Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. Kedatangan Sofyan

"Jadi kamu sudah menikah, Bilah?" tanya Sofyan ketika melihat cincin yang melingkar di jari manis kanan Nabilah.

Sambil tertunduk Nabilah kemudian menjawab, "Iya Mas."

"Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Sofyan terlihat kecewa.

"Sampai kapan? Sampai semua warga kampung mengolok-olok saya dan keluargaku?" Nabilah balik bertanya.

"Maaf, Mas tidak bermaksud menyakitimu. Lebih baik kita ke rumahmu, Mas akan jelaskan semuanya. Agar tidak ada kesalahpahaman di antara kita!" ajak Sofyan yang ingin memberikan alasan kenapa tidak jadi menikahi Nabilah.

Nabilah tampak mengangguk dan segera menuju ke rumah orang tuanya.

Pak Jamal yang mau berangkat mengajar di madrasah tampak terkejut melihat kedatangan Sofyan, begitupun dengan Bu Asma.

"Mau apa kamu datang ke sini, puas sudah membuat kami malu?" tanya Bu Asma dengan ketus.

"Maaf Bu, Pak, saya mau menjelaskan semuanya," ucap Sofyan yang merasa bersalah.

Pak Jamal tampak mengangguk kecil dan mempersilahkan Sofyan untuk masuk.

"Jadi malam sebelum akad saya diculik dan disekap di sebuah rumah kosong. Lusa harinya saya baru dibebaskan, tetapi saya sempat mendengar mereka memanggil seseorang dengan sebutan Bos. Kalau tidak salah namanya Robin," ujar Sofyan menceritakan semuanya dengan jujur.

Pak Jamal, istri dan putrinya tampak terkejut setelah mendengar alasan Sofyan membatalkan pernikahan secara sepihak.

"Yang benar kamu Yan? Robin itu sekarang sudah menjadi suami Bilah," ujar Pak Jamal tidak percaya menantunya melakukan perbuatan selicik itu.

"Pasti dia pelakunya, mana mungkin tiba-tiba Robin datang dan mau menikah dengan Nabilah. Dia sudah merencanakan semua ini dengan matang!" sahut Bu Asma dengan yakin.

"Tanpa bukti yang akurat, kita tidak bisa menuduh Robin sebagai pelakunya nanti jadi fitnah Bu!" ujar Pak Jamal yang tidak mau asal sangka.

Sofyan juga sependapat dengan Pak Jamal dan berkata, "Benar Pak, kita harus menanyakan kebenarannya dulu pada orang yang bersangkutan!"

"Ya sudah, kalau begitu Bapak mau telepon Robin dan Pak RT dulu. Juga Supri dan Udin karena merekalah yang mendapat perintah untuk mencari pengganti kamu waktu itu." Tanpa membuang waktu lagi ia segera menghubungi orang-orang itu dan menelepon madrasah untuk menukar jam mengajar jadi siang.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya, orang-orang yang bersangkutan pun datang. Mulai dari Robin, Supri, Udin dan yang terakhir Pak RT.

"Robin apa kamu kenal dengan pria ini?" tanya Pak Jamal memastikan.

"Nggak Pak, saya baru ketemu sekarang. Pasti bukan warga kampung sini kan?" jawab Robin yang dijawab anggukan oleh Sofyan.

Pak Jamal kemudian menatap Supri dan Udin secara bergantian sambil bertanya, "Sekarang ceritakan kenapa kalian memilih Robin untuk menikahi Nabilah?"

Supri langsung memberikan keterangan, "Kami membohongi Bang Robin agar mau datang ke mesjid. Dengan mengatakan Pak Jamal kena korban begal."

"Robin juga sempat menolak untuk dinikahkan dengan Nabilah. Tapi akhirnya mau juga setelah saya bujuk," timpal Pak RT menambahkan. "Saya yakin sekali, Robin bukan pelakunya. pasti ada orang yang telah memanfaatkan situasi ini," sambungnya kemudian.

Bu Asma kemudian angkat bicara, "Pokoknya hari ini juga Robin harus menceraikan Nabilah. Mumpung ada Sofyan di sini, Ayo cepat katakan sekarang juga!"

"Tidak akan!" sahut Robin dengan tegas.

"Saya akan berterima kasih, kalau kamu mau melepas Nabilah dengan ikhlas!" ujar Sofyan ikut membujuk secara baik-baik.

Robin menatap Sofyan dengan tajam seraya berkata, "Nabilah tidak aman, kamu saja tidak mampu melawan penculik itu. Bagaimana bisa melindungi Nabilah?"

"Apa yang dikatakan Robin benar Pak Jamal. Orang itu tidak mau Nabilah menikah dengan Sofyan, kalau Robin menceraikannya bisa jadi penculikan itu terjadi lagi!" sahut Pak RT yang membuat semua orang berpikir.

"Alasan saja, kami bisa menjaga Nabilah dengan baik. Buktinya selama ini aman-aman saja. Buat apa orang itu harus menculik Sofyan segala, kalau mau kenapa tidak Nabilah saja!" Bu Asma memberikan kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Pak RT kembali mendebat Bu Asma, "Kalau Robin yang melakukannya mungkin seperti itu. Tapi saya kira pelaku cukup pintar dan tidak mau bertindak gegabah atau melakukan perbuatan melawan hukum."

"Sudah-sudah kalau kita debat terus tidak akan ada akhirnya karena pendapat Ibu dan Pak RT ada benarnya juga. Sofyan, mungkin kamu tidak berjodoh dengan Nabilah. Tolong ikhlaskan putriku bahagia bersama yang lain."

"Iya Pak, saya ikhlas kok. Cuma ingin mengklarifikasi saja, kalau saya tidak bermaksud membuat keluarga Bapak Malu," sahut Sofyan sambil melirik ke arah Robin. Tentu ia tidak menyangka Nabilah menikah dengan pria seperti itu.

Bu Asma tetap tidak puas dengan penjelasan Sofyan. "Bapak percaya begitu saja? Ingat penculikan Sofyan terjadi sebelum Nabilah menikah!"

"Iya Bapak tahu, Ibu juga jangan lupa Soyfan dibebaskan setelah Nabilah menikah. Jadi bisa saja kan pelaku mengkambing hitamkan Robin karena tidak setuju melihatnya menikah dengan Nabilah!" sahut Pak Jamal yang terdengar masuk akal.

Bu Asma langsung terdiam karena usahanya agar Robin menceraikan Nabilah tidak mendapat dukungan dari siapa pun termasuk suaminya sendiri.

"Kalau begitu, saya pamit pulang Pak, Bu. Selamat menempuh hidup baru Nabilah.

Akhirnya semua orang membubarkan diri, kecuali Robin.

"Mulai saat ini Bapak tidak mau mendengar ada keributan lagi, kalau ada masalah bicarakan saja semuanya secara baik-baik!" ujar Pak Jamal kembali.

"Ibu juga nggak mau seperti ini Pak. Seharusnya Robin tahu diri, kalau Sofyan lebih pantas menjadi suami Nabilah!" ujar Bu Asma sambil terisak. Nabilah mengelus punggung ibunya untuk menenangkan.

"Saya memang tidak layak menjadi suami Nabilah. Jika suatu hari ada pria yang bisa melindunginya, saya akan bebaskan dan selama itu pula Nabilah akan tetap suci. Jadi Ibu tidak usah takut akan punya cucu keturunan preman!" janji Robin yang tidak akan menyentuh istrinya.

"Ya sudah, Bapak mau pergi mengajar dulu ya. Nanti kita akan bicarakan lagi!" ujar Pak Jamal yang segera berlalu.

Setelah Pak Jamal pergi dengan mengendarai sepeda motor. Sikap Bu Asma kembali jadi sinis lagi kepada Robin.

"Kamu, ngapain masih di rumah saya?" tanya Bu Asma dengan tatapan tidak suka.

Robin kemudian mengajak, "Ayo Bilah kita pulang!"

"Enak saja, Bilah tetap di sini. Kurang ajar kamu ya Robin, anak saya disuruh tidur di ruang tamu. Sana cari duit sana yang banyak, kalau sehari dapat sejuta baru boleh ajak Nabilah pulang ke kontrakan!" seru Bu Asma menyindir, mana mungkin pengangguran seperti Robin bisa dapat uang sejuta.

Robin merogoh kantong celananya dan mengambil dua ikat uang berwarna merah. Ia meraih tangan Bu Asma seraya berkata, "Masing-masing sejuta, Ayo Bilah!"

Bu Asma tampak tercengang dan segera melempar uang itu ke arah Robin. "Saya nggak mau menerima uang haram darimu! Ingat baik-baik, jika suatu saat kamu terbukti menculik Sofyan. Saya pastikan kamu akan tidur di dalam penjara!"

Robin tampak menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil memungut uang itu dan berlalu pergi.

"Ibu, jangan terlalu kasar sama Bang Robin. Biar bagaimanapun juga dia suami, Bilah!" pinta Nabilah yang merasa kasihan melihat Robin selalu dihina.

"Kamu sudah mulai berani melawan sama Ibu? Pasti kamu sudah kena guna-guna preman itu!" sahut Bu Asma yang membuat Nabilah tampak menggeleng.

Nabilah kembali mengutarakan pendapatnya, "Nabilah tidak mau menvonis seseorang tanpa mengetahui kebenarannya terlebih dahulu. Jika memang Bang Robin itu buruk seharusnya kita memberitahu secara baik-baik, bukan dengan hinaan dan caci maki. Ingat Bu lidah tidak bertulang, tetapi luka yang diciptakannya bisa lebih sakit daripada teriris pisau!"

"Asal kamu tahu ya Bilah. Banyak yang lihat Robin itu sering pergi ke kampung rantau. Kamu pasti pahamkan apa pekerjaan masyarakat di sana. Jadi jangan pernah berpikir bisa merubah Robin jadi orang baik!" sahut Bu Asma dengan ketus.

Kampung rantau terkenal dengan pekerjaan warganya yang menghalalkan segala cara. Ada yang jadi pengemis, kupu-kupu malam, pencuri, pembegal dan lain sebagainya. Hanya ada satu profesi yang halal di sana yaitu pemulung. Sehingga tidak heran daerah itu terlihat kumuh. Bagi mereka yang penting dapat uang agar bisa makan.

Beda dengan kampung jawara di mana sebagian penduduknya orang-orang kaya. Ada juragan empang, tanah dan pegawai kantoran. Akan tetapi, daerahnya rawan dengan pencurian dan perampokan. Sementara itu tempat Nabilah tinggal namanya kampung santri karena di sini paling banyak sekolah islam seperti madrasah.

"Pokoknya Nabilah nggak percaya kalau belum tahu sendiri. Contohnya seperti yang Ibu bilang, Bang Robin suka malak nasi uduk. Tadi pagi Bilah tanya langsung ke penjualnya, ternyata Bang Robin nggak pernah minta dan selalu beli," ujar Nabilah yang sudah mematahkan salah satu image buruk tentang suaminya.

"Pasti penjual nasi uduk itu sudah diancam sama Robin. Sudah jangan banyak ceramah di depan Ibu. Lama-lama jadi ustadzah kamu!" sahut Bu Asma sambil masuk ke rumah dengan wajah yang kesal.

Nabilah tampak menghela napas panjang melihat sikap Ibunya yang sangat keras kepala dan egois.

"Aku harus mencari tahu apa pekerjaan Bang Robin sebenarnya," batin Nabilah yang tiba-tiba teringat seorang muridnya. Kalau tidak salah bocah itu tinggal di kampung rantau dan semoga bisa memberinya informasi.

BERSAMBUNG

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel