Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Sisi Lain

"Aku mau keluar Nay, ahh ahhh ump!" Alex makin memompanya dengan kasar, tapi entah kenapa kekasaran Alex ini tak membuatku menolaknya.

Aku melengking, memejamkan mata dan membuka aksek milikku makin lebar untuknya. Aku benar-benar merindukan semua ini, perasaan ini sangat berbeda dengan Mas Arya, Alex membuat sesuatu yang liar dan aku menyukainya.

"Ahh … Nay ummpp!" sambil mengejang Alex meraih bibirku melumatnya lebih dalam dan lagi lagi dan lagi aku tidak menolaknya. Aku menikmati semua pelepasan Alex saat menyemprotkan cairan miliknya ke dalam rahimku.

Alex melihatku tersipu malu saat menutupi bajuku yang di sobeknya tadi, "Aku ganti baju dulu Mas," ucapku lirih. Jantungku masih berdebar dengan cepat akibat permainan gila dan liar Alex barusan.

"Uhm, cepat balik dan temani aku disini. Jangan sampai Arya curiga kalau nggak melihatmu disini, setidaknya kau tetap ada disini kami paling lama setengah jam, setelah itu aku izinkan kamu ke kamar," Aku nggak menjawabnya saat Alex menghentikan langkahku dengan permintaannya.

Tapi, jujur aku tak bisa menolaknya lagi. Setelah merasakan nikmat oleh burung perkututnya, aku malah tetap ingin bersama dengannya.

Aku membersihkan tubuhku lagu dengan mandi, karena aku tidak ingin kalau Mas Arya sampai mencium bau tubuh Alex di tubuhku.

"Darimana Nay?" Aku terkejut saat mendengar suara Mas Arya. Saat aku lirik tepat jam sembilan malam.

Buatku itu hal yang luar biasa kalau Mas Arya bisa pulang cepat. Hanya saja aku sedikit kecut dan cemburu karena Mas Arya pulang demi sahabatnya yang ulang tahun. Tapi, ya sudahlah toh aku juga nggak keberatan. Apalagi aku sudah mendapatkan apa yang aku mau yang nggak bisa Mas Arya berikan padaku.

Anggap saja ini pertemuan mereka yang langka, mungkin nanti malam setelah acara dan ngobrol ngobrol Alex pulang. Pikirku.

"Aku habis mandi Mas, tumben gerah banget malam ini," ucapku. Aku berjalan menghampirinya, mencium tangan dan kening Mas Arya.

"Ohh, pantes wangi banget. Kemari, maafkan Mas ya, maaf lupa memberitahu kalau akan ada teman Mas. Dia, Alex Wijaya, teman, sahabat dan seperjuangan Mas, istilahnya borok-boroknya Mas, Alex tahu!"

Mas Arya membawa aku duduk dan membiarkan aku duduk di sofa, ditengah tengah mereka. Aku nggak berkomentar hanya mengangguk saja.

Aku hanya melirik Alex sedang menenggak satu botol minuman beralkohol, "Mas nggak boleh minum itu, aku nggak suka," ucapku.

"Hahahaha, sedikit sayang, lagian kalau Mas mabuk dan butuh pelampiasan kan sudah ada kamu," celetuk Mas Arya santai.

"Lah Arya, enak di elo dong. Kalo gue mabok, trus gue sange juga gimana? Masa gue harus pake botol itu nyodok di lobang gue. Gue juga butuh penyaluran kali, sekali-kali, Ar, yaa kayak dulu-lah, seenggaknya lo berbagi sama gue!"

Aku mengedipkan kedua mataku, lalu menolehkan kepalaku, menuntut penjelasan dari Mas Arya. Mas Arya nggak pernah cerita apapun masalah ini.

"Gila, Lex. Ini bini gue, bukan pacar gue, kalo pacar gue bisa bagi-bagi dan salome, tapi bini gueee, ehmm, icip dikit bolehlah." Ucap Mas Arya, entah dia berbicara benar-benar atau sedang bercanda.

"Mas, apaan sih? Kok ngomongnya begitu," Aku kesal seenaknya saja Mas Arya menjadikan aku sebagai pelampiasan orang yang sedang sange.

"Hahahaha, bercanda sayang. Nggak mungkin-lah aku begitu," Tapi, tatapan mereka penuh arti, seolah ada banyak rahasia yang belum aku ketahui.

Dan memang aku nggak mengetahui apapun tentang Mas Arya. Kalau hari ini tidak ada ulang tahun Alex, aku tidak tahu ada sisi lain dari Mas Arya. Aku hanya tahu, Mas Arya suami alim, setia dan nggak pernah berbuat aneh-aneh.

Tapi, pikiranku terbuka. Hatiku resah saat melihat ada sisi lain dari Mas Arya yang nggak aku ketahui.

Lalu, aku melihat Mas Arya merokok dan meminum minuman beralkohol. Benar-benar bukan seperti Mas Arya yang kukenal.

"Mas, aku ngantuk dari tadi nungguin Mas, aku tidur ya," ucapku.

"Eh, iya, kamu mau tidur ya, kok tumben nggak pake baju tidur seperti biasanya. Cepat ganti Nay, aku juga ingin memamerkan kamu sangat cantik kalau tidur!"

Sepertinya otak di kepala Mas Arya sudah mulai oleng oleh minuman yang diminumnya.

"Apa sih Mas? Kok ngomong begitu. Udah Mas nggak usah minum lagi mendingan. Ayo Mas!" Aku kesal dan akan meraih botolnya, lalu.

Plakk! Satu tamparan keras mendarat dipipiku. Mas Arya menamparku. Selama tiga tahun menikah dan satu tahun kami berpacaran sekalipun Mas Arya nggak pernah berbuat kasar melalui tangannya, kecuali mulutnya yang kadang ketus.

Alex seperti menikmati pemandangan ini. Atau memang dia yang merencanakannya. Melihat wajahku yang pucat pasi, Alex sudah dapat menebak, aku memang sama sekali nggak pernah mengetahui sisi lain dari Mas Arya.

"Dengar ya, Nay. Kamu nggak usah banyak omong dan ngatur aku. Kamu tuh perempuan boneka yang aku buat. Jadi jangan banyak omong, turuti saja apa kataku." Maki Mas Arya, aku nggak tau apa yang membuatnya seperti hilang kontrol.

Ah minuman sialan itu sudah mengubah Mas Arya, atau memang inilah sikap Mas Arya yang ditutupinya selama kami berpacaran dan berumah tangga.

"Mas, kamu mukul aku? Kenapa Mas? Memangnya aku salah apa? Aku cuma ngelarang kamu minum," Aku berteriak ikutan terbawa emosi sambil memegangi pipiku yang sakit karena tamparan Mas Arya.

"Berisik. Dasar wanita bawel!" Mas Arya mendorong tubuhku, hampir saja aku tersungkur ke lantai kalau Alex tak buru-buru menopangku.

Aku sesegukan menangis. Melihat sikap berbeda dari Mas Arya. Sungguh aku nggak pernah melihat Mas Arya seperti ini. Dan aku melihatnya seperti oleng dan brukk! Tubuhnya ambruk di lantai.

"Mas … Mas … Mas Arya, kamu nggak apa-apa Mas?" Masih saja aku mendapatkan kejutan yang tak bisa kubayangkan. Sikap Mas Arya berbeda dan berubah.

"Biarkan dia, Nay. Dia sudah mabuk. Dan memang kalau mabuk dia rese. Kamu nggak apa-apa kan, Nay?" Alex mencoba mendekatiku.

Namun, tangannya langsung aku hempaskan. Cukup sekali saja tadi aku melakukan kesalahan dan khilaf sampai mau melayani gairah dan nafsu liarnya.

Bukan, bukan hanya gairah dan nafsu liarnya saja, tapi aku pun memang rela digagahi dan sangat menikmatinya tadi.

"Sebaiknya Mas Alex pulang, ini juga sudah malam. Kami mau beristirahat Mas, aku harap Mas Alex mengerti dan aku pun berharap, apapun yang tadi kita lakukan, anggap saja angin lalu dan nggak pernah terjadi apapun diantara kita, Mas," ucapku.

Yang tadi adalah kesalahan. Aku nggak mungkin bisa memaafkan diriku, aku merasa diriku kotor dan bersalah pada Mas Arya.

Aku mencoba mengangkat tubuh Mas Arya yang sudah pingsan akibat mabuk nya. Aku dibuat kaget lagi, Alex tiba-tiba dibelakangku tanpa berbicara dan mengambil alih posisi untuk membantu memindahkan tubuh Mas Arya ke kamar.

Alex melemparkan tubuh Mas Arya tengkurap di ranjang. Lalu dia meneliti keadaan kamar kami.

"Lalu, dimana kamar tamunya?" celetuk Alex kemudian.

"Ka-kamar tamu? Apa maksudnya Mas?" ucapku terbata, mataku melotot seakan mau keluar.

Tapi, dia nggak menjawab pertanyaannyaku, malah mencari lemari baju kami dan membukanya.

"Mas, kamu ngapain? Kok buka-buka lemari baju kami," Aku ingin mencegahnya membuka pintu lemari yang dipilihnya. Lalu, tak lama dia membunyikan siulan saat dia lebih dulu melihat isi dari lemari baju itu.

Aku buru-buru ke hadapannya, menyusup dikedua tangan besarnya yang sedang menopang di lemariku.

"Jangan dilihat lagi, Mas. Kamar tamu ada di depan kamar ini. Kalau Mas Alex memang berencana menginap, silahkan langsung ke kamar Mas," ucapku ketus.

"Hehehehe, koleksimu ternyata banyak sekali, Nay, tapi aku lebih suka melihat tubuh telanjangmu. Sayangnya tadi aku hanya bisa melihat menerawang saja. Aku sange, Nay, bagaimana kalau kita lakukan sekali lagi. Arya sedang tidur pulas, aku jamin dia akan bangun besok siang. Kita bisa menikmati malam ini dengan penuh gairah berdua saja, sayang," bisik Alex, tangannya dengan gerakan cepat sudah meremas salah satu gunung kembarku.

"Ahh Masss ummp shh!" Jujur aku tidak bisa menahannya. Sentuhan kasar Alex membuatku ketagihan.

Alex benar-benar nekad, dia bahkan berani melakukannya di depan suamiku yang memang sudah tak sadarkan diri.

"Ayo Nay, kita lakukan lagi, kalau kamu nggak keberatan kita bisa melakukannya disini. Jadi kalau kamu kangen denganku, kamu bisa mengingatnya terus. Tapi, kalau kamu keberatan, kita bisa melakukannya di kamar tamu. Kita akan jadikan kamar itu sebagai ranjang pemuas gairah kita berdua sayang."

Aku mendekik dengan enaknya dia mengatakan hal itu seperti aku wanita murahan.

"Brengsek, kamu, Lex!" Aku ingin mendaratkan tamparan diwajahnya, tapi Alex menangkap tanganku dengan cepat lalu dia menyeret tanganku.

"Katakan, kau mau melakukannya dikamar ini apa di kamar tamu?" Alex memberikanku pilihan.

"Jangan bermimpi melakukannya disini, Lex!" Aku memegang pintu sebagai pertahanan agar Alex tak menyeret ku.

Tapi, benar-benar diluar dugaan, Alex menarik tanganku dan menaruh tubuhku di pundaknya. Membuka pintu kamar didepannya.

"Tenanglah Nay, aku jamin, besok siang Arya baru bangun. Aku sudah bilang padamu kan, aku ketagihan menyetubuhimu. Aku ingin melakukannya lagi denganmu. Menurutlah Nay, kita akan nikmati malam ini berdua. Aku berani jamin, kamu akan ketagihan dan mencariku, Nay!"

Kalau tadi Alex hanya membuka sarang burungnya, sekarang dia sudah melucuti semua pakaiannya dan membuang sembarangan.

"Padahal aku baru satu jam tadi bercinta denganmu, Nay, tapi sekarang aku ketagihan!"

Aku berontak, "Dengar Nay, lebih baik kamu menurut, kalau kamu menurut, malam ini aku berani jamin, kamu akan puas denganku. Anggap saja aku pemuas segala gairah-mu, Nay. Malam ini sungguh, aku benar-benar tidak keberatan menjadi budak pemuasmu, karena aku juga menginginkannya, Nay!" Alex menyergap bibirku, membelitnya dan bermain didalam rongga mulutku .…

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel