Menghiburku
Sesaat kemudian kami sampai di sebuah pelabuhan dan kami segera keluar dari dalam mobil.Aku keluar dan menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus menerpa wajahku.Hanya beberapa kapal layar yang bisa ku lihat mengisi dermaga di sana dan rasanya aku cukup tenang berada di sana.Rafli mendekatiku dan ia bersandar pada kap mobil sambil mengantongi kedua tangannya.
"Bagaimana dengan perasaan Anda,Nona?"tanyanya.
"Aku cukup tenang berada disini,terima kasih."jawabku.
"Sama-sama Nona."sahutnya singkat.
Aku menghirup napas dalam-dalam dan mengembangkan senyuman karena ketenangan yang aku dapatkan.Dapat ku lihat dari ekor mataku Rafli menatapku singkat lalu tersenyum kecil,tapi aku mengabaikan dan terus menikmati hariku.
Matahari mulai tenggelam dan terlihat begitu indah di sana.Aku begitu antusias mengajak Rafli berfoto dan menjadikan matahari yang tenggelam itu sebagai background gambar kami.Tanpa sengaja aku menggandeng lengannya dan berfoto selfie bersamanya.
"Wah keren sekali!"seruku senang.
Rafli hanya mengembangkan senyumnya melihat tingkahku lalu aku menyimpan kembali ponselku di tasku.
"Apa kita akan pulang sekarang,Nona?"tanya Rafli.
"Iya,sebaiknya kita pulang sekarang."jawabku.
Kami segera masuk ke dalam mobil lalu Rafli melajukan mobil meninggalkan pelabuhan itu menuju rumahku dengan aku yang melepas pandangan keluar jendela mobil seolah tak rela pergi dari sana.
"Lain kali akan saya ajak Nona kembali kesini lagi."ujarnya yang seperti tahu apa isi hatiku.
"Hmm.."gumamku menjawabnya.
Sesaat kemudian kami sampai di rumahku.Dia mengantarku sampai ke dalam rumah sambil menemui kakekku.
"Selamat malam Tuan Besar!"sapanya.
"Selamat malam,Raf."sahut kakekku.
Aku berlalu dari sana menuju kamarku untuk membersihkan diri dan setelahnya aku berdiam diri di dalam kamarku.
Suara ketukan di pintu kamarku mengusik pendengaranku dan aku berteriak dari dalam kamar siapa gerangan yang tengah berada diluar kamarku.
"Siapa?"tanyaku.
"Saya,Nona."jawabnya singkat yang bisa kukenali jika itu Rafli.
Dengan malas aku melangkahkan kaki ke arah pintu dan membukakan pintu untuknya.
"Ada apalagi?"tanyaku dengan wajah kusut.
"Hanya ingin mengembalikan tas Anda yang tertinggal di dalam mobil saya."jawabnya.
"Oh."ujarku singkat sambil mengambil tasku yang berada di tangannya.
"Terima kasih."sahutku singkat.
Setelah itu Rafli beranjak pergi dari kamarku kemudian kembali ku tutup pintu kamarku.Aku kembali keluar saat makan malam tiba dan setelahnya aku akan kembali mengurung diri di dalam kamarku lagi.
Malam itu setelah 3 hari aku dan Attar tidak saling bertukar kabar,Attar mendadak menghubungiku.
"Hai,Sayang!"sapa Attar.
"Hai."sahutku singkat.
"Apa kamu tak merindukanku?"tanyanya membuatku luluh dengan kata mesranya itu.
"Aku masih sibuk dengan pekerjaanku."jawabku lembut.
"Apakah aku tidak lebih penting dari semua pekerjaanmu itu?"tanyanya terkesan mengeluh.
"Mari kita bertemu sekarang!"ajaknya.
Dengan mudah aku menyetujuinya dan aku seolah lupa dengan apa yang ku lihat beberapa hari belakangan ini tentangnya.
"Baiklah.Dimana?"tanyaku.
"Restoran biasa kita bertemu."jawabnya.
"Oke aku akan segera datang."sahutku.
"Sampai jumpa nanti."ucapnya lalu menutup sambungan teleponnya.
Aku bergegas berdandan sebaik mungkin hanya untuk menemuinya malam itu.
Setelah ku patut diriku di depan cermin dan terlihat sempurna,aku segera keluar kamar dan mengambil kunci mobilku untuk menuju restoran tempatku janjian bertemu dengan Attar.Sesampainya di restoran itu aku bergegas turun dari mobilku mencari keberadaan Attar namun tak ku temui di sana.Aku pun terlebih dahulu menuju toilet dalam restoran tersebut sekedar membasuh tanganku yang terasa berdebu mungkin karena aku terlalu banyak menggunakan bedak sehingga tanganku terasa kotor oleh bedak yang kugunakan.Saat aku menuju toilet,di tengah jalan langkahku terhenti saat pria yang ku kenal sedang bercumbu dengan seorang wanita di lorong menuju toilet.
Mataku terasa panas melihat adegan menjijikkan itu dan aku berbalik meninggalkan restoran itu dengan air mata yang mulai membasahi pipi hingga tanpa aku sadari aku menabrak seseorang dan hanya kata maaf yang aku ucapkan padanya.
"Maaf!"seruku tanpa melihat siapa orang yang ku tabrak.
Sebuah tangan meraih lenganku dan aku jatuh dalam pelukannya dengan tangis yang masih menghiasi wajahku.
"Hiks...hiks...hiks...mengapa aku begitu bodoh masih juga berharap pada orang yang sama sekali tak mengharapkanku."lirihku.
"Anda bukan bodoh tapi dibutakan oleh cinta."sahut orang yang memelukku dan aku mengenal suara itu.
"Sejak kapan aku semakin bodoh mendengar suara asisten kakekku disini."gumamku lagi.
"Ini memang saya Nona."sahutnya.
Aku semakin menangis histeris saat ia menjawabnya.Aku di bawanya keluar dari restoran itu menuju mobilku dan mengantarku pulang ke rumah.
Sudah beberapa kalinya aku menangis di depan Rafli dan dia pasti berpikir aku adalah wanita lemah yang dilemahkan oleh cinta palsu kekasihku.
"Kita sudah sampai Nona."ujarnya.
"Hmm."gumamku.
Aku bergegas turun dari mobil dan duduk di halaman rumahku sambil menatap langit malam itu.
Bayang-bayang tentang Attar yang bermesraan dengan wanita itu melintas di depan mata sehingga aku tersenyum konyol karena hal itu.Aku bertekad untuk mengubah diri menjadi lebih menarik lagi dan mulai melupakan cintaku pada Attar.Aku akan menjadi wanita kuat tanpa air mata dan mulai move on dari pria yang banyak memberiku luka.
Aku bangkit dari dudukku lalu berlalu menuju kamarku dengan Rafli yang menatapku heran.Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian,aku berbaring di atas ranjangku dan beberapa kali ku dengar ponselku berdering lalu terpampang nama Attar di sana membuatku malas mengangkatnya justru ku buang jauh-jauh ponselku.Aku terlelap dalam tidurku setelah lelah meratapi nasibku yang dipermainkan oleh Attar.
Keesokan paginya merupakan hari libur dan aku keluar ke salon langgananku untuk mengubah potongan rambutku lebih fresh dan kekinian.
"Potong ala korean style dan cocok di wajahku!"pintaku pada hair stylish di sana.
"Tumben Nona minta potong biasanya hanya minta dirapikan saja."ujarnya heran.
"Aku mau membuang kesialan dari diriku."ucapku asal.
"Ah bisa saja Nona."sahutnya.
Setelah itu ia mulai memangkas rambutku cukup pendek namun terlihat lebih segar dan lebih muda dari usiaku.Rambut yang Attar agungkan dari diriku dan ia selalu meminta aku untuk tidak memotongnya kini justru aku pangkas pendek.Inilah bentuk kekecewaanku atas dirinya yang selalu mengkhianatiku.
Usai membayar jasa hair stylish itu,aku keluar dari salon itu menuju pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa pakaian yang cocok denganku dan setelahnya aku kembali masuk ke dalam mobil dan pulang.Saat pertama kali aku tiba di rumah,aku bertemu dengan kakek dan beliau terkejut dengan perubahan rambutku.
"Tia,rambutmu!"seru kakek terkejut.
"Tidak apa-apa,Kek hanya ingin mengubah gaya rambut saja."sahutku sambil melempar senyum.
Aku kembali ke kamar dan mencoba beberapa pakaian yang sempat ku beli dan terlihat sangat berbeda dengan selera berpakaianku selama ini.Aku telah bertekad untuk berubah dan apapun aku lakukan untuk mengubah penampilanku dan membuat Attar menyesal telah mencampakkanku.Aku tak sabar ingin tahu respon Attar saat melihat perubahanku saat ini yang jauh dari Mutia yang dikenalnya dulu.Aku ingin dia mengerti bahwa aku tak akan mengemis cintanya untukku tapi aku akan membalas telak apa yang dilakukannya padaku.