Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 8. PENJAHAT WANITA

Aku meringis merasakan tamparan yang begitu keras itu. Aku yakin, 5 jari perempuan ini sudah membekas di pipi kananku.

"Stella!" Teriakan Keyko mengglegar membuatku sesaat terperanjat. Tapi tak mengurangi emosi wanita yang sedang gelap mata ini.

"Dasar perempuan murahan! Pelacur! Enyah aja kamu dari muka bumi ini!"

Rambutku tiba-tiba di jambak, ditarik bahkan badanku yang setengah bugil itu diunyel-unyel di kasur Keyko.

Keyko geram, karena teriakannya tidak di hiraukan oleh perempuan yang tiba-tiba datang tanpa membunyikan bel pintu itu.

"Stella! Hentikan!" Teriaknya lagi, kali ini dia segera memakai celana pendeknya dan meraih badan perempuan yang ia panggil setella itu dari atas badanku.

"Plak! Plak!"

Tamparan itu telak di muka kanan-kiri gadis itu. Hampir terhuyung dari tempat berdirinya, perempuan yang bernama stella itu.

Aku segera merapikan bajuku yan awalnya bugil oleh Keyko dan kini acak-acakan oleh Stella.

Gadis yang bernama Stella itu nanar menatap mata Keyko yang berada di posisi marah.

"Kamu jahat, Key!" jerit wanita yang bernama Stella itu dengan air mata berlinang. Ada yang mengalir di ke dua pipinya.

Tapi, Keyko bergeming. Tak sedikitpun terpengaruh dengan air mata Stella. Bahkan Keyko terlihat tampak dingin menatap wajah cantik Stella.

"Kamu tidak sopan Stella! Masuk rumah orang tanpa izin!" Gigi Keyko terdengar gemeletuk. Aku membayangkan kemarahannya sudah merinding.

"Jadi, ini korban Kamu selanjutnya setelah Aku?!" suaranya menjerit, dan air matanya tumpah.

Aku sebenarnya terkejut mendengar apa yang diucapkannya itu. Tapi sebisa mungkin aku tidak terlihat panik.

"Kalau iya, kenapa?" Lebih terkejut lagi aku mendengar jawaban laki-laki perkasa itu.

Aku alihkan tatapan tajamku ke arah laki-laki itu. Namun lagi-lagi dia tak acuh.

"Kamu-!" Stella tidak melanjutkan ucapannya. Dia hanya sibuk menyeka air matanya yang bergulir terus di pipinya.

"Sudahlah, Stella! Dari awal juga Aku sudah bilang, kan? Kita melakukannya sekedar suka sama suka jangan pakai hati. Bukannya Kamu tidak keberatan. Bahkan Aku sempat menawarkan sejumlah uang padamu. Tapi Kamu menolak.

Ih najis! Benar-benar laki-laki brengsek! Aku memaki dalam hati mendengar sederetan pembicaraan mereka.

Laki-laki yang bernama Keyko ini memang laki-laki brengsek, penjahat wanita. Dimanapun, kapanpun dia pasti akan menjerat korban-korbanya dengan pesona wajahnya .

Kini, ada wanita yang benar-benar terobsesi dengannya. Harusnya perempuan ini bersahabat denganku, bukannya malah memusuhiku. Kitakan sama-sama korban.

Aku yang dari tadi tidak dipedulikan oleh mereka, berjingkat turun dari ranjang dan mencoba kabur dari tempat itu.

Ku manfaatkan moment mereka bertengkar, dan dari situ benar-benar aku lari secepat mungkin menuju pintu.

Dan beberapa saat kemudian aku sudah dengan cepat menuruni lift menuju ke lobi. Sesampainya di lobi, secepat kilat juga Aku memesan taksi online. Aku ingin cepat-cepat di rumah dan lepas dari laki-laki hidung belang itu.

Di dalam taksi, aku menelpon Ariana suruh langsung pulang ke rumah. Aku takutnya karena Keyko marah denganku, dia akan menggunakan Ariana sebagai alat untuk mengancamku lagi.

Tidak lebih dari 20 menit, aku sudah sampai di rumah dan segera mengunci pintu, setelah Ariana sampai di rumah. Sungguh aku takut, laki-laki itu akan menggunakan segala hal untuk menjatuhkan aku.

******

Hari berikutnya, seperti maling yang takut ketahuan, setiap keluar rumah bahkan berangkat kerja pun mengendap-endap, tengok kanan-kiri. Takut ketahuan oleh laki-laki hidung belang itu.

Aku sudah nggak mau berurusan lagi dengan laki-laki itu. Apalagi dengan para perempuannya. Duh ... serem. Mereka sadis. Main tampar-tampar saja. Itu juga baru satu, yang namanya Stella. Belum yang lain. Pasti ada nama stella-stella yang akan muncul, kalau aku terus dekat denganya.

Siang itu, aku sudah minta izin sama mbak Dina untuk tidak melayani bangku no 7. Aku benar-benar nggak ingin bertemu dengan dia.

Aku perhatikan, sekelompok laki-laki jomblo itu sedang rame memperbincangkan seseorang sepertinya. Namun tak kulihat sosok laki-laki itu. Aku agak heran, kemana laki-laki itu. Padahal selama ini dia nggak pernah absen ke Cafe ini. Selalu dia yang agresif ngajakin teman-temannya ke sini.

Akh-, kenapa aku jadi memikirkan dia. Bukannya aku selama ini pengen bebas darinya dan itukan harusnya jadi berita bagus kalau dia sudah nggak muncul lagi di hadapanku. Aku bebas. Tidak akan jadi budak dia lagi yang suruh melayani nafsunya. Aku bergidik membayangkan itu. Tapi sekilas aku tersenyum sendiri mengingat betapa lihainya dia memperlakukan perempuan.

"Juragan lagi boking kamar  sama cewek cantik." ujar seseorang terdemgar di telingaku. Aku agak terkejut mendengar apa yang disampaikan oleh salah satu temannya.

Entah setan dari mana yang masuk ke otak aku, sampai aku bisa semarah itu. Saking sibuknya aku mmelamu, tanpa kusadari sudah ada seseorang berdiri di belakangku.

"Eh! Kerja kok melamun." Aku terkejut mendengar suara yang sudah begitu aku kenal itu.

"Barusan, Aku sudah jemput Ariana di sekolahan dan sudah ku antar sampai di rumah dengan selamat." 

Ucapan demi ucapan meluncur dari mulut sosok laki-laki yang sudah ada di belakangku. Aku membalikkan badan dan seketika itu tersenyum kecil melihat sosok Kalingga sudah ada di depanku.

"Makasih ya, Kalingga." ucapku tulus.

"Sebenarnya ada apa sich, Daiva? Kamu seperti orang ketakutan. Kamu punya masalah dengan seseorang, sampai-sampai kamu main umpet-umpetan ini?"

Pertanyaan Kalingga, mampu membuat aku berpikir sesaat. Iya! Kenapa musti aku ketakutan seperti ini? Tapi aku pernah melawan dia dengan terang-terangan. Akhirnya, aku gagal dan tidak dilepaskan oleh manusia satu itu.

"Setelah ini, Kamu sudah selesai bekerja, kan? Aku antar pulang, ya?"

Dan aku hanya menganggukan kepala, menyetujui permintaannya. Karena beberapa menit lagi, shif-ku sudah digantikan dengan shif berikutnya.

Dengan sabar, Kalingga menungguku. Sebentar-sebentar dia melirikku yang lagi bekerja, mengantarkan beberapa makanan ke meja tamu. Aku hanya tersenyum membalas tatapannya. 

Kadang diantara tamu ada yang jahilnya minta ampun terhadapku. Sudah beberapa kali juga, seorang Kalingga hampir-hampir memukul orang dengan caranya sendiri.

Baru kali ini seorang Kalingga, berbuat seperti itu. Ketika waktunya sudah tiba, aku bersiap membereskan semua pekerjaanku, dan mengajak Kalingga berlalu dari tempatku bekerja. Namun tiba-tiba tanganku di tarik seseorang dari arah samping.

"Auw!" 

Aku teriak sekencang mungkin, menyadari ada orang yang menyakiti aku. Kalingga sendiri terkejut melihat siapa orang itu.

"Kamu, ikut Aku! Sudah kubilangkan jangan pernah lari dariku!" ucapnya keras sambil menyeretku ke dalam mobilnya.

"Kak!" Teriak Kalingga sambil mengejar aku, yang ditarik ke dalam mobil, lalu dengan kencang dilajukannya mobil itu.

******

BERSAMBUNG

 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel