Bab 15 Poin part 2
"Yang kedua, mulai Tahap Ketiga, Pulau akan mengenalkan sistem poin."
"Poin bisa diperoleh dari binatang buas yang ada di Hutan."
"Pulau mengembangkan binatang buas melalui rekayasa genetik dan membaginya berdasarkan tingkat bahaya yang sudah diajarkan saat Tahap Pertama."
"Untuk mutated creature level 5, 1 poin akan ditambahkan kepada Kandidat."
"Untuk mutated creature level 4, 10 poin akan ditambahkan kepada Kandidat."
"Untuk mutated creature level 3, 100 poin akan ditambahkan kepada Kandidat."
"Untuk mutated creature level 2, 1000 poin akan ditambahkan kepada Kandidat."
"Untuk mutated creature level 1, 10.000 poin akan ditambahkan kepada Kandidat."
"Setiap mutated creature akan dilengkapi chip yang akan secara otomatis memberikan poin kepada setiap mini komputer yang ditempelkan ke dekatnya."
"Item atau service yang bisa didapatkan dengan cara menukarkan poin bisa dilihat pada database yang akan dikirimkan ke semua mini komputer Kandidat."
"Cara penukaran poin dan eksekusi hasil trade akan diberitahukan melalui mini komputer."
"Selamat berjuang."
Seluruh Kandidat yang tersisa mendengarkan broadcast itu dengan seksama.
Apa tujuan dari semua ini?
=====
Tian melihat kearah Gaju, “Apa tujuan mereka kali ini?”
Gaju hanya menarik napas panjang, “Kejam,” jawabnya pendek dan datar.
Tian terkejut untuk sesaat lalu terlihat berpikir, tak lama kemudian, Tian pun menarik napas panjang. Adel mengikuti percakapan mereka berdua dan tak lama kemudian dia juga mulai menyadari kenapa Gaju mengatakan kalau tindakan para Pengurus kali ini sangatlah kejam.
Hanya Aju yang masih asyik menikmati daging rusa panggang di tangannya dan kebingungan melihat ekspresi sedih ketiga rekannya.
“Kalian kenapa bermuka sedih seperti itu? Bukannya itu masih banyak dagingnya? Tenang saja, aku tak akan menghabiskannya kok,” jawab Aju sambil tersenyum lalu asyik menikmati makan siangnya lagi.
Ignorance is bliss.
Sebuah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan tingkah Aju. Tidak mengetahui terkadang jauh lebih membahagiakan daripada mengetahui sesuatu yang justru akan membebani kita.
Aju masih dengan tenang dan enaknya memakan santapan siangnya, tanpa memikirkan sama sekali efek dari brodcast dari Pengurus tadi. Seolah-olah semua itu tak berurusan dengannya.
“Gaju, ayo kita satukan pendapat dulu. Kita juga harus mencari solusinya kan?” tanya Tian.
Gaju menganggukkan kepalanya.
“Mereka menggunakan sistem poin sekarang. Itu artinya, mulai saat ini, ada nilai tukar di Pulau. Tak seperti dulu lagi saat semuanya serba tersedia. Dengan adanya nilai tukar, sistem ekonomi akan terbentuk. Akan ada supply dan demand, seller dan buyer. Akan ada motive komersil dalam bertindak. Orang akan menilai semua tindakannya dengan kaidah untung rugi,” kata Adel menyampaikan pendapatnya kepada Gaju dan Tian.
Aju? Mereka bertiga menganggapnya tak ada.
“Selain dari sisi ekonomi seperti kata Adel, akan ada sisi psikologis. Rasa kepercayaan akan menjadi sesuatu yang lebih susah dibangun. Dengan adanya sistem poin, apalagi dengan metode manual seperti menempelkan mini komputer kepada chip yang ada di creature hasil buruan, akan terjadi saling rebut buruan, pencurian, perampokan dan tindakan semacamnya, demi mendapatkan poin. Dengan begitu, rasa saling percaya sesama Kandidat akan hilang, mereka mungkin akan lebih suka berburu sendiri daripada berkelompok. Lone Fighter punya kesempatan lebih dengan sistem poin ini. Kelompok seperti Tim Koga yang akan menerima imbas terberatnya. Mereka mungkin akan pecah karena distribusi poin yang tidak merata, atau bahkan alokasi poin yang curang saat berburu,” timpal Tian.
Gaju mendengarkan kata-kata kedua Strategist terbaik di Pulau sambil tersenyum kecut. Analisa mereka berdua memang benar, tapi justru ada satu hal paling sederhana yang luput dari analisa mereka.
“Gaju, apa pendapatmu?” tanya Adel.
“Aku tak peduli dengan apa pun selain survival. Aku tak peduli dengan sistem poin yang Pulau coba kenalkan. Sekalipun analisa kalian memang sangat tepat,” jawab Gaju pelan.
“Jadi?” tanya Tian yang terlihat mulai penasaran.
“Broadcast dari mereka barusan hanya memberitahuku satu hal yang sangat mengganggu,” kata Gaju dan dia berhenti.
“Apaan sih? Nggak usah bikin orang deg-degan kek gitu!!” sungut Tian sambil mendekat ke arah Gaju dan menyuapkan daging rusa di tangannya ke Gaju.
Gaju tertawa kecil mendengar protes Tian.
“Oke, sorry, memang tadi sengaja bikin suasana dramatis, tapi aku serius. Ada satu hal yang kalian lupa, selama ini aku menganggap itu hanya mitos dan teori saja, tapi setelah broadcast tadi, aku yakin kalau itu adalah sebuah fakta.”
“Kalian tadi denger kan kalau poin diberikan sesuai level binatang buas yang kita buru? Dan Pulau memberikan poin untuk semua level, termasuk level 3, 2, dan 1. Itu artinya, mereka real atau setidaknya, Pulau tahu kalau mereka benar-benar ada.”
“Kira-kira, berapa peluang kita jika harus menghadapi mahluk sekelas level 1 seperti Naga, atau mungkin sekelas level 2 seperti Cerberus, atau level 3 seperti Griffin?” tanya Gaju.
Tian dan Adel saling berpandangan. Kini mereka berdua juga sadar. Pulau memberikan poin untuk mahluk itu, dan seperti analisa Gaju, itu artinya, kemungkinan besar mereka akan bertemu dengan mahluk mistis yang disebutkan Gaju tadi. Sekalipun dengan kemampuan yang sekarang mereka miliki, Adel dan Tian tak yakin akan mampu melawan mahluk-mahluk luar biasa itu.
“Jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan?” tanya Adel, “Aku tak mau kalau harus kembali ke Komplek. Humph, Koga pasti merasa beruntung mereka tetap memilih untuk menguasai Komplek dengan segala pertahanan yang ada disana,” lanjutnya.
"Iya, tapi dengan sistem poin ini, justru itu tak akan berlangsung lama,” jawab Tian, “Aku rasa stock makanan yang ada di Komplek tak akan cukup untuk bertahan selama 2 bulan. Lambat laun mereka harus bergerak keluar dan berburu untuk bertahan hidup. Atau mungkin menukarkan poin kepada Pengurus untuk kebutuhan pokok. Saat itu terjadi, alokasi poin mereka seperti apa? Apakah Koga yang akan menerima semua hasil poin hasil perburuan mereka? Apakah Koga juga bersedia menanggung kebutuhan hidup anggota Timnya yang cuma akan menjadi beban?”
“Hutan mungkin akan lebih berbahaya dengan adanya tambahan creature level 3 keatas, tapi musuh kita bukan mereka. Musuh kita adalah sesama Kandidat, dan dua bulan waktu yang lebih dari cukup untuk membuat sebuah basecamp yang memiliki pertahanan yang cukup bagus,” kata Gaju.