Bab 1
"Kau wanita yang baik menurut kedua orang tua ku." Daffin tertawa lepas ketika kalimat itu keluar dari mulutnya.
Kau wanita terbaik, menurutnya kau wanita polos, yang suci. Tidak sama seperti wanita lain." Tatapan mata pria itu seakan ingin membunuh wanita muda nan berparas cantik di depannya. Daffin mengingat bagaimana mama dan papanya membujuknya agar mau menikah dengan Hana. Gadis polos nan dinilai baik oleh kedua orang tuanya.
Wanita muda itu hanya diam tanpa mampu berkata apa-apa. Air matanya menetes dengan sendirinya. Hana sangat takut ketika pria itu menatapnya. Tatapan mata pria itu seakan mampu mengeluarkan jantungnya dari tempatnya. Ingin rasanya Hana menjawab ucapan pria itu, namun saat ini tidak ada satu katapun yang bisa terucap. Tangan pria itu memegang pipinya dengan keras sehingga ia tidak dapat mengatakan apa-apa.
"Apa yang membuat papa dan mama, ku mengatakan kau cantik. Kau tau, kau bukanlah wanita tipe Ku. Berlian kau tau nama itu?
Seorang Artis terkenal, yang cantik dan seksi. Seperti itu yang aku suka. Bukan wanita seperti kau." Daffin memandang tubuh polos wanita yang baru saja jadi istrinya dari atas hingga ke bawah. Tangannya dengan sangat keras menggenggam benda berbentuk bulat milik wanita yang baru saja menjadi istrinya. "Ini, sangat tidak mengoda," Dafin mencubit keras bagian puncak benda berbentuk gunung tersebut.
Hana hanya menagis ketika suaminya menggenggam bagian dadanya dengan sangat kuat. Ini untuk pertama kalinya bagian miliknya di sentuh oleh pria. Dengan sangat kasar pria itu meremasnya tanpa ada perasaan dan mencubit keras bagian atasnya. Tidak hanya di sekujur tubuhnya yang terasa amat sakit, namun juga hatinya. Hati ini terasa sangat sakit, bagai ditusuk-tusuk oleh jarum, begitu amat pedih. Bagaimana mungkin pria yang baru saja menikahinya itu dengan tegas mengatakan bahwa dirinya bukanlah wanita yang diinginkannya. Bahkan pria itu dengan sangat nyata membandingkan dirinya dengan wanita lain yang tidak lain kakak tirinya sendiri. Nayla tidak mengerti, mengapa kakak tirinya itu pergi di saat hari pernikahannya yang sudah hitungan hari. Hingga dirinya yang harus menggantikan kakak tirinya seperti ini. Hana diam sejenak, wajar rasanya bila pria itu menyebutkan nama wanita lain. Hana tau bahwa dirinya hanya pengganti saja.
Wajah cantik milik Hana kini sudah terlihat sangat pucat dan ketakutan. Ia tidak tau apa yang akan dilakukan oleh suaminya. Hanya untaian doa yang terus terucap di dalam hatinya. Hana tidak ada henti-hentinya berdoa agar pria itu mau mengasihaninya dan mengakhiri ini semua. Saat masuk ke dalam kamar hotel yang sudah disiapkan untuk mereka. Sikap manis suaminya didepan para tamu undangan dan kedua mertuanya hilang seketika. Sekarang suaminya terlihat sangat menakutkan baginya.
Hana tidak bisa berbuat apa-apa. Kedua tangannya diikat ke depan dengan menggunakan dasi yang tadi di pakai Daffin. Gaun pengantin yang tadi dipakainya sudah terjatuh dilantai dengan bentuk sudah rusak parah. Suaminya dengan sengaja menggunting gaun berwarna putih itu. Seharusnya gaun itu menjadi gaun kesayangan Hana yang akan diabadikannya.
Meskipun pria itu sudah menjadi suaminya, namun Hana tetap saja sangat malu ketika suaminya menatap tubuh polosnya.
"Kau tidak sebanding dengannya. kau tahu, bahwa aku sangat mencintainya. Namun apa yang telah dilakukan kakak mu, memuat aku muak. Aku sangat tidak terima perlakuannya seperti ini. Dia sudah menghancurkan harga diri ku. Aku tidak akan pernah melepaskan mu. Selagi dia tidak kembali, jangan berharap kau bisa terbebas dari aku. Kau tau, aku menikah dengan mu, karena keterpaksaan saja," Daffin tersenyum mengejek Hana.
"Mas sakit sekali, ampun mas." Hana merintih kesakitan saat tangan pria itu sangat keras menarik rambutnya. Saat ini kepalanya mendongak ke langit-langit kamar yang berwarna putih. Hana sungguh tidak tahan merasakan sakit di kulit kepala.
"Aku akan melakukan seperti ini setiap saat. Aku akan membuat kau menyesal menjadi istri ku. Kau orang miskin yang berharap bisa hidup senang dan bergelimang harta, bila menikah dengan ku. Benar seperti itu?" Pria itu tersenyum memandang rendah istrinya.
"Gak mas, itu gak benar." Hana membantah tuduhan pria tersebut. Setelah Papanya meninggal semua harta milik Papanya diambil oleh Mama tirinya. Uang yang dimiliki oleh Papanya dihabiskan oleh Mama tirinya untuk menaikkan nama Berlian Casandra menjadi seorang artis.
"Tidak mengaku?" Daffin semakin menarik keras rambut Istrinya hingga terdengar suara hentakan dari rambut Istrinya. Kau akan rasakan, penderita mu. Kau akan merasa neraka di dunia." Daffin tertawa dengan sangat keras tepat di daun telinga istrinya. Tangannya dengan sangat keras menarik rambut panjang istrinya.
"Maafkan aku, aku sungguh tidak tau mengapa kak Berlin pergi," jawab Hana. Kepalanya terasa begitu sangat sakti dan pusing.
"Jangan berpura-pur polos." Daffin tertawa lepas. "Aku ingin melihat seperti apa sucinya diri mu. Bila ternyata kau sudah tidak dalam kondisi buka segel. Besok pagi aku akan mempermalukan mu." Daffin tertawa lepas. Pria itu melepaskan tangannya di rambut Istrinya. Dengan sangat kasar, Daffin mendorong tubuh istrinya hingga terjatuh ke lantai.
Tulang ekor Hana terasa sangat sakit ketika suaminya mendorong tubuhnya dengan sangat kuat. "Mas, Hana mohon, jangan lakukan ini. Biarkan Hana pergi ," Hana berkata dengan Isak tangisnya.
"Jangan harap." Daffin tersenyum dengan sudut bibir terangkat sebelah. Kaki pria itu berada di atas punggung istrinya hingga tubuh wanita yang berukuran mungil itu membungkuk kedepan. Ia menekankan kuat punggung istrinya dan memutar-mutar telapak kakinya yang masih memakai sepatu pantofel yang berbahan keras tersebut.
"Sakit mas," pekik Hana yang tidak dihiraukan suaminya. Ia meringis menahan rasa sakit ketika pria itu semakin menekan pijakannya hingga tubuhnya semakin membungkuk ke depan. Punggungnya terasa amat pedih saat suaminya memutar-mutarkan telapak kakinya.
"Panggil aku tuan, kau wanita ku, wanita pemuas ku. Orang tua ku sangat bijaksana memberikan aku wanita pemuas. Kau mainan ku, wanita tawanan ku, mainan yang diberikan kedua orang tua ku. Kalau bukan karena ide mereka yang meminta aku menikahimu mungkin aku tidak pernah terpikir untuk melakukan ini kepadamu. Aku sangat tidak menduga ternyata apa yang diinginkan kedua orang tua ku, akan menjadi mainan untuk ku. Menurutku, kau tidak sama buruknya dengan kakakmu. Kalian satu keluarga yang sudah bersekongkol. Kedua orang tua ku benar-benar bijaksana memberikan aku wanita pengganti." Daffin tertawa lepas. Pria itu tidak merasa kasian sedikitpun dengan istrinya yang sudah merintih kesakitan.
Bulu kuduknya berdiri saat mendengar perkataan suaminya. Ia hanya menangis merasakan kepedihan di hatinya. Apa yang dikatakan oleh suaminya membuat hatinya begitu sangat sakit. Malam pertama yang selalu dikatakan orang malam yang terindah namun tidak untuk Hana. Wanita yang berusia 22 tahun itu itu harus merasakan awal dari penderitaannya.
***