Bab.9. Tunangan Brengsek
Sekembalinya Leon dari unit apartment Evita ke kantornya, dia menyuruh Gio dan Adri ikut masuk ke ruangannya. Dia punya tugas untuk kedua sekretarisnya itu.
"Adri, Gio, aku ingin kalian menyelidiki Belvin Alexander Young, dia CEO Young Entertainment. Aku butuh laporan mengenai kehidupan pribadinya terutama hubungannya dengan para wanita. Dokumentasikan dengan foto kalau bisa," ujar Leon sambil menautkan jarinya sambil menggoyangkan kursinya ke kanan ke kiri.
"Siap, Pak," jawab Adri dan Gio serempak.
"Kalian boleh pergi sekarang. Apa masih ada janji temu dengan klien sore ini?" tanya Leon sebelum kedua sekretarisnya pergi dari ruangannya.
"Tidak ada, Pak. Mungkin Bapak ingin membaca penawaran terbaru granit dan marmer dari PT. Pesona Batu Alam. Mereka menawarkan harga promosi untuk kontrak khusus bulan ini," saran Adrian.
"Oke, akan kubaca, Adri. Terima kasih," jawab Leon lalu memberi kode dengan tangannya agar mereka berdua keluar dari ruangannya.
Dengan segera Adrian dan Giorgio mengerjakan tugas dari Leon. Mereka mengorek berita mengenai Belvin Alexander Young dari permukaan hingga lapisan yang lebih dalam.
Kedua sekretaris pribadi Leon itu adalah hacker yang berpengalaman. Mereka bisa mengumpulkan informasi yang tidak biasa yang mungkin bahkan reporter berita gosip tidak bisa dapatkan.
"Dri, si cowok tampan bertampang blasteran ini rupanya bajingan bermuka dua. Aku lebih menyukai Leon yang apa adanya dengan reputasi playboy-nya daripada pria yang berlagak alim, tapi busuk," komentar Giorgio ketika menemukan foto-foto underground dari Belvin.
Adrian mendekatkan kepalanya ke arah Giorgio untuk melihat penemuan di layar laptop rekannya itu. Ternyata pria itu tertangkap kamera sedang mengikuti orgy alias pesta seks beramai-ramai dengan banyak wanita telanjang.
"Ohh shittt! Gelo nih laki!" seru Adrian menyugar rambutnya.
"Ckckckckck ... apa ada lagi? Apa kau menemukan sesuatu, Dri?" tanya Giorgio.
"Artikel menarik, Gio. Mengenai skandal model yang melakukan aborsi karena kabarnya dihamili oleh pria tampan blasteran itu. Coba kau baca ini!" ujar Adrian seraya mengirim file ke laptop Giorgio via bluetooth.
Giorgio terdiam ketika membaca dengan teliti isi file kiriman Adrian. Dia menghela napas dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian dia berkata, "Apa menurutmu si bajingan Belvin Alexander Young ini adalah kekasih Evita yang unit apartmentnya kita datangi tadi?"
"Sepertinya iya, kemungkinan Leon menyukai Evita. Dia itu psikolog yang melakukan terapi kejiwaan untuk bos ganteng kita, Gio," jawab Adrian.
"Apa Leon meminta wanita untuk partner ranjangnya malam ini, Dri?" tanya Giorgio dengan penasaran.
"Hmmm ... sepertinya belum, apa dia lupa?" sahut Adrian.
Giorgio tertawa pelan dan berkata, "Mungkin dia mulai sembuh karena Dokter Evita. Sembuh sifat playboynya. Hahaha."
"Tidak mungkin secepat itu, tadi pagi aku mengantar pulang partner ranjangnya tadi malam. Tsskkk ... wanita itu seperti nyaris tidak bisa berjalan sendiri saking kerasnya dia bekerja semalaman melayani Leon," ujar Adrian dengan volume rendah karena menggosipkan bos mereka lalu bersiul.
Giorgio menggeleng-gelengkan kepalanya dan menepuk jidatnya mendengar cerita Adrian.
"Apa kita laporkan saja sekarang mengenai penemuan kita ini mengenai Belvin kepada si bos?" tanya Adrian.
"Kurasa iya, ayo ...," ajak Giorgio seraya bangkit dari kursinya.
Tok tok tok.
"Masuk," ucap Leon.
Kedua sekretarisnya itu masuk menghadap kepadanya.
"Sudah beres tugas dariku?" tanya Leon datar menatap Adrian dan Giorgio.
"Silakan dilihat di iPad Anda, Pak. Kami akan kirimkan beberapa file artikel dan foto mengenai Belvin Alexander Young," ujar Adrian. Kedua pria itu mengirim file menggunakan bluetooth ke iPad Leon.
Setelah file itu lengkap terkirim, Leon mempelajari satu per satu dan mengumpat beberapa kali dengan kata-kata kasar yang membuat Adrian dan Giorgio meringis ketika mendengarnya.
"Apa sudah semua? Mungkin kalian perlu menyelidiki skandal di dalam perusahaan entertainment milik Belvin. Kurasa akan lebih busuk lagi dibanding yang ini. Ternyata lelaki itu predator wanita," ujar Leon menatap kedua sekretaris pribadinya itu.
"Baik, Pak. Nanti akan kami selidiki lebih mendalam lagi," jawab Giorgio.
Leon berdiri menyugar rambutnya ke belakang lalu bersidekap melihat ke luar kaca jendelanya. Dia terdiam merasa sedih karena Evita salah menilai tunangan brengseknya itu. Haruskah dia berdiam diri?
"Gio, hubungi pihak rumah sakit Siloam International. Tanyakan berapa jumlah yang harus dibayar untuk terapi pengobatan kanker mama Dokter Evita. Aku akan membayarnya lunas. Kutunggu sekarang juga," ujar Leon masih menatap ke luar jendela.
Dengan segera, Giorgio menelepon rumah sakit itu untuk menanyakan total biaya kemoterapi kanker untuk mama Dokter Evita.
"Pak Leon, total biayanya 515 juta rupiah sudah lengkap dengan perawatan post terapi," kata Giorgio.
"Oke, carikan nomor rekening bank untuk transfer biaya rumah sakit itu. Akan kutransfer via internet banking sekarang," perintah Leon tanpa bertele-tele.
Giorgio menyerahkan informasi nomor rekening bank rumah sakit Siloam International itu kepada Leon. Bos mudanya itu segera mengetikkan angka dengan nol berderet enam itu lalu mentransfer dananya. Dia menulis keterangan transaksinya yaitu biaya kemoterapi Dokter Evelyn Meyers.
Melihat hal itu, Adrian dan Giorgio hanya bisa terkagum-kagum dalam hati mereka. Leon sudah mengeluarkan 1.3 milyar dalam sehari ini untuk Dokter Evita. Apartment milik Dokter Evita senilai 800 juta dan 515 juta untuk biaya kemoterapi mama Dokter Evita. 'Sultan' memang beda!
Ketika Leon berdiam diri duduk bersandar di kursinya, tiba-tiba ponselnya berbunyi di mejanya. Awalnya dia malas mengangkat panggilan itu. Namun, ketika melihat id caller ternyata 'Dokter Eve'. Dia pun segera menjawabnya.
Leon memberi kode dengan tangannya agar kedua sekretarisnya itu meninggalkannya sendiri.
Leon: "Halo, Eve."
Evita: "Halo, Leon. Apa benar kau yang sudah melunasi tagihan kemoterapi mamaku?"
Leon: "Iya benar, kenapa Eve?"
Evita: "Aku punya uang dari penjualan unit apartmentku, itu pun darimu. Aku bingung sebenarnya apa maumu, Leon?"
Leon: "Aku sudah menjawabnya tadi. Aku menginginkanmu, apa kurang jelas?"
Evita terdiam sejenak, dia seperti sedang berpikir.
Evita: "Bila aku masih memiliki harga diri, sepertinya kau sudah membayarku lunas."
Leon pun tertawa sinis. Bukan itu yang dia inginkan.
Leon: "Apakah sesulit itu untuk menerimaku sebagai penjaga hatimu, Eve?"
Evita: "Leon, bila aku menerimamu sebagai kekasihku. Maka aku harus membatalkan pertunanganku dengan Belvin. Aku tidak bisa mendua hati."
Leon: "Lakukan itu, Eve. Aku akan menunggumu datang padaku ketika hubunganmu dengan Belvin berakhir."
Dia pun tersenyum puas. Uang telah memberinya kemenangan kali ini ... ya, uang yang sangat banyak dalam satu hari.
Evita: "Aku akan mengakhirinya malam ini dan datang kepadamu, Leon."
Leon: "Baiklah. Jangan ingkar, aku seorang pendendam. Bila kau berubah pikiran maka aku akan menghancurkanmu dan Belvin."
Evita menggigit bibir bawahnya seraya menutup matanya ketika mendengar ancaman Leon. Pasiennya itu masih jauh dari kata 'sembuh', Om Leonard Indrajaya benar, Leon butuh terapi untuk sifat kasar dan keras hatinya yang cenderung menyakiti orang lain itu.