Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7. Dua Wanita Berbeda

"Ada apa Ris?" tanya Robin dengan santai.

"Apa benar kamu sudah menikah?" tanya Risa sambil menatap Robin dengan berkaca-kaca.

Robin memberikan jawaban secara realistis, "Aku hanya ingin melindunginya, keselamatan gadis itu sedang terancam Ris?"

"Harus kamu yang melakukannya?" tanya wanita yang memiliki mata indah itu.

"Ya, aku hanya ingin membalas budi saja karena ayahnya telah menyelamatkan nyawaku," jawab Robin memberikan penjelasan.

Tiba-tiba Risa memeluk tubuh Robin dengan erat seraya berkata, "Aku tidak bisa hidup, kalau sampai kamu mencintai wanita lain."

"Risa, jangan seperti ini. Memang pernikahanku tidak berdasarkan cinta. Tapi ada hati yang harus dijaga, tolong mengertilah!" ujar Robin sambil melepaskan pelukan Risa.

"Sampai kapan kamu akan menikahinya?" tanya Risa yang tidak rela Robin dimiliki wanita lain.

Robin memberikan jawaban, "Sampai ada laki-laki soleh dan bisa melindunginya dengan baik!"

"Aku pegang kata-katamu" ujar Risa dengan penuh harap.

Robin menatap dengan miris dan berkata, "Aku sudah bilang berkali-kali, jangan berharap lebih dan cobalah buka hatimu untuk Remon!"

"Sampai matipun aku hanya cinta sama kamu dan jangan paksa diriku mencintai pria lain!" sahut Risa dengan tegas.

Robin hanya menghela napas panjang dan tidak menyahuti lagi. Sungguh ia tidak ingin menyakiti wanita manapun. Baik itu Nabilah maupun Risa.

"Nanti malam aku tunggu di White klub, kamu harus datang!" seru Risa sambil menatap Robin dengan intens. Ia kemudian segera meninggalkan tempat itu.

Robin tampak mengernyitkan dahinya. Ia heran buat apa Risa mengundangnya ke White klub. Pria itu segera melihat kalender dan baru ingat, kalau hari ini ulang tahun Risa.

"Cantikan mana Risa atau istrimu?" tanya Tigor yang kembali datang.

"Mereka bagaikan dua sisi mata uang yang berlainan," jawab Robin sambil memikirkan hadiah apa yang akan dibawanya untuk nanti malam.

Bagi Robin Risa adalah simbol wanita dengan kemewahan dan keagungan, sedangkan Nabilah melambangkan kelembutan dalam ketenangan.

***

Robin pulang ke kontrakan seperti biasanya, sehabis isya. Ia kemudian mengucapkan salam sambil membukakan pintu. Akan tetapi, pria itu tampak heran ketika tidak mendengar sahutan dari Nabilah. Justru ia melihat istrinya sedang tidur sambil selimutan dan gemetaran.

"Nabilah kamu kenapa?" tanya Robin sambil mendekat dan mendapati Nabilah sedang menggigil kedinginan.

"Kamu panas sekali, ayo kita berobat!" ajaknya dengan cemas.

"Tidak usah Bang, Bilah tidak apa-apa. Sudah biasa seperti ini kalau mau datang bulan. Nanti sembuh sendiri kok!" ujar Nabilah dengan wajah yang pucat.

Mendengar itu tentu saja tidak membuat Robin jadi tenang. Ia tetap mencemaskan kondisi Nabilah. Setidaknya berbuat sesuatu agar keadaan cepat membaik.

"Biasanya kamu minum apa, biar demamnya cepat turun?" tanya Robin dengan penuh perhatian.

"Biasanya Ibu kompres Bilah, kalau lagi panas. Terus minum jahe merah jika sedang kedinginan!" jawab Nabilah memberitahu.

Robin langsung masuk ke kamarnya dan mengambil handuk kecil. Ia kemudian mengambil air di dalam baskom. Setelah itu Robin mulai mengompres Nabilah.

"Kamu tunggu sebentar ya, Abang mau beli jahe merah dulu!" seru Robin yang dijawab anggukan oleh Nabilah.

Robin segera pergi dan tidak lama kemudian sudah kembali lagi sambil membawa termos kecil yang berisi jahe merah. Ia memegang dahi Nabilah yang panasnya sudah mulai turun.

"Kamu sudah makan?" tanya Robin sambil menemani Nabilah.

"Sudah tadi siang, Nabilah juga sudah masak, kalau Abang mau makan!" lirihnya memberitahu.

Robin kemudian menyahuti, "Iya nanti kalau lapar Abang akan makan. Mau Abang teleponin Ibu atau Bapak?" tanya pria itu kemudian.

"Tidak usah, nanti ibu marah-marah lagi. Pasti Bilah akan disuruh pulang ke rumah!" cegah Nabilah yang sedang ingin tenang.

"Ya sudah, kalau begitu Nabilah istirahat saja! Makan ya Abang sudah belikan bubur kacang hijau!" serunya yang dijawab anggukan oleh Nabilah.

Robin segera menyuapi istrinya dengan telaten.

"Aku harus datang ke ulang tahu Risa, tapi Nabilah sedang sakit," batin Robin yang tidak tega meninggalkan istrinya dalam kondisi seperti ini.

***

Sementara itu di White klub, hari ini terlihat cukup ramai. Mereka sedang menghadiri pesta ulang tahun Risa yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya dari kampung Jawara

Malam ini Risa terlihat cantik sekali. Ia merupakan salah satu ciptaan Tuhan yang paling indah di dunia. Tubuhnya tinggi semampai dan memiliki mata yang indah. Sehingga tidak heran wanita itu mendapat julukan kembang desa kampung Jawara.

Namun, sayang nasibnya dalam percintaan kurang beruntung. Meskipun banyak pria tampan dan kaya yang mengaguminya, Risa hanya mencintai Robin. Hingga larut malam, Robin belum juga muncul di pesta ulang tahun Risa. Sehingga membuat wanita itu jadi bad mood.

"Selamat ulang tahun, Ris," ucap Remon sambil memberikan buket mawar merah kesukaan wanita itu.

Risa menerima buket itu dan menjawab singkat, "Terima kasih."

"Kamu sakit?" tanya Remon dengan penuh perhatian.

"Nggak kok aku baik-baik saja," jawabnya tanpa semangat sama sekali.

Remon tampak tersenyum simpul dan tahu apa yang sedang diharapkan oleh Risa yaitu kehadiran Robin. Padahal selama ini ia sangat mencintai wanita itu, tetapi tidak pernah terbalaskan.

Tiba-tiba seseorang datang dan membisikan sesuatu kepada Risa. Sehingga membuat wanita itu terlihat marah sekali. Ia bahkan meletakkan bunga pemberian Remon begitu saja.

"Aku tahu apa yang kamu rasakan!" ujar salah satu tamu undangan.

Risa menatap pria itu seraya berseru, "Pergilah, aku tidak butuh kasihan darimu!"

"Kenalkan namaku Beno, aku anak juragan Kasim," ujarnya memberitahu.

"Aku tidak mau tahu, cepat pergi atau satpam akan menyeretmu ke luar dari tempat ini!" usir Risa kembali.

"Oke, aku akan pergi. Tapi asal kau tahu aku kenal baik dengan istrinya Robin," ujar Beno sambil meninggalkan tempat itu.

Risa kemudian berseru, "Tunggu! Jadi maksud kedatanganmu ke sini mau memprovokasi aku? Dengar baik-baik Robin tidak mencintai istrinya. Dia menikahi gadis itu karena ingin membalas budi saja tidak lebih."

"Iya, apa yang kamu katakan memang benar. Tapi cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Apalagi mereka sudah tinggal serumah. Mungkin saja suatu hari nanti mereka akan mempunyai anak. Apa kamu akan diam saja membiarkan sampai semua itu terjadi?" sahut Beno kemudian.

Risa tampak berpikir sesaat dan bertanya, "Kenapa kamu bisa banyak tahu soal wanita itu?"

Beno kemudian menceritakan apa yang harus Risa ketahui, terutama tentang Nabilah. Setelah itu ia pergi meninggalkan Risa yang tampak bergeming sambil tersenyum.

***

Pagi pun menjelang, Nabilah perlahan membuka matanya. Ia melihat jam yang menunjukan pukul enam pagi. Gadis itu memaksakan diri untuk bangun, meskipun masih pusing.

"Bilah mau ke mana?" tanya Robin yang tiba-tiba datang.

"Mau ke kamar mandi Bang," jawab Nabilah yang ingin membersihkan diri.

Robin kemudian mengajak, "Ayo Abang antar!"

"Nggak usah Bang, Bilah bisa kok!" tolak Nabilah yang merasa sungkan. Apalagi berhubungan dengan masalah kewanitaannya.

Setelah membersihkan diri, Nabilah hendak memasak air panas dan membuat sarapan.

"Abang sudah masak air panas dan beli nasi uduk Mpok Tini. Ayo kita sarapan!" ujar Robin yang membuat Nabilah merasa sangat diperhatikan.

Mereka kemudian sarapan bersama dan saling terdiam satu sama lain sampai selesai.

"Terima kasih ya Bang, sudah mau merawat Nabilah semalam," ucap Nabilah sehabis sarapan.

"Kamu tidak perlu mengucapkan terima kasih karena sudah kewajiban Abang," sahut Robin yang merasa bertanggungjawab.

Nabilah kemudian berkata, "Sekarang Bilah sudah tidak apa-apa, kalau Abang mau kerja tinggal saja!"

"Nanti kalau Bilah demam lagi bagaimana?" tanya Robin dengan cemas.

"Nggak akan, sudah biasa seperti ini setiap bulan. Lagipula sekarang tanggal merah jadi Bilah bisa beristirahat di rumah!" ujar Nabilah kemudian.

"Ya sudah, kalau begitu Abang berangkat kerja!" ujar Robin yang dijawab anggukan oleh Bilah.

Entah mengapa Nabilah merasa Robin adalah seorang pria yang baik, bertanggungjawab dan perhatian. Sangat jauh sekali dengan pikiran buruk orang-orang selama ini.

"Kalau Bilah masih lemas, tidak usah masak ya, beli saja!" pesan Robin ketika mau berangkat kerja.

"Iya Bang, hati-hati!" sahut Nabilah sambil berpesan.

Tidak lama setelah Robin pergi, terdengar suara ketukan pintu. Nabilah segera melihat siapa yang datang dari balik jendela. Ternyata seorang wanita cantik dengan penampilan yang sangat modis. Ia segera membetulkan hijab dan membukakan pintu.

"Permisi, apa benar ini rumah Robin?" tanya wanita itu sambil menatap Nabilah dengan saksama.

"Iya betul, ada apa Mbak?" tanya Nabilah sambil mengangguk.

Wanita itu kemudian menjawab, "Saya mau bicara empat mata denganmu. Boleh saya masuk?"

"Maaf, suami saya melarang untuk menerima tamu. Kalau ada yang mau dibicarakan di sini saja!" Nabilah tidak mengizinkan wanita itu masuk ke rumah.

Wanita itu menghela napas panjang dan menelisik sekeliling. Ia merasa tempat ini cukup aman untuk bicara.

"Saya ingin kamu jauhi Robin!" pinta wanita itu dengan serius.

Nabilah tampak terkejut mendengar permintaan wanita itu. Siapakah dia jangan-jangan kekasih atau istrinya Robin?

BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel