Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Godaan Asisten

Namun, Alex yang telah bertekad untuk tidak bermain dengan wanita lain, berusaha keras menepis keinginan yang mulai timbul di hatinya. Sementara itu, Siska yang sudah terlarut dalam nafsunya tak mampu menahan diri dan dengan penuh hasrat melumat bibir Alex. Mereka terjerat dalam hujan ciuman panas, dan sayangnya, Alex yang sebelumnya memiliki tekad kuat hanya memiliki kekuatan bertahan setipis tisu saja. Hanya dengan sedikit godaan, dia pun menyerah dan menerima tawaran dosa dari Siska. 

Tanpa ragu, tangan Siska merambah ke dalam celana Alex, dan ia terhenyak ketika menyadari kejutan di sana. Ciuman panas itu terus berlanjut, sementara tangan Alex mengeksplorasi lebih jauh. Alih-alih menemukan celana dalam, ia terkejut saat menyingkap rok Siska dan mendapati tangan langsung menyentuh bibir terlarang milik wanita itu. Seluruh kehormatan diri yang telah dipertaruhkan dan bertekad untuk dijaga, kini tergoyahkan di bawah hasutan penuh gairah.

Smooooccchhh! 

Siska berhenti sejenak saat jari tengah Alex hendak bergerak lebih jauh. 

"Maaf, jangan terlalu jauh, aku masih perawan!" bisik Siska dengan lemah.

Mendengar itu, Alex segera melepaskan pegangannya, namun dia kembali mencium bibir Siska dengan penuh nafsu. 

Siska lantas memegang pinggiran celana dan pakaian dalam Alex, menurunkannya perlahan sebelum mengakhiri ciuman mereka. Ia bersimpuh di bawah, menatap wajah Alex dengan pandangan yang memohon. 

"Tuan, izinkan aku untuk membantu memuaskan tuan dengan mulutku," pinta Siska. 

Alex mengangguk, membiarkan Siska mengambil alih. Dia tidak ingin merasa kecewa kali ini, karena nafsunya sudah mencapai puncaknya. 

"Waduh, jangan terkena gigi dong!" seru Alex tiba-tiba. 

"Maaf tuan, ini pertama kali aku melakukannya, dan sulit untuk menyesuaikan di mukutku," jawab Siska. 

"Makanya jangan terburu-buru mengulumnya, lakukan pemanasan dulu. Jilati setiap sisinya hingga mulutmu terasa lebih nyaman, lalu masukkan perlahan!" arahkan Alex dengan sabar.

Siska berusaha menerapkan apa yang Alex ajarkan kepadanya. Hanya dalam waktu singkat, jeritan keras Alex sebelumnya berganti menjadi desahan nikmat, saat Siska mulai mengulum kepala senggama dengan cermat, menghisap, dan mengulumnya sesekali.

"Aaahhh, ya, begitu enak... Kalau tak muat, gunakan tanganmu untuk merangsang bagian pangkalnya!" ujar Alex. 

Siska pun kembali melakukannya, dan perlahan, seiring gerakan mengocok yang diterapkannya, alat kelamin Alex semakin terbenam dalam mulut Siska.

Sluuurrrppp, sluuurrrppp! 

Namun, Siska tampak lebih menyukai mengulum bagian kepala saja, sehingga sensasi yang dirasakan Alex semakin tak terkendali. Terbawa hasrat, Alex meraih kepala Siska dan mencengkeram rambut hitamnya yang bergelombang. 

Glok, glok, glok! 

Alex menggerakkan pinggulnya maju-mundur, membuat Siska meronta-ronta berusaha melepaskan diri. Namun, seolah tak peduli dengan kondisi Siska, Alex yang sudah mendekati puncak kenikmatan justru semakin bernafsu dalam merenggut kemesraan tersebut.

Glok glokk glokk glokk glokk!

"Aaakk, ngokkkk, aaakkk, hueeekkk, aaakkk, uggg aaaakk, oooggghh!" suara yang keluar dari mulut Siska.

"Fucck, fuckkk, ohh, fuckkk, aaah, aaahh, shiiittt !" umpatan kenikmatan dari Alex, di barengi dengan tembakan cairan kental dari rudal Alex, dan langsung masuk tertelan oleh Siska, karena Alex semakin menekan pinggulnya.

Crooot croooottt croooottt croooottt!

Bugggg!

Saat Alex melepas jambakan di kepala Siska, seketika tubuh Siska langsung tergeletak di lantai, dia tidak pingsan, namun dia setengah mati mengatur nafasnya.

"Hhah, hahhhhh, huh, huh, huuh !" Siska berusaha mengatur nafasnya.

Setelah Alex mendapatkan puncak kenikmatannya, dia membopong tubuh Siska naik di atas tempat tidurnya.

Melihat tubuh Siska telentang lemas di atas kasur, membuat nafsu Alex kembali, dan dia seolah tidak tahan ingin menikmati tubuh Siska.

"Sis, lu ngga mau ngasih gw itu ?" tanya Alex sambil menunjuk ke arah liang Siska.

Sejenak Siska terdiam, dia menatap langit - langit kamarnya, dia menimang permintaan Alex, di sisi lain Siska merasa berutang budi dengan Alex, jadi merasa sangat sungkan untuk menolaknya. Saking kelamaannya berpikir, Alex menimpalinya segera.

"Kalau ngga mau kasih yang itu, yang belakang juga boleh kok !" ucap Alex.

"Emangnya tuan ngga jijik ?" tanya Siska.

"Ngga kok, yang penting gw bisa keluar di dalam tubuhmu aja, tapi pasti sakit sih !" kata Alex.

"Ngga papa tuan, yang penting tuan tidak keberatan melakukannya di lubang belakang !" ucap Siska.

Baru saja Alex ingin melakukan keinginannya, tiba - tiba dia mendengar Azizah memanggilnya. Seketika Alex kalang kabut, dan dia segera keluar dari kamar Siska. Dia langsung menuju ke lantai kedua.

"Ada apa Umi ?" tanya Alex, dan perlahan masuk di dalam kamarnya. Tangannya sampai gemetar ketika dia ingin menutup pintunya kembali.

Marissa sedang bermain - main dengan Azizah, dan Alex menghampiri mereka berdua. Alex mengecup kening Azizah, lalu mengecup putrinya juga.

"Maafkan aku !" ucap Alex membatin.

Azizah kemudian meminta Alex untuk duduk di tepian kasur, sepertinya mereka akan membicarakan hal yang penting.

"Bi, dosa banget loh, hidup di dunia tapi tidak melakukan hal - hal yang bermanfaat !" kata Azizah.

Alex tentu saja belum bisa menangkap maksud dari Azizah, jadi sejenak dia mengangguk saja.

"Umi, maksudnya gimana yah ?" tanya Alex.

"Jadi begini, setiap harta yang kita nikmati di dunia ini akan di pertanggungjawabkan di akhirat, kalau Abi berharap terus dari keuntungan investasi, itu sama saja Abi menikmati uang riba. Jadi maksud aku, Abi seharusnya punya pemasukan sendiri dengan cara memulai bisnis !" ujar Azizah.

"Umi, tau sendiri, kalau aku itu ngga punya sama sekali skill untuk berbisnis!" pungkas Alex.

"Itu karena Abi tidak mau mencoba untuk memulai !" timpal Azizah.

Alex sejenak terdiam lagi, dia memikirkan apa yang memang sudah ada di dalam pikirannya, tapi dia masih mencoba untuk menyaring dan ingin mengelola kembali, maka dari itu kinerja  otaknya sedikit lambat.

"Abi punya hoby ?" lantut Azizah.

"Hoby, mungkin main kuda - kudaan dengan Umi!" jawab Alex.

Azizah yang mendengar itu ingin menepuk jidatnya, tapi Azizah tentunya tidak rela dan tidak mau membuat suaminya tersinggung.

"Selain itu Bi ?" ucap Azizah.

"Koleksi asisten, mobil, atau traveling, itu sih untuk saat ini !" jawab Alex.

"Abiiii, kok ada hoby koleksi asisten juga sih, ihhh !" timpal Azizah, dia memonyongkan bibirnya.

Alex yang melihat gemas ekspresi istrinya itu, seketika dia semakin dekat, dan tanganya langsung meremas dada Azizah , dan langsung melumat bibir Azizah.

Sluuuurrrppp! 

Smooooccchhh! 

"Abi, ada Marissa, ihh !" timpal Azizah.

Cup!

"Abi, mulai lagi deh, Umi serius, Abi harus berubah, dan harus mengambil langkah untuk memulai bisnis!" ujar Azizah, sambil mendorong pelan suaminya itu.

"Iya, Abi akan pikirkan itu, untuk sekarang belum ada ide !" jawab Alex.

Namun Azizah tidak mau menyerah, dia terdiam, dan berpikir keras untuk memikirkan bisnis apa yang cocok dengan suaminya.

"Abi tadi bilang hoby koleksi mobil, gimana kalau Abi mulai buka showroom mobil, Umi yakin Abi pasti suka !" saran Azizah.

Alex yang mendengar masukkan dari Azizah, seolah mendapatkan sisi terang yang sedari tadi hanya ada sisi gelap di otaknya itu.

Namun tetap saja, Alex belum tau harus mulai dari mana, jadi Alex seolah hanya ingin di suap dan di suap  masukkan dan saran.

"Abi punya teman atau kenalan yang memiliki basic bisnis, meskipun beda bisnis, setidaknya dia bisa memberikan masukkan, harus mulai dari mana !" ujar Azizah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel