Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 8

Aku memutuskan untuk melanjutkan. Aku pura-pura itu demi Mira, supaya dia kenal tubuh pria, tetapi sebenarnya karena ngobrol dengannya dalam keadaan seperti ini bikin gairah birahiku makin meningkat.

"Itu yang disebut pelumas. Bening, dan akan keluar saat aku terangsang. Bakal terus begitu sampai aku benar-benar ejakulasi."

Mira mengangguk, masih mengawasi, dan aku sadar aku masih menggocok penisku sendiri dan berhenti. "Eh, apa sudah cukup?" Aku bilang.

Dia mulai menatapku lagi. Aku bisa melihat leher dan dadanya bersemu merah. "Kamu boleh lanjutin kalau mau."

"Yo, aku minta maaf. Aku yang salah. Bikin kamu seperti ini. Aku benar-benar minta maaf ... tapi bukannya kamu harus sampai ejakulasi?"

Aku menggelengkan kepalaku, "Aku gapapa, Mir, beneran."

"Kamu bisa ke kamar mandi dan.. lanjutin di sana kalau mau."

Aku tersenyum. "Itu akan aneh juga, Mir. Sama aja, ga ada bedanya, toh kamu di sini tahu aku lagi ngapain didalam sana."

"Oh," katanya, "Aku ga mikir sampai kesana... Ya udah kamu boleh lanjutin dimana aja.. tapi sebenarnya kalau boleh, aku mau lihat. Aku belum pernah lihat cowok ejakulasi. Aku bisa ambil beberapa foto, bikin beberapa sketsa ... "dia terdiam, mungkin sadar dia terlalu banyak bicara.

"Rasanya itu bakal lebih salah," kataku, tetapi walaupun mulutku bilang begitu, tanganku sudah bergerak lagi meremas lembut penisku dan mulai bergerak naik turun.

"Sudah kubilang, Yo, ga ada yang salah. Kalau kamu menikmati, dan ga ada yang keberatan, maka ga ada yang salah. Apa kamu mau ejakulasi di depanku?" dia menambahkan dengan suara pelan.

Aku melanjutkan kocokanku, dan aku melihat Mira menatap penisku. "Apa kamu beneran pingin lihat?" Aku berbisik.

Dia mengangguk. Cuma itu yang perlu aku tahu.

Aku terus mengosok sambil bersandar merosot di sofa, meresapi rasa mengelitik yang mulai muncul di sepanjang batang kemaluanku.

Mira bersimpuh dan mengangkat kamera, memotret beberapa kali lagi.

"Sudah lumayan lama, Yo," kata Mira. "Apa memang selalu lama?"

Aku tertawa pelan.

"Ya ampun, itu benar-benar..." dia menggelengkan kepalanya "Seksi?" lanjutnya. Setelah beberapa saat dia berkata, "Tapi aku mau lihat kamu ejakulasi, Yo. Pikirin sesuatu yang seksi. Ingat yang dilakuin Febi sama aku tadi malam. Itu harusnya bikin cowo terangsang kan?"

"Iya," kataku.

"Kau pingin tahu apa yang dia lakukan di kamar ke aku?"

Aku menggelengkan kepala. Pingin sih, banget, tetapi rasanya akan melanggar privasi mereka. Sebaliknya aku mempercepat kocokanku, agar bisa orgasme, tapi ada sesuatu yang membuatku untuk ga pingin cepat-cepat orgasme; situasi, Mira yang makin mendekat untuk mengamati lebih jelas apa yang kulakukan. Tiga menit berlalu dan Mira meletakkan kamera di sampingnya dan lalu dengan perlahan melepas kausnya, memperlihatkan payudaranya yang sempurna terkurung di dalam bra renda semi-transparan. Aku bisa melihat dengan jelas putingnya yang menonjol berwarna merah muda.

"Apa ini bisa membantu?" katanya lembut.

Aku menatap dengan kagum. Kulitnya putih susu dan halus. Bulatan payudaranya yang naik turun saat dia bernafas, mendorong kuat cup branya.

Mira mengangkat tangan kirinya dan menangkupnya di bawah payudara kanannya, membelai perlahan-lahan ke atas dan kemudian menyelipkan jari-jarinya ke dalam cup bra, menyentuh putingnya.

“Sudah cukup,” kataku, pemandangan itu bikin aku ga bisa menahan lebih lama orgasmeku.

"Sekarang?" Mira bertanya dengan lembut.

Aku mengangguk dan mendengus. "Sekarang...uuhh"

Aku mendongakkan kepalaku ke belakang ketika semburan pertama keluar dari penisku, menyembur jauh keatas sampai melewati bahuku lalu semburan berikutnya susul menyusul terasa hangat membasahi dada dan perutku.

Selama itu aku hanya setengah mendengar suara klik-klik saat Mira dengan cepat menekan tombol kamera.

Setelah beberapa saat aku bisa merasakan tubuhku yang mengejang mulai reda, dan aku menghentikan kocokanku.

"WOW!" dia berkata. "Yo, itu luar biasa. Apa semburannya selalu sekuat itu?"

Aku mengangguk lemah, "Selalu."

Aku mulai merasa bersalah lagi, menyadari apa yang baru terjadi. Memaki diriku sendiri. Kalau sampai ini mengacaukan hubunganku dengan Mira, aku akan menyesal seumur hidupku.

Aku merasakan air mani mulai mengalir di sisi perutku dan berkata dengan cepat, "Mir, handuknya."

Mira sadar dari lamunannya dan melemparkan handuk padaku. Aku mengusapkannya di atas tubuhku dan mulai beranjak ke kamar mandi

"Rasanya aku harus mandi," kataku.

"Ide bagus," kata Mira. Aku ga bisa menebak apa yang dirasakan Mira dari getaran dalam suaranya, aku takut aku sudah melewati batas.

Ketika aku berjalan ke kamar mandi aku dengar suara klik saat Mira mengambil lebih banyak foto. Aku melirik ke belakang.

"Maaf," dia tersenyum, "Pantatmu terlihat sangat seksi saat kamu berjalan ke sana, aku ga bisa nahan diri."

"Tapi kamu kan ga suka cowok," kataku.

"Sesuatu yang indah selalu bisa dikagumi, Yo. Dan pantatmu termasuk sesuatu yang indah."

"Gombal," aku tertawa.

"Lapar?" Mira bertanya, dan aku baru sadar aku kelaparan

Aku mengangguk.

"Aku pesan chinese food gapapa kan?"

"Boleh," kataku, dan menutup pintu kamar mandi di belakangku.

Aku keramas dan menyabuni diriku sendiri, aku berdiri dibawah shower selama seperempat jam, membiarkan air mengalir di atas kepalaku, berharap itu bisa menghilangkan beberapa perasaan yang tertinggal di dada. Rasa bersalah, senang, takut, tapi sebagian besar rasa bersalah.

Aku dengar ketukan di pintu apartment dari kurir makanan. Aku tetap bertahan beberapa menit di kamar mandi, mengunting kuku, cukur jenggot, buka tutup keran wastafel, sampai akhirnya aku ga bisa sembunyi di kamar mandi lebih lama lagi, jadi aku keluar dan berpakaian lalu melangkah ke ruang tamu.

Kalau Mira punya perasaan yang sama seperti yang aku rasakan, dia sama sekali ga menunjukannya. Dia duduk di meja kecil, Laptop menyala, sambil makan dari kotak dengan sumpit.

“Sini," katanya, "Aku cuma mindahin foto-foto." Dia menepuk-nepuk udara di sampingnya. "Tarik kursi dan lihat."

Aku menyeret kursi dapur dan duduk di sebelahnya sambil makan, bersandar ke belakang.

Satu per satu foto muncul di layar sebagai gambar kecil. Mereka memenuhi layar sampai ke bawah. Kelihatannya ada sekitar seratus atau lebih dan aku bisa melihat bahwa mayoritas adalah foto saat aku orgasme. Aku belum bisa melihat dengan detail, tetapi hanya gambar kecil yang bergulir membuat perutku mual. Apa yang sudah kulakukan tadi?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel