Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Dikhianati

Namaku Mutia dan aku adalah seorang wanita berusia cukup umur yang belum menikah.Setelah pengkhianatan kekasihku yang berselingkuh dengan sepupuku,aku memilih untuk menyendiri dan menjauh dari yang namanya lelaki.Aku masih ingat waktu itu saat aku baru saja pulang dari perjalanan bisnisku diluar kota dan sangat merindukan bertemu dengan kekasihku nyatanya yang aku dapatkan adalah saat dimana pria itu bergelung dengan sepupuku di bawah selimut yang menutupi tubuh polos mereka.Desahan dan teriakan kecil itu terdengar dari tempatku berdiri saat ini di depan kamar tidur kekasihku yang sedikit terbuka dan aku terkejut saat mendapati Suci sepupuku berada di bawah kekasihku dan mereka bertukar peluh di belakangku.Anehnya Suci tak merasa bersalah saat melihatku berada di sana dan ia justru menyunggingkan senyum mengejek ke arahku.Betapa hancurnya hatiku saat itu dan aku memutuskan pergi dari sana membiarkan mereka memuaskan hasrat mereka tanpa memandang hatiku yang terluka.

Aku memilih kembali ke rumah besar keluargaku dan bergegas masuk ke dalam rumah berpura-pura tak ada yang terjadi dan menyapa satu-persatu keluargaku dengan ceria.

"Pa,Ma aku datang!"teriakku saat baru saja sampai di rumah.

"Tia,Mama senang sekali kamu kembali!"seru mamaku dengan senang hati.

"Kamu baik-baik saja disana khan,Nak?"tanya papaku cemas.

"Tia,baik kok Pa."sahutku.

"Bagaimana dengan Papa dan Mama sendiri?"tanyaku pada mereka.

"Papa dan Mama seperti yang kamu lihat.Sehat dan bahagia."sahut mamaku.

"Akan lebih bahagia lagi jika kamu membawa calon suami saat pulang!"seru kakekku yang baru saja keluar dari kamarnya menyambut kedatanganku.

"Kakek,bagaimana kabar Kakek?"tanyaku pada kakekku.

"Baik,tapi aku masih belum puas jika kamu belum menikah.Ingatlah usiamu sudah lebih dari cukup untuk menikah."ujar kakek.

"Aku masih belum bertemu dengannya,Kek."jawabku.

"Siapa?Attar?Kamu masih berharap pada pria tak jelas itu."sahut kakek.

"Aku mencintainya,Kek."jawabku.

"Kamu akan tahu nanti bagaimana perilakunya dan tabiatnya,Tia."ujar kakekku.

Aku terdiam sejenak dan sebenarnya hari itu aku sudah tahu semuanya hanya saja aku menutup mata atas apa yang aku lihat berharap saat itu Attar hanya khilaf dan kembali padaku.

"Sudahlah,Kek hari ini aku ingin melepas rindu pada Kakek,Mama dan Papa.Kita bahas ini lain kali saja."ujarku.

Kakekku hanya menurut dan kami pada akhirnya makan siang bersama-sama.

Tak lama kemudian asisten pribadi kakekku tiba membawa surat-surat di tangannya untuk kakek tanda tangani.Pria gagah dan rupawan itu bernama Rafli orang kepercayaan kakekku dan sangat dibanggakan oleh kakek karena kinerjanya yang bagus selama ini.

"Maaf Tuan saya mengganggu makan siang Anda!"seru Rafli.

"Oh,tak apa-apa,Raf aku sudah selesai makan."sambut kakek.

Aku sedikit enggan kedatangan Rafli di rumah karena pada ujungnya kakek akan membanggakan Rafli dan menjodohkan aku dengan pria itu.

Setelah itu kakek mengajak Rafli menuju ruang kerjanya dengan Rafli yang membungkukkan tubuhnya untuk menghormati kami keluarga kakek.

Aku memutar bola mata malas melihatnya lalu ku lanjutkan makanku dan setelahnya aku bergegas bersiap-siap menuju kantor.Baru saja aku akan membuka pintu mobilku,kakek memanggilku membuat aku urung masuk ke dalam mobilku.

"Tia!"panggil kakek.

"Iya,Kek."sahutku.

"Pergilah ke kantor bersama Rafli karena aku juga memintanya mengambil laporan di kantormu!"titah kakek.

"Aku bisa pergi sendiri kok,Kek."tolakku.

"Dengarkan apa yang aku katakan."ujar kakek tanpa bisa di bantah.

"Iya,Kek."sahutku menuruti perintah kakek.

"Mari Nona silahkan masuk!"seru Rafli sambil membukakan pintu mobil untukku.

Aku bergegas masuk tanpa menjawab ucapan Rafli dan mobil segera melaju menuju kantorku.

Sesampainya di kantor,aku segera turun dari mobil dan segera melangkahkan kaki menuju ruang kerjaku sedangkan Rafli menuju kepala bagian keuangan untuk meminta berkas yang kakekku minta.Usai mendapatkan apa yang diperintahkan kakek padanya,Rafli keluar sambil membawa dokumen di tangannya.Aku dapat melihatnya berlalu dari ruang kepala bagian keuangan dari kaca jendela ruang kerjaku ini.

"Ck...mengapa kakek suka sekali padanya.Padahal dia hanya lelaki biasa saja."lirihku sambil berkutat dengan laptop di hadapanku.

Ia di anak emaskan oleh kakek dan menjadi perhatian kakek hingga aku selalu di paksa menikah dengannya.

Selepas kerja,sore itu aku bermaksud menemui Attar ingin meminta penjelasan soal kejadian kemarin antara dirinya dan Suci.Aku yakin dia hanya main-main saja dengan Suci dan setelah itu ia akan kembali padaku sebagai kekasihku.Dengan penuh semangat aku keluar kantor dan memesan taksi tapi saat itu sulit sekali mendapatkan taksi sehingga aku menunggu sebentar dan tak ku sangka Rafli ada di sana dan membukakan pintu mobil untukku.

"Masuklah Nona!"seru Rafli.

"Tak mau.Aku masih ada urusan sebentar."tolakku.

"Akan saya antar."sahut Rafli.

"Aku bisa pergi sendiri."elakku.

"Atau mungkin Anda ingin saya laporkan pada Tuan Besar jika Anda menolak saya!"seru Rafli.

"Apa tak ada hal lain yang bisa kamu lakukan selain mengancamku,hah!"seruku kesal.

"Saya hanya mengikuti perintah Tuan Besar saja,Nona."balasnya.

"Selalu itu alasanmu untuk menjawabku."sahutku.

Terpaksa aku ikut Rafli dan aku minta padanya untuk mengantarku ke rumah Attar terlebih dahulu.Aku tak peduli jika ia akan mengadu pada kakek mengenai diriku yang masih bersih keras menemui Attar karena aku masih berharap Attar akan kembali padaku.

Saat aku baru saja sampai di rumah Attar aku melihat Attar merangkul mesra wanita lain tapi itu bukan Suci sepupuku yang telah tidur dengannya kemarin saat aku baru pulang dari luar kota.Wanita yang sepertinya teman kerjanya itu bercumbu mesra di depan rumah tanpa rasa malu dan mendadak aku jijik dengan Attar.Aku merasa kecewa dan tanpa sadar aku menitikkan air mata melihat betapa bodohnya aku dipermainkan Attar dan masih setia padanya.Aku masih berharap dia mau kembali padaku dan nyatanya bukan hanya dengan seorang saja ia berselingkuh tetapi dengan banyak wanita yang entah itu wanita mana saja.

"Jalan!"pintaku pada Rafli.

Aku melepaskan pandangan keluar jendela meratapi nasib burukku dipermainkan oleh pria yang sangat aku cintai.Aku melawan keluargaku hanya demi mempertahankannya.Saat mobil berlalu dari rumah Attar hatiku semakin sesak dan aku memejamkan mata sejenak untuk menetralkan perasaanku yang sedang gundah saat itu.

"Nona baik-baik saja,khan?"tanya Rafli.

"Menurutmu?"tanyaku balik.

Ya,aku melampiaskan kemarahan pada Rafli atas perilaku Attar dan seharusnya itu tak kulakukan.

"Kita langsung pulang atau Anda ada tujuan lain sebelum pulang?"tanya Rafli.

"Terserah kamu saja."jawabku singkat.

Aku masih enggan menatap Rafli dan memalingkan wajah darinya.Tapi sebisa mungkin Rafli membuka pembicaraan denganku yang membuatku justru tak nyaman dengannya.

Aku yang tidak fokus selama perjalanan tak menyadari kemana Rafli membawaku pergi dan saat aku sadar kami telah jauh dari jalan menuju rumah,aku pun mulai bertanya pada Rafli.

"Kemana kamu membawaku saat ini?"tanyaku bingung.

"Bukankah Anda mengatakan terserah saya mau membawa Anda kemana."ujar Rafli.

"Jangan macam-macam ya kamu!"seruku.

"Saya masih ingin hidup lebih lama lagi,jadi saya tak akan bermaksud buruk pada Anda."sahutnya.

Meskipun Rafli telah berkata begitu aku masih saja cemas dan beberapa kali melirik ke arahnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel