota begitu gesit melawannya. Satu pukulan keras membuat pria Arab itu tumbang. Keributan terjadi. Dakota terkejut melihat sosok pria yang datang.

“D-Dylan?” Dakota sampai memijat keningnya meyakinkan bahwa, yang dia lihat benar yaitu Dylan Caldwell—teman dekat suami sepupunya.

“Kita pulang sekarang.” Pria bernama Dylan menarik tangan Dakota, hendak mengajak pergi. Namun, karena kesulitan membuat Dylan mau tak mau harus menggendong Dakota seperti karung beras.

Dakota memekik terkejut. “Dylan! Apa yang kau lakukan! Turunkan aku, Berengsek!”

Dylan tak menggubris ucapan Dakota. Pria tampan itu terus melangkah meninggalkan klub malam itu. Tangan lentik Dakota memukuli punggung kekar Dylan, tapi hasilnya nihil. Dakota kalah, tak bisa sama sekali melakukan perlawanan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel