Sarah Part 3
Tampaknya keberuntungan sedang mengiringi langkahku karena ketika aku mendekati meja resepsionis, aku melihat ada beberapa orang yang sedang berada disana meskipun waktu menunjukkan tengah malam. Mereka berjumlah tiga orang, terdiri dari dua orang pria dan salah satu dari mereka merupakan resepsionis di penginapan ini. Mereka segera menghampiriku ketika melihatku berjalan dengan sempoyongan ke arah mereka.
Aku menceritakan keadaan Leslie pada mereka dan meminta mereka untuk membantuku menangani Leslie. Aku merasa lega ketika melihat raut antusias di wajah mereka untuk membantuku. Tanpa membuang waktu, kami pun pergi menuju kamarku dimana ada Leslie yang sedang bersikap aneh di dalamnya.
Begitu tiba di kamar itu, mataku membulat dengan sempurna ketika aku melihat kondisi Leslie saat ini. Dia sedang berdiri di dalam kamar tapi bukan berdiri normal layaknya manusia, melainkan dia berdiri dengan menjadikan langit-langit kamar ini sebagai tumpuan. Ya, dia berdiri di atas atap sehingga kepalanya sekarang berada di bawah seolah-olah dia memiliki kemampuan untuk melawan gravitasi. Dia dengan bola matanya yang mengerikan itu tengah menyeringai ke arah kami.
“Hihihihihi.”
Tawanya yang menyeramkan itu kembali terdengar menggema di kamar ini. Rasa cemah dan takut yang sedang ku rasakan ini bahkan membuat rasa sakit dan perih di wajahku akibat perbuatan Leslie tak terasa sama sekali.
“Dia kerasukan,” kata salah seorang pria yang sedang berdiri di sampingku. Sebenarnya aku sudah menyadarinya sejak tadi, menyadari bahwa semua keanehan yang terjadi pada Leslie karena dia sedang kerasukan. Tapi aku mencoba menepis pemikiran itu, aku tidak pernah mengira Leslie yang memiliki kemampuan berkomunikasi dengan hantu bisa mengalami hal ini. Lebih tepatnya inilah pertama kalinya Leslie kerasukan oleh salahsatu hantu setelah sekian banyaknya hantu yang sudah dia temui.
Leslie melompat-lompat dengan lincah di atas langit-langit sambil tak hentinya mengeluarkan tawa menyeramkannya. Lalu dia berjalan perlahan menuruni dinding, dia tak terlihat kesulitan sama sekali seakan-akan dia sedang berjalan di atas lantai yang datar. Kini dia kembali berakrobat di depan mata kami, dia berjalan dalam posisi terbalik, kedua tangannya dia gunakan untuk berjalan sedangkan kedua kakinya terentang ke atas. Sungguh aku tidak sanggup lagi melihat keadaannya.
“Tolong hentikan dia,” pintaku pada ketiga orang yang sedang bersamaku saat ini.
“Kita harus menangkapnya,” ujar salah satu pria yang kuyakini merupakan penjaga di penginapan ini yang tadi mengantarkanku dan Leslie ke kamar ini.
Kedua pria itu mencoba mendekati Leslie yang masih berakrobat, tapi sebelum mereka berhasil menangkap Leslie tiba-tiba angin kencang berhembus dan menerbangkan tubuh kedua pria itu hingga mereka terlempar cukup jauh dari posisi awal mereka berdiri.
Aku tercengang tampaknya hantu yang merasuki tubuh Leslie memiliki kekuatan yang cukup besar. Leslie sedang berjongkok saat ini dan menatap dengan penuh kebencian ke arah kami. Setelah itu, dia melompat-lompat seperti anak kecil yang sedang kegirangan sambil terus tertawa. Dia pun berlari menuju pintu kamar tanpa bisa aku cegah. Padahal aku sedang berdiri di dekat pintu tapi tubuhku gemetaran ketika dia berlari menghampiriku dan melesat keluar dari kamar.
“Sial! Kita harus mengejarnya !!” Teriak penjaga penginapan dan bergegas berlari mengejar Leslie, tentu aku pun mengikutinya.
Begitu tiba di luar penginapan, kami berpencar mencari Leslie. Aku mencari ke arah samping kanan penginapan ini. Disini sangat sepi tanpa ada satu pun bangunan lain, hanya lahan kosong dan beberapa pohon yang memenuhi tempat ini. Disini juga sangat gelap dan bodohnya aku karena tidak membawa satu pun benda yang bisa memberikan sedikit pencahayaan disini. Aku menatap langit, entah kemana perginya bulan dan bintang-bintang yang sebelumnya aku dan Leslie lihat bersinar di atas langit sana. Langit itu terlihat hitam menambah suasana mencekam yang sedang aku rasakan. Tapi aku tidak mungkin mundur hanya karena masalah ini, walau bagaimana pun yang aku pikirkan sekarang hanyalah menemukan Leslie. Entah apa yang akan dilakukan hantu yang sedang merasukinya itu pada tubuh Leslie? Harapanku hanya satu, aku berharap hantu itu tidak akan menyakiti Leslie dan segera mengembalikan Leslie padaku.
Aku menerobos semakin dalam memasuki kegelapan ini, beruntung mataku mulai terbiasa melihat dalam kegelapan hingga aku menyadari seseorang sedang duduk di tanah dengan posisi kakinya berselonjor. Aku tidak bisa melihat sosoknya dengan jelas karena itu aku berjalan menghampirinya. Dari jarak sedekat ini aku mampu mengenalinya, meskipun dia sedang menunduk dan rambut panjangnya menghalangi wajahnya tapi tak mungkin aku salah mengenali, orang ini tidak lain adalah seorang wanita yang begitu berarti untukku. Dia kekasih yang sangat aku cintai dengan sepenuh hatiku.
Aku berjongkok di sampingnya dan ku rentangkan tangan kananku untuk menyentuh bahunya.
“L-Leslie,” panggilku, tapi diabaikan olehnya. Aku mengguncang-guncangkan tubuhnya berharap dia akan menyahuti panggilanku tapi percuma dia sama sekali tak bergeming. Sesaat kemudian, aku tersentak ketika tiba-tiba tubuhnya melemas dan dia nyaris tumbang jika saja aku terlambat menangkap tubuhnya. Ku dekap erat tubuhnya, rasa dingin menjalari sekujur tubuhku ketika kulitku bersentuhan dengan kulit dinginnya. Aku menyadari Leslie belum sepenuhnya kembali, terutama ketika aku melihat lingkaran hitam masih melingkari kelopak matanya. Hantu itu masih ada di dalam tubuhnya, tapi aku sedikit lega karena hantu itu berhenti memberontak.
Kesempatan ini tak ku sia-siakan, aku menggendong Leslie disaat kedua matanya yang masih terpejam. Meskipun tubuh Leslie terasa begitu berat di dalam dekapanku, aku memaksakan diriku untuk berlari. Berlari sekuat tenaga yang ku punya.
Akhirnya aku tiba di penginapan.
“Kau berhasil menemukannya?” tanya resepsionis yang tampaknya sedang menunggu dengan cemas di samping pintu.
“Aku akan membawanya ke kamar,” jawabku sambil tetap membawa Leslie karena sesungguhnya tubuhku sudah tidak kuat lagi menopang tubuh Leslie. Aku merasa akan segera tumbang, tetapi tak mungkin aku menjatuhkan tubuh Leslie.
“Aku akan memanggil Pak Thomas dan Pak Jerry,” kata Resepsionis itu yang aku abaikan, yang terpenting bagiku sekarang hanyalah secepat mungkin membaringkan tubuh berat Leslie ini.
Sesampainya di kamar, aku membaringkannya di tempat tidurku yang letaknya memang lebih dekat dengan pintu jika dibandingkan tempat tidur Leslie yang dekat ke jendela. Kedua mata Leslie masih terpejam, nafasnya pun terlihat masih teratur.
Tak berapa lama Resepsionis dan kedua pria tadi pun masuk ke dalam kamar.
Kedua pria itu menghampiri Leslie dan mereka melakukan sesuatu hal yang membuat amarah menyelimutiku detik ini juga.
“Hei, apa yang kalian lakukan?!!” teriakku. Aku bermaksud menghentikan mereka tapi resepsionis yang berdiri di sampingku mencegahku melakukannya.
“Serahkan masalah ini pada Pak Thomas dan pak Jerry,” katanya. Tapi aku tetap tidak bisa menahan amarahku. Aku merasa wajar saja jika aku marah, semua pria di dunia ini akan marah ketika melihat pacarnya diikat oleh kedua pria itu. Tangan dan kaki Leslie masing-masing diikat pada ujung ranjang.
“Apa yang akan mereka lakukan pada pacarku?” tanyaku dengan sekuat tenagaku menahan agar tidak berteriak karena sungguh aku tidak bisa menerima perlakuan mereka pada Leslie.
“Mereka akan mengeluarkan hantu itu dari tubuh pacarmu.” Aku pun hanya mampu terdiam saat ini. Berusaha menerima apapun yang akan mereka lakukan pada Leslie. Tapi dari dasar hatiku yang paling dalam, aku bersumpah akan menghentikan mereka jika mereka berani menyakiti Leslie.