Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Gairah Nakal

"Ahh umpp yess Mas Arya ahh lebih dalam lagi Mas, ini enak banget Mass aahh uummpp. Aku udah mau keluar, Masss…," seorang gadis dengan kedua tangan terikat dengan dasi kebelakang dengan posisi nungging dan tubuh polosnya tanpa sehelai benang pun sedang menikmati hujaman benda tumpul yang memompanya penuh gairahnya.

Prok dia menepuk pantat si gadis dengan keras, seolah memberikan fantasi tersendiri saat gadis itu berteriak dengan kesakitan.

"Ayoo Ambar, teriaklah lebih keras lagi. Semakin keras, aku semakin bergairah padamu, ayoo ahh ahh sshhh yeesss ahhh!" teriaknya, menepuk lagi pantat gadis tadi dengan keras seolah memecutnya.

"Ah sshhh aku mau keluar Mas Aryaaaa ahhhh!" Cairan putih kental tadi sudah membanjiri keluar di antara sela-sela batang keperkasaan Arya dan kedua paha mulus Ambar.

Arya mencabut batangnyanya dengan cepat saat Ambar memuncarkan lahar putihnya, menarik rambut gadis tadi dengan kasar dan Ambar sudah membuka mulutnya untuk menerima semprotan dari barang milik Arya.

"Mas Arya mau langsung pulang? Ini kan baru jam setengah delapan?" si gadis memeluk tubuh laki-laki dihadapannya yang sedang memakai kemeja dan celananya.

"Sorry Mbar, malam ini aku pulang cepat. Dirumahku lagi ada tamu, kasihan kalo dia nunggu kelamaan dan kasihan juga istriku nemenin dia."

Arya dengan cepat memakai atribut yang dilemparkan tadi sore saat dia mengunjungi apartemen milik Ambar.

"Tapi, besok Mas datang lagi kan? Ini kita baru main sekali loh Mas. Aku masih kangen dan pengen terus ngerasain punya kamu setiap malam. Lainnya, Aku juga ingin kamu makan disini, aku akan masakin makanan kesukaan kamu, Mas Arya," rayu Ambar sepertinya dia nggak rela kalau Arya pulang cepat.

Ambar memeluk tubuh Arya dengan erat. Seolah nggak mau melepaskan.

"Besok aku nggak janji Mbar, kemungkinan temanku akan menginap. Sesekali kami kumpul dan sudah lama juga nggak ngobrol. Lagian, kamu nggak berhak menuntut lebih dari hubungan kita ini Mbar, kamu kan tahu, aku sudah menikah dan sangat menyanyangi istiku," tegas Arya menghempaskan tangan Ambar yang memeluknya.

"Aku tahu Mas, aku cuma partner bercinta kamu. Tapi, aku rasa hubungan kita, setahun ini sudah sangat bagus dan istri kamu juga nggak tahu kan. Kita bisa jaga ini bareng-bareng Mas, tapi aku cuma ingin kamu bisa muasin aku juga. Aku sangat menyukai cara kamu bercinta denganku Mas, kasar dan liar. Aku sangat yakin, sensasi yang aku berikan padamu, istrimu itu tidak dapat memberikannya."

Ambar yang tak hanya puas kalau Arya hanya meluangkan waktu dengannya beberapa jam setelah pulang kantor dan habis bersenang-senang dengannya, Arya pulang ke rumah seperti suami baik-baik.

Ambar pun egois, dia ingin memiliki Arya seutuhnya. Sekaligus dia yakin, kalau Arya tidak menyuruhnya minum obat pencegahan kehamilan setelah mereka berhubungan, Ambar bisa memberikan anak yang sangat diimpikan Arya.

"Istriku bukan jalang haus belaian seperti–mu, Mbar. Dia, istriku yang baik dan polos. Apapun untuknya akan aku lakukan dan aku tidak mungkin memperlakukan istriku dengan kasar saat kami bercinta. Nayara, wanita penurut dan lembut. Jadi, jangan pernah kamu samakan dia dengan dirimu!" dengus Arya, tak pernah terima jika istri boneka yang sudah dia ciptakan tiga tahun ini imagenya hancur karena ucapan Ambar.

"Mas, Mas, lucunya aku dengar kamu berkata seolah-olah kamu sangat menyayangimu istrimu. Padahal kamu sudah bertekuk lutut oleh kenikmatan yang kuberikan!"

Arya tidak menggubris ucapannya. Dia pergi dengan membanting pintu. Baginya perdebatan ini akan berlangsung lama saat Ambar memintanya lebih lama disisinya. Dan, perjalanan ke rumah tetap saja membutuhkan waktu satu jam setengah lagi, itu kalau tidak kena macet.

Awas saja Mas, suatu hari nanti kamu akan menjadi milikmu sepenuhnya. Dan akan aku pastikan kamu bercerai dengan Nayara Mas, karena aku mencintaimu dan tak suka barang yang kusuka dibagi dengan orang lain.

***

"Mas ahh, sudah ya," Aku mencoba melepaskan diri dari belitan ciuman Alex yang seolah tak bosan dengan bibirku. Jujur aku pun sempat terbawa suasana dengan semua ciumannya.

Ciuman Alex yang menuntut dan liar, berbeda dengan Mas Arya yang lembut dan sangat berhati-hati.

"Kan baru ciuman Nay, tuh tontonannya saja udah panas," Aku melirik layar besar tipi--ku dengan saluran film dewasa.

Terlihat di film adegannya si perempuan sedang membuka lebar kedua pahanya dan si laki-laki sedang menjilati dan mengisap lembah kenikmatannya.

Aku tidak dapat mengelak, saat ini aku pun ingin diperlakukan seperti itu. Adegan di film tadi persis sama dengan adegan siang tadi saat aku nggak sengaja mengintip Alex.

"Tidak Mas Alex, itu sudah lebih dari cukup. Dan aku rasa itu kesalahan besar. Aku nggak mau ngelukai hati Mas Arya, Mas, jadi aku mohon lepaskan aku," pintaku.

"Benarkah? Tapi bagaimana kamu menjelaskan dengan ini, Nay?" sontak aku terkejut saat Alex menyingkap rokku. Tangannya sudah menggesek diluar celana dalamku yang sudah basah.

"Ini licin Nay, dan aku yakin puting kamu sekarang pasti juga siap kalau aku mengisapnya. Berani taruhan denganku?"

Sungguh malunya luar biasa. Aku bahkan tak bisa mencegah cairan nikmatku yang meluncur keluar saat Alex menciumku, tapi tangannya bermain di putingku. Memutar-mutar dan meremasnya.

Aku hanya tertunduk malu dan beranjak dari pangkuannya. Berusaha menahan semua gejolakku.

"Ayolah buka saja, Nay, toh aku tadi sudah melihatnya dari baju tidur tipismu saat datang. Aku ingin merasakan gunung kembar kencangmu dan apem basahmu, Nay. Kamu juga bilang tadi sangat merindukan belaian, apa Arya jarang menyentuhmu?"

Kembali Alex menghujamiku dengan pertanyaan yang tak bisa kujawab. Memang benar adanya, aku kesepian, aku butuh belaian, aku jarang disentuh karena Mas Arya pulang langsung tidur karena lelah.

"Aku bisa mengatasi ini Mas, terima kasih. Aku akan ke kamar dulu. Mas Alex silahkan saja tunggu Mas Arya pulang!"

Brukk! Sepertinya Alex nggak sabaran, dia mendorong tubuhku hingga terhempas di sofa. Dengan gerakan yang tak bisa aku lihat, Alex sudah berhasil melepaskan celana dalamku.

"Ahh sshhh Masss uummppp," aku benar-benar terkejut dibuatnya. Kepala Mas Alex sudah berada di-apem-ku, dia membukanya lebar dan sedang menjilati klitosku.

"Sekali saja Nay, anggap saja kamu sedang memberikan hadiah ulang tahun untukku. Bukankah tadi siang kamu juga sudah menjatuhkan kue ulang tahunku!" sergahnya membuatku tak bisa berkata dan gagal pokus.

Aku melihat Alex sudah membongkar burung perkututnya yang besar, panjang dan menegang. Tanpa aba-aba, blass! Aku kaget burung besar tadi sudah masuk penuh ke dalam sarangku.

Aku mencengkram kedua tangannya yang sudah menghimpitu. Dengan kasar Alex merobek baju depanku hingga dua gunung besarku terpampang sempurna. Alex menarik kasar kedua yang menghalangi gunung kembarku.

"Sungguh cantik, besar, padat, kencang dan kenyal, Nay. Aku sepertinya akan ketagihan dengan ini," Alex menjulurkan lidah menjilati perlahan dan melihat mulutku yang bungkam melenguh penuh kenikmatan.

"Ahhh Mas Ahh enak," Rancuku seperti kesetanan padahal tadi keras menolaknya sekarang malah aku menbusungkan dadaku agar mendapatkan jilatan dan hisapan lebih dalam.

"Ahh sshh shit si bodoh Arya apa yang sedang dia pikirkan hingga pulang malam terus ahhh ahhh Nayy, gilaa apem-muuu ahhh uummppp enakkk dan sempit banget."

"Ahh Mas ahhh Mas aahh!" rancuku.

"Sebut namaku, Nay. Ahhh aku menyukai ini Nay ump ahhh ahh!" Alex menghujamiku dengan pompaan yang benar-benar aku dambakan. Liar dan penuh bergairah.

Aku sampai lupa diri, menerima hujaman yang benar-benar aku inginkan ini. Aku ingin merasakannya terus dan lagi. Aku benar-benar nggak ingin burung perkutut besar Alex lepas dari sangkarku.

Jiwaku benar-benar runtuh. Saat Mas Arya tak menyentuhku, aku malah tergoda dengan gairah nakal sahabat suamiku.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel