Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

9. Pembayaran Kedua

"Dan sebagai info, ciuman ini tidak masuk dalam hitungan pelunasan hutang, Katya. Jadi jangan salahkan kalau durasinya akan sangaat panjang, dan tidak menutup kemungkinan... malah membuat kamu jadi menginginkan lebih," bisik Gaffandra di telinga Katya dengan nada seduktif, dan dengan sengaja pria itu meniup telinga Katya hingga membuat gadis itu merinding.

Katya pun serta merta menjauhkan telinganya dari bibir Gaffandra.

Sial.

Hembusan napas pria itu yang segar dan beraroma mint menerpa satu sisi wajahnya, membuat kinerja jantung Katya tiba-tiba bergejolak tak terkendali.

Kedekatan ini kembali mengingatkannya akan ciuman-ciuman mereka yang sebelumnya, dan wajahnya pun tak bisa berbohong karena sontak merona tanpa diminta.

"Sampai merah gini." Gaffandra menyentuh pipi Katya dengan usapan ringan menggunakan punggung tangannya.

"Memangnya kamu seingin itu aku ciium ya?" Suara tawa kecil pria itu pun terdengar menggoda.

"Nggak!!" Katya menjawab cepat dengan gelengan kepala kuat sambil mendelik. "Jangan suka cari-cari kesempatan deh, Pak."

Gadis itu lalu memundurkan dirinya selangkah ke belakang demi terciptanya jarak aman.

"Haha. Oke." Di luar perkiraan Katya, ternyata begitu mudah Gaffandra melepasnya.

Namun di saat Katya baru saja bernapas lega, tiba-tiba saja pria itu membelai lembut kepalanya, yang membuat jantung Katya kembali merasakan debaran yang tak jelas alasannya.

"Datang saja padaku kalau kamu ada masalah, Katya. Apa pun itu." Gaffandra berucap tanpa melepas senyum yang terurai di wajahnya, yang serta-merta membuat Katya memutar kedua bola matanya.

"Dan membuat hutangku semakin bertumpuk kepada Bapak? Lalu dengan apa lagi harus kubayar? Tubuhku?" Sindirnya dengan nada skeptis.

"Hm. Aku suka ide itu," tukas Gaffandra dengan wajah sumringah dan tersenyum lebar.

Katya memalingkan wajahnya untuk membuang pandangan dari Gaffandra. Makin lama pria ini makin berbahaya, dan tampaknya Katya harus segera menyelesaikan pembayarannya agar tidak berhubungan dengan Gaffandra lagi atau jatuh dalam perangkapnya.

"Apa bisa semua hutangku dilunasi dalam waktu dekat, Pak?"

"Hm... bisa. Kalau memang kamu memaksa."

Katya berdecak pelan mendengar kalimat Gaffandra yang lagi-lagi menggodanya, tapi ia memutuskan untuk tidak terpengaruh dan bersikap biasa saja.

"Ya, aku ingin semuanya lunas dalam beberapa hari ini," tegas Katya lagi.

Gaffandra pun mengangguk seolah mengiyakan, meskipun ia sudah memperkirakan bahwa dengan kondisi yang sedang terjadi sekarang, Katya pasti akan semakin bergantung kepadanya

Dan dengan senang hati ia akan menyambut gadis ini, menyelesaikan semua masalah keuangannya hanya dengan menjentikkan jari, lalu mendapatkan diri Katya seutuhnya.

"Oke. Kalau begitu malam ini akan menjadi pembayaran yang kedua," ucap pria itu memutuskan dengan tersenyum simpul.

"Hah? Ma-malam ini??" Katya pun meringis dalam hati. Meskipun memang dirinya yang meminta, namun tak menyangka juga jika yang kedua akan secepat ini.

Tadinya ia mengira mungkin paling cepat besok, atau lusa. Bukankah baru tadi pagi ia melunasi pembayaran pertama??

Ya ampun, efeknya saja belum bisa hilang dari ingatan!!

Tapi jika dipikir lagi, ada bagusnya sih. Semakin cepat semakin baik, kan?

"Yap. Malam ini juga." Gaffandra melirik jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Aku jemput kamu jam delapan. Ingat, aku membayar seratus juta untuk satu ciuman, Katya. Jadi jadikan itu sepadan dan..." Gaffandra mendekatkan wajahnya hingga kini kurang dari sejengkal dari wajah Katya.

"...aku tidak akan ragu untuk meminta pengulangan, jika 'pembayarannya' masih kurang memuaskan."

***

Tepat jam 8 malam, Gaffandra menjemput Katya di Asrama Panti Asuhan Cinta Bunda.

Malam ini giliran Bu Sadna yang menjaga Ririn di rumah sakit, bergantian dengan Katya yang akan jaga malam esok hari.

"Kakak pergi dulu, La. Tolong kunci semua pintu ya. Kalau ada apa-apa, telepon kakak aja," Katya berpesan kepada salah satu adik asuhnya yang berusia lima belas tahun bernama Nala, yang usianya lebih besar daripada anak lainnya.

Dengan sangat terpaksa, Katya meninggalkan adik-adiknya di rumah tanpa pengawasan orang dewasa. Bahkan Bu Sadna pun sudah mengetahui tentang hal ini dan juga mengijinkan Katya pergi dengan Gaffandra.

"Bye, Kak Katya. Selamat pacaran sama Om Gaffandra ya."

Katya mendelik ke arah Nala yang barusan berucap, dengan cengiran khas anak-anak yang terlukis di wajah Nala.

"Bukan pacaran, La! Kakak ada keperluan sama Pak Gaffandra!" sergah Katya mengkoreksi perkataan jahil Nala.

Gaffandra yang sedang parkir di depan pagar pun tiba-tiba turun dari mobilnya, dan berjalan menuju ke bagasi untuk mengeluarkan beberapa bungkus plastik ukuran besar dan beberapa kotak kardus tipis seperti bungkus pizza.

Dengan senyumnya yang terpulas di wajahnya yang menawan, lelaki itu berjalan menuju ke bangunan asrama.

Anak-anak panti langsung menyambut dengan gembira. Celotehan ucapan terima kasih pun menguar di udara karena merekq mendapatkan rejeki makanan enak.

"Makasih, Pak." Katya mengurai senyum, turut senang melihat keceriaan di wajah adik-adik asuhnya saat membuka bungkus kardus berisi pizza, spagheti, donat dan beberapa makanan lezat lainnya yang di bawa oleh Gaffandra.

"Sama-sama," sahut pria itu sembari memandangi bangunan asrama dengan wajah serius.

"Atap yang runtuh kemarin gimana?" Tanya Gaffandra kepada Katya.

"Oh, di atas bangunan sudah diberi penutup sementara sama warga, dan juga sudah diperiksa bagian-bagian yang rawan runtuh. Sementara anak-anak semua diungsikan ke kamar lain yang bagian atapnya masih bagus," sahut Katya.

Gaffandra hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. "Ayo kita berangkat sekarang."

Katya mengekori Gaffandra yang berjalan di depannya sebelum sama-sama memasuki mobil BMW hitam yang terparkir di depan pagar asrama.

"Ini sebenarnya mau kemana ya, Pak?" Katya pun membuka suara saat beberapa saat mobil mewah ini mulai berjalan memasuki jalan besar.

"Mau memenuhi undangan ulang tahun seorang teman," sahut Gaffandra santai, sembari pandangannya tetap fokus ke jalanan.

"Tapi sebelumnya, kita ke suatu tempat dulu untuk mencari busana yang sesuai buat kamu."

Katya menunduk, menatap kemeja biru muda lengan pendek, celana jeans dan sepatu kets yang ia kenakan. Pakaian yang sederhana, dan memang pasti kurang pantas untuk acara ulang tahun.

Tapi... bukannya malam ini seharusnya adalah pembayaran pelunasan hutangnya yang ke dua? Kenapa malah dia diajak ke acara ulang tahun temannya Gaffandra?

"Pembayaran kedua nanti, harus kamu lakukan di acara itu," ucap Gaffandra lagi, seolah dapat mendengar pertanyaan di dalam kepala Katya.

"Hah?? Maksudnya gimana yaa??"

Senyum geli pun terpulas di wajah Gaffandra mendengar nada panik dalam suara Katya.

"Ingat perjanjian kita, Katya? "Aku yang akan menentukan kapan, bagaimana dan dimana pembayaran hutangnya, kan?"

"Iyaa~ tapi..."

"So it's done. Kamu harus menciumku di acara itu, Katya. Untuk kapan tepatnya, biar aku yang beritahu nanti di sana."

***

"Beautiful Paradise?"

Katya menelan ludah saat membaca nama sebuah klub malam dengan bangunannya yang megah dan luas terdiri dari tiga lantai.

Seumur-umur, Katya belum pernah menginjakkan kaki ke dalam sebuah klub begini.

Paling-paling hanya ke cafe sederhana, itu pun karena diajak dan ditraktir Arsel saat pria itu berulang tahun.

Tiba-tiba saja ia merasakan tangannya digenggam hangat. Katya pun menoleh, melihat wajah Gaffandra yang tersenyum ke arahnya.

"Kamu cantik," ucap lelaki itu, mengamati bagaimana gaun hitam bertali tipis membungkus ketat tubuh sensual gadis ini.

Katya hanya menghela napas pelan dan tersenyum datar menanggapi perkataan Gaffandra, menganggap pujian itu hanyalah sebuah kalimat yang pasti akan dilontarkan semua lelaki normal sebagai tanggapan untuk busana seksi yang ia kenakan saat ini.

Katya sebenarnya malu sekali saat harus memakai baju yang terlihat biasa dengan harga yang sama sekali tidak biasa.

Manik coklatnya membulat sempurna ketika melihat price tag yang tertulis harga 10 juta rupiah hanya untuk sepotong kecil kain begini!

Meskipun Katya mengakui kalau semula ia mengira akan merasa sesak mengenakan baju yang seketat ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Selain bentuknya yang agak terlalu vulgar bagi Katya, sebenarnya baju ini sangat nyaman di kulitnya.

Yah, mungkin itu sebabnya harganya semahal itu.

Gaffandra menyodorkan sikunya, dan kembali tersenyum melihat Katya menyelipkan tangannya di sana.

Gadis ini penurut sekali, meskipun Gaffandra bisa melihat kalau sesungguhnya Katya terpaksa melakukannya.

Tampaknya dia sangat ingin menyelesaikan semua pembayaran hutangnya, dan malas beradu argumentasi mengenai apa pun dengan Gaffandra.

Meskipun wajahnya terlihat sangat kesal saat disuruh mengenakan gaun seksi itu, tapi Katya tampak profesional dan tak berkomentar apa pun.

Haha. Semakin lama, Gaffandra semakin menyukai gadis ini.

Suara musik yang hingar bingar menyambut mereka saat memasuki ruangan luas dengan banyak orang di dalamnya. Ada yang asik mengobrol di sofa, ada yang di belakang meja bartender, dan beberapa berdiri sambil sesekali menggoyangkan tubuh mereka.

Tata cahaya berwarna-warni yang atraktif turut mewarnai suasana menjadi semarak dan meriah.

Ah, Katya sebenarnya tidak terlalu suka dengan keramaian dan suara yang bising begini, tapi dia merasa tidak memiliki hak untuk memprotes. Di sini tugasnya hanya untuk membayar hutang.

Saat Katya sudah pasrah jika ia harus berbaur dengan suasana yang tidak nyaman ini, ternyata Gaffandra terus membawanya masuk ke dalam sebuah lift di pojok ruangan, lalu pria itu menekan tombol angka 3.

Tak lama kemudian pintu besi itu pun terbuka tepat ketika layar hitam di atas pintu menunjukkan angka 3.

Manik coklat gadis itu pun membesar melihat pemandangan di depannya. Ternyata lantai ini sangat berbeda dengan lantai di bawah!

Tak ada musik keras yang membuat telinga berdenging, dan tidak dipenuhi oleh banyak orang. Suasananya jauh lebih tenang dengan denting musik live yang mengalun dari grand piano yang dimainkan seseorang di tengah-tengah ruangan.

Tebakan Katya, mungkin ini semacam area VIP atau eksklusif, jika dilihat dari

"Gaffandra!!"

Katya pun spontan melirik ke arah sumber suara yang barusan menyapa Gaffandra, dan maniknya seketika membulat heboh melihat sosok wanita cantik elegan bergaun merah seksi.

Ini... bukannya wanita yang bernama Olivia, mantannya Gaffandra kan?? Katya masih ingat karena merasa pernah bertemu di acara ulang tahun Cia.

Ya ampun. Sekarang Katya mulai bisa mengerti kenapa Gaffandra meminta pembayaran kedua dilakukan di sini!

Ia sudah bisa menarik benang merahnya, dan alasannya pasti adalah karena...

"Halo, Oliv." Senyum datar menghiasi wajah Gaffandra, saat Olivia mendekatinya dan mencium pipi kiri dan kanan pria itu. Bahkan Olivia sengaja menyentuhkan dadanya ke lengan Gaffandra seolah tak sengaja, padahal jelas-jelas sengaja.

"Masih ingat dengan Katya, kan?" Gaffandra melepaskan pelukan erat Olivia yang tampaknya tak kunjung usai, dengan menggunakan dalih keberadaan Katya.

Gadis itu tersenyum kaku melihat sorot kesal yang jelas terpancar dari manik berlapis kontak lensa biru milik Olivia, meskipun wanita itu terlihat tersenyum ke arah Katya.

Huuft. Sial. Ternyata malam ini ia harus berurusan kembali dengan mantan Gaffandra yang gagal move on.

"Halo, Katya. Gaunmu bagus." Olivia hanya melambai sekilas kepada Katya, yang juga dibalas oleh gadis itu dengan senyum.

"Terima kasih. Aku suka kalungmu. Indah," Katya hanya bermaksud balas memuji dalam rangka basa-basi, namun ternyata hal itu membuat Olivia tersenyum lebar sembari menyentuh kalung berlian berbentuk hati di lehernya.

"Ini hadiah dari Gaffandra," ucapnya sambil melirik pria yang diam saja di samping Katya.

"Kamu ingat, kan waktu kita liburan ke Eropa? Kamu kasih kalung ini saat kita sedang... uh, di hotel."

"Maaf, tapi aku sudah benar-benar tidak ingat." Gaffandra tiba-tiba saja menyahut dengan nada datar dan sedingin es, membuat Katya sedikit terkejut dan kasihan juga melihat wajah Olivia yang malu.

"Oh iya, selamat ulang tahun, Oliv. Katya membawakan hadiah untukmu." Gaffandra meminta Katya untuk memberikan bungkusan kecil yang ia pegang kepada Olivia.

"Terima kasih, kamu nggak perlu repot-repot kasih hadiah segala ih," cetus Olivia dengan sikap manja kepada Gaffandra.

"Itu Katya yang memilih, tapi pilihannya memang sangat bagus. Aku yakin pasti kamu suka."

Katya pun hanya bisa kembali mengasihani Olivia yang lagi-lagi mendapatkan kalimat ulti dari Gaffandra.

Tapi wanita itu tampaknya kali ini tidak terpengaruh pada sikap dingin Gaffandra.

Olivia malah menatap lekat wajah pria yang sebelumnya pernah menjalin kasih dengannya.

"Gaffandra, apa bisa aku bicara sebentar dengan kamu?" Olivia melirik singkat ke arah Katya, sebelum dia menambahkan kalimat, "berdua saja. Ada hal sangat penting yang harus aku bicarakan berdua saja dengan kamu."

Katya bisa merasakan gestur Gaffandra yang merasa keberatan, dan gadis itu pun berinisiatif mengusap lembut lengan Gaffandra, yang membuat Olivia cemberut lalu memalingkan wajah.

"Nggak apa-apa, aku tunggu kamu di sana," Katya menunjuk meja bartender dengan dagunya.

Gaffandra sedikit mengernyit dengan kedua alis lebatnya yang bertaut menatap Katya tajam. "Kamu yakin tidak apa-apa, Katya?"

"Yaa~" Katya menyahut sambil tersenyum manis kepada Olivia. "Selesaikan saja apa yang memang perlu diselesaikan, meskipun mungkin ada yang tidak bisa menerimanga dengan lapang dada," sahutnya iseng menyindir Olivia, yang membuat Gaffandra diam-diam tertawa kecil.

"Oke, aku nggak akan lama." Gaffandra mengusap kepala Katya dan mendaratkan kecupan singkat di ubun-ubun kepalanya, membuat Katya berjengit karena kaget.

Ck. Dasar tukang cari kesempatan!

Katya melihat Olivia dan Gaffandra berjalan entah kemana, dan desahan pelan pun menguar dari bibirnya. Melelahkan sekali.

Bukan hanya membayar hutang, tapi Gaffandra juga sudah menjebaknya agar menjadi pacar pura-puranya di depan Olivia.

Huh, bisa nggak sih ini semua di skip dan Katya akhirnya pulang ke asrama untuk tidur di kasurnya yang nyaman??

"Ka? Kamu... ngapain di sini??"

Suara familier itu serta-merta membuat Katya mendongak. Suara kesiap pelan lolos dari bibirnya, ketika melihat sosok yang ia kenal tengah berdiri di balik meja bartender, menggunakan celemek dan seragam hitam yang menatapnya lekat.

"Arsel??" Ya ampun. Kenapa bisa-bisanya ia bertemu Arsel di sini? Apa Arsel juga bekerja menjadi salah satu pramusaji minuman di klub ini??

Arsel sejenak mengamati gaun ketat hitam yang melekat seksi di tubuh Katya, sebelum kemudian manik hitamnya kembali beradu pandang dengan bola mata coklat milik Katya.

"Siapa yang membelikan baju kamu ini?" Tanya Arsel. "Gaffandra?"

Katya pun hanya bisa terdiam mendengar nada penuh tuduhan namun juga tak bisa ia pungkiri itu. Tenggorokannya terasa tercekat, tak mampu untuk berbicara.

Namun saat ia akhirnya merasa mampu untuk menjawab Arsel, tiba-tiba sebuah cengkeraman kuat melingkari lengannya, dan menyentaknya hingga berdiri dari kursi.

Katya tertegun melihat Gaffandra yang tiba-tiba saja sudah berada di dekatnya, dan menatapnya dengan tajam tanpa senyum sedikit pun di wajahnya, hal yang sangat jarang Katya lihat.

Pria itu mendekatkan bibirnya di telinga Katya dan mulai berbisik.

"Kamu bisa melakukan pembayaran kedua sekarang, Katya. Ayo, cium aku di sini. Sekarang juga."

Manik coklat Katya sontak membelalak lebar mendengar perintah tegas itu. Yang benar saja!!!

Gaffandra ingin dia membayar hutangnya dengan ciuman di depan semua orang, dan... di depan Arsel??!

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel