Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Keindahan Gadis Desa

Pada suatu pagi, Mayang terbangun lebih awal dari biasanya. Saat dia menuruni tangga, dia melihat Valdi sudah sibuk menyiapkan sesuatu di ruang tamu. Sebuah kotak besar diletakkan di pojok ruangan, dan Valdi tampak memasang label di atasnya.

"Pagi, Mayang," sapa Valdi dengan senyum hangat. "Hari ini mungkin ada beberapa paket yang datang. Om sudah siapkan kotak ini untuk tempat penyimpanan sementara."

Mayang mengangguk sambil tersenyum.

"Baik, Om," jawabnya lembut. Dia lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan dan secangkir kopi untuk Valdi.

Setelah sarapan, Mayang membawa secangkir kopi panas ke ruang kerja Valdi. Ketika dia membuka pintu, dia tertegun. Ruangan itu jauh lebih mengesankan dari yang ia bayangkan.

Ruang kerja Valdi tidak terlalu luas, tapi memiliki desain interior yang futuristik. Dindingnya berwarna abu-abu metalik, dengan lampu-lampu LED yang menyoroti sudut-sudut tertentu. Di satu sisi, ada sebuah balkon kecil yang terbuka, memungkinkan udara segar masuk. Namun, yang paling menarik perhatian Mayang adalah deretan monitor yang tersebar di beberapa bagian ruangan.

Di depan meja kerja yang besar, terdapat tiga monitor besar yang menampilkan grafik-grafik kompleks yang berkelip-kelip dengan warna hijau, merah, dan biru. Di sampingnya, dua monitor sedang menampilkan siaran berita keuangan, dengan angka-angka yang terus bergerak di bagian bawah layar. Dan di atas meja kerja itu sendiri, ada empat monitor tersusun rapi di bagian kiri dan kanan, semua menampilkan data yang berbeda-beda.

Namun yang paling menarik perhatiannya adalah Valdi. Pria itu duduk dengan santai di kursi bos yang besar dan nyaman, matanya fokus pada layar monitor di depannya. Wajahnya yang tampan terlihat serius, tapi tetap tenang, rahangnya tegas, dan cahaya dari layar monitor membuat wajahnya semakin terlihat menawan. Mayang berdiri terpaku di ambang pintu, tak bisa mengalihkan pandangannya dari sosok Valdi.

Valdi menyadari kehadirannya dan mengangkat kepala. Saat menerima kopi dari tangan Mayang, dia menangkap tatapan gadis itu yang sedikit terpesona. Valdi menarik napas dalam, melihat kecantikan Mayang yang polos dan lugu, semakin hari semakin memikat di matanya.

"Mayang, kamu cantik sekali hari ini," ucap Valdi tiba-tiba, suaranya lembut namun dalam.

Mayang tersentak, pipinya segera merona.

"A-ah, terima kasih, Om…" jawabnya dengan suara bergetar. Dia mencoba tetap tenang, tapi detak jantungnya semakin kencang, rasa malu dan senang bercampur jadi satu. Namun, kegugupannya membuatnya tak sadar hingga dia salah menaruh kopi di sudut meja, hampir menjatuhkan salah satu monitor.

Valdi dengan sigap menangkap kopinya, lalu tersenyum lembut.

“Hati-hati, Mayang,” katanya sambil tertawa kecil, matanya penuh kehangatan. Mayang tersipu semakin dalam, berusaha mencari alasan untuk menenangkan diri.

Setelah menenangkan dirinya, Mayang akhirnya memberanikan diri untuk berbicara. "Om, paket-paket mulai berdatangan…," katanya pelan, masih menundukkan kepala.

“Sebelum diambil, disemprot disinfektan dulu ya, Mayang. Nanti sore atau malam, kita buka bareng-bareng,” Ujar Valdi mengingatkan.

Mayang mengangguk patuh, merasa lega ada sesuatu yang lain untuk dipikirkan. Dia bergegas keluar dari ruangan, meninggalkan Valdi yang tetap memandangnya dengan senyum tipis, menikmati bagaimana gadis itu tersipu malu karena pujiannya.

Sambil melihat Mayang pergi, Valdi tersenyum sendiri.

Dia semakin membuatku penasaran… pikirnya, sementara layar monitor di depannya tetap menampilkan grafik-grafik yang tak pernah berhenti bergerak.

Saat menutup pintu ruang kerja Valdi, Mayang melihat sebuah truk pengiriman berhenti di depan rumah melalui jendela. Satu per satu, paket-paket besar dan kecil mulai diantarkan ke depan pintu.

***

Setelah makan malam, Valdi dan Mayang duduk bersama di ruang tamu. Di depan mereka, ada sebuah box besar berisi paket-paket yang sudah tiba sejak pagi tadi. Mayang tampak penasaran, matanya berbinar-binar menunggu apa yang akan Valdi keluarkan.

Valdi tersenyum, mengeluarkan paket pertama dari dalam box.

"Nah, ini buat kamu, Mayang. Coba buka," katanya sambil menyerahkan sebuah paket kecil ke tangan Mayang.

Mayang dengan cepat membuka paket itu. Di dalamnya, ada dua kaus sederhana yang memang dia pilih sebelumnya.

"Wah, ini yang Mayang pilih kemarin! Makasih, Om!" katanya dengan wajah ceria.

Valdi terkekeh melihat wajah Mayang yang tampak begitu senang.

"Iya, sama-sama, Mayang. Yang penting kamu suka," jawabnya santai, senang melihat kebahagiaan di wajah gadis itu.

Tanpa menunggu lama, Valdi mengambil paket lain dan menyerahkannya ke Mayang. Kali ini, dia menemukan dua tank top tipis berbahan katun yang lembut.

"Om, ini… nggak terlalu tipis, kan?" Mayang memandang tank top itu dengan sedikit ragu.

"Enggaklah, Mayang. Ini Jakarta, hawanya panas, apalagi sekarang musim kemarau. Pakai yang tipis-tipis gini pasti lebih nyaman," ucap Valdi sambil tersenyum, matanya terus memperhatikan ekspresi wajah Mayang.

Mayang mengangguk, sedikit lega.

"Iya ya, bener juga, Om," katanya, sambil menaruh tank top itu di sampingnya. Senyum di wajahnya semakin lebar.

Valdi melanjutkan dengan membuka paket berikutnya. Di dalamnya, ada lima kaus V-neck yang ketat dan lima kaus U-neck dengan potongan rendah. Mata Mayang membesar, kagum dengan model-model yang lebih modis itu.

"Wah, modelnya bagus banget, Om," katanya sambil mengangkat salah satu kaus. "Mayang suka… tapi belum pernah punya yang begini."

Valdi tersenyum nakal, menikmati reaksi Mayang. "Coba aja nanti, Mayang. Om yakin kamu bakal kelihatan makin cantik," godanya, matanya menyusuri tubuh Mayang dengan pandangan penuh rasa penasaran.

Mayang tampak tersipu, sedikit malu tapi jelas senang.

"Hehe, iya deh, Om… nanti Mayang coba," jawabnya pelan, senyum masih menghiasi bibirnya.

Namun, Mayang tampak masih mencari sesuatu di dalam box. Valdi melihat gerak-geriknya yang sedikit bingung.

"Kamu cari apa, Mayang?" tanyanya sambil mengerutkan dahi.

Mayang tersenyum canggung. "Hehe, nggak apa-apa, Om… cuma perasaan kemarin kita kan pilih celana panjang juga," jawabnya, sedikit malu-malu.

Valdi berpura-pura berpikir sejenak, "Oh, iya mungkin belum sampai karena barangnya dari luar. Nanti Om cek lagi, ya." Padahal, dalam hati Valdi sudah membatalkan pesanan itu. Dia tidak ingin melihat Mayang menggunakan celana panjang yang menutupi lekuk tubuhnya.

Kemudian, Valdi mengambil paket lain dari box, yang berisi lima hot pants dan lima rok mini gaya tenis.

"Udah, pakai ini dulu aja, Mayang," katanya sambil menyerahkan paket itu dengan senyum tipis di wajahnya.

Mayang membuka paket itu dan melihat hot pants serta rok mini yang feminin.

"Lucu juga ya, Om. Mayang suka," katanya sambil tertawa kecil, matanya berbinar.

Valdi tersenyum lebar, merasa puas dengan reaksinya. "Om yakin kamu bakal kelihatan manis pakai itu," tambahnya, menatap Mayang dengan tatapan penuh kekaguman.

Mayang mengangguk, lalu memeriksa paket lain yang diserahkan Valdi. Ketika dia membuka paket tersebut, ia menemukan tiga potong V-Neck Lace Trim Crop Camisole Top ala Korea. Matanya berbinar, kagum dengan detail renda dan modelnya yang unik.

"Wah, bagus banget ini, Om! Mayang suka!" serunya senang, tanpa bisa menyembunyikan kegembiraannya.

Valdi tersenyum puas, menikmati antusiasme Mayang.

"Coba aja dulu, Mayang, biar Om lihat cocok nggak," ujarnya dengan nada lembut, menyembunyikan niat di balik pilihan itu.

Mayang mengangguk dengan semangat, lalu berdiri dan berlari kecil ke kamar mandi untuk mencoba salah satu cami crop top itu. Saat dia kembali, pakaiannya pas di tubuhnya, memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan sempurna. Belahan dadanya terlihat menyembul di balik renda halus, membuat Valdi menelan ludah, berusaha menahan diri meski hatinya berdebar lebih cepat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel