BAB 8 Pohon Lemon
"Baiklah! Aku tidak bisa melakukan apapun selain mencoba!" kata Li Jianli pada akhirnya. Dia bergegas menggiring beberapa ekor ikan gemuk ke sisi sungai. Tanpa di duga, 3 di antaranya melompat ke atas dan menggelepar di atas tanah.
Li Jianli tertegun. Bisakah keberuntungannya sebaik ini?
Setelah beberapa detik, Li Jianli kembali pulih dari keterkejutannya dan bergegas menangkap 3 ekor ikan gemuk itu. Dia memasukan semuanya ke dalam tembikar. Kini, tembikar ya sangat penuh dan berat!
Li Jianli mengangkat tembikar itu. Untung saja dia pernah belajar ilmu bela diri, setidaknya dia sedikit lebih kuat.
Li Jianli kembali melayangkan pandangan ke sekelilingnya. Dia berharap bisa menemukan rempah-rempah liar untuk memasak. Lebih bagus lagi kalau dia bisa menemukan pohon Lemon. Tanpa diduga, matanya jatuh di sebuah pohon dengan banyak buah berwarna kuning yang bergelantung. Matanya terbelalak lebar.
Lemon! Dia benar-benar bisa menemukan pohon Lemon! Betapa beruntungnya dia!
Namun dia tidak bisa membawa semua hal dengan kedua tangannya. Dia harus pulang ke rumah dulu dan meletakkan tembikar yang di bawanya lalu kembali untuk membawa keranjang.
"Apa yang kamu bawa?" tanya Xue Nuan terkejut ketika melihat Li Jianli memasuki rumah.
"Kakak, kamu sudah bangun?" Li Jianli tidak menjawab Xue Nuan dan malah bertanya balik. "Di mana Baobao?"
"Dia masih tertidur," jawab Xue Nuan.
Xia Nuan dan Jing Yue bergegas mendekati tembikar ketika Li Jianli meletakkannya di atas meja.
"Ikan?" Jing Yue terkejut ketika melihat 3 ekor ikan gemuk di dalam tembikar. Setelah dia melihat lebih jelas, dia juga bisa melihat banyak keong sungai di dalam tembikar. Dia tidak bisa tidak melihat Li Jianli dengan lebih heran lagi. "Keong sungai?"
"Kamu benar-benar menangkap ikan?" Xue Nuan masih tidak menduga kalau Li Jianli serius dengan ucapannya.
"Ya! Kita akan makan enak hari ini," jawab Li Jianli. "Kakak, bisakah aku meminjam keranjangmu dan tembikar kosong lainnya?"
"Ya, tentu saja!" Xue Nuan segera bergegas mengambil keranjang miliknya.
Jing Yue juga mengambil tembikar lain. Tidak ada banyak bahan makanan di rumah, jadi beberapa tembikar secara alami kosong.
"Terima kasih," kata Li Jianli. "Aku akan segera kembali."
Li Jianli bergegas menuju pohon Lemon. Dia memetik banyak lemon dan memasukkannya ke dalam keranjang. Dia juga memasukkan beberapa herbal liar yang bisa digunakan untuk menambah cita rasa masakannya.
Li Jianli ragu-ragu sejenak. Dia memiliki sebuah ginseng berusia seratus tahun di dalam ruang dimensinya. Dia bisa membawanya keluar dan menjualnya di kota terdekat. Ginseng itu akan memberinya banyak uang. Tapi akankah itu terlalu mencurigakan?
Setelah beberapa saat, Li Jianli akhirnya berpikir untuk melakukannya nanti itu.
Li Jianli kembali membawa tembikar yang dibawanya ke sungai dan mengisinya dengan air. Begitu saja. Li Jianli kembali dengan keranjang penuh dan tembikarnya.
Ketika dia tiba di depan patung Dewa Bumi, dia segera meletakkan keranjangnya dan mulai mencuci patung itu dengan air dari dalam tembikar. Dia menggosoknya dengan daun. Setelah beberapa saat, patung Dewa Bumi itu terlihat bersih. Li Jianli menghela nafas lega.
"Dewa Bumi, terima kasih atas berkatmu. Aku mendapatkan banyak makanan hari ini. Aku berjanji, kalau aku kaya suatu saat nanti, aku akan membangunkan sebuah kuil untukmu," janji Li Jianli. Dia kembali bersujud 3 kali lalu berlalu untuk pulang ke rumah.
Di sebuah pohon tinggi dan lebat tidak jauh dari tempat Li Jianli, sepasang mata tajam mengawasi semua tindakannya dari kejauhan. Dia tidak melakukan apapun, hanya berdiri di sana dan melihat kepergian Li Jianli.
Sementara itu, Li Jianli kembali ke rumah dan menemukan Xue Bao sedang bermain dengan ikan di dalam tembikar. Xue Nuan sudah meletakkannya di atas lantai sehingga Xue Bao bisa bermain dengan mereka.
Xue Bao melihat kedatangan Li Jianli dan bertanya, "Bibi Jianli, kamu akan memasak ikan?"
"Ya!" jawab Li Jianli. Dia segera meletakkan kembali tembikar di tempatnya dan mengeluarkan seluruh isi keranjangnya.
Xue Nuan, Jing Yue dan Xue Bao mengililinginya.
"Li'er, apa yang akan kamu lakukan dengan daun-daun ini? Apa ini?" tanya Xue Nuan seraya menunjuk sebuah bongkahan kecil.
"Itu jahe liar," jawab Li Jianli. "Ini semua adalah bumbu yang aku temukan dan akan membuat masakan kita menjadi enak."
"Bukankah itu buah asam? Mengapa Bibi Jianli membawa buah asam?" tanya Xue Bao. Dia ingat ketika dia dan teman-temannya pergi bermain ke tepi sungai. Dia melihat banyak buah kuning cantik yang bergelantungan di sebuah pohon. Temannya mengatakan kalau itu bernama buah asam dan rasanya sangat tidak enak karena terlalu masam. Xue Bao penasaran dan mencobanya. Pada akhirnya dia hanya bisa mengerutkan seluruh wajahnya dijilatan pertamanya!
"Tentu saja untuk membuat hidangan enak!" jawab Li Jianli.
"Hidangan enak? Bagaimana bisa buah tidak enak ini menjadi makanan enak? Bibi Jianli bahkan membawa sangat banyak!" kata Xue Bao tidak percaya.
"Ini dinamakan Buah Lemon. Untuk saat ini, kita hanya akan menggunakan beberapa untuk menghilangkan rasa amis pada ikan," jelas Li Jianli. Semua orang terbelalak kaget ketika mendengarnya.
"Buah Lemon? Untuk menghilangkan rasa amis pada ikan?"
"Ya," jawab Li Jianli mantap. Dia segera berjalan mendekati tembikar dan mengeluarkan seekor ikan. Dia memukul kepala ikan, membersihkan sisiknya, membuang insang ikan dan membelah perut ikan, "ketika membersihkan ikan, kita harus mengeluarkan semua kotoran ikan dari dalam perut. Kita juga harus memastikan empedu ikan tidak pecah di dalam dan membuat ikan menjadi pahit." Li Jianli menunjukkan empedu ikan kepada semua orang ketika menjelaskan. Ketiga orang lainnya memperhatikan semua yang dilakukan Li Jianli dengan serius.
Li Jianli memotong ikan menjadi dua namun tetap memastikan ikan itu tidak terputus. Dia meletakkan ikan ke dalam wadah. Dia lalu memotong lemon menjadi beberapa bagian dan memerasnya di atas ikan.
"Untuk apa itu?" tanya Xue Bao penasaran.
"Untuk menghilangkan bau amis pada ikan. Kita akan menyalakan api seraya menunggu amis pada ikan menghilang," jawab Li Jianli.
Mereka kembali sibuk. Xue Nuan menyalakan api dan Jing Yue mulai memasak bubur jagung. Xue Bao kembali bermain dengan ikan. Sedangkan Li Jianli bergegas mencuci rempah-rempah yang dibawanya.
Setelah Li Jianli memastikan waktunya tepat, dia kembali dengan ikannya. Dia memasukkan rempah-rempah di atas ikan, setelah selesai Li Jianli mendesah pelan, "akan lebih enak kalau kita memiliki garam."
"Kami memilikinya. Tidak banyak, tapi ada," kata Jing Yue. Dia mendekati sebuah rak dan mengambil sebuah bungkusan kecil lalu menyerahkannya kepada Li Jianli.
Li Jianli merasa sangat tersentuh. Di zaman yang susah seperti ini, dapat dipastikan kalau harga garam tidaklah murah. Meskipun itu adalah garam yang paling kasar dan kotor akan diperlakukan seperti harta karun oleh keluarga miskin.
"Terima kasih," kata Li Jianli. "Aku pasti akan memasakkan hidangan lezat untuk kita semua."
"Cepatlah, aku sudah tidak sabar," kata Xue Nuan seraya terkekeh. "Bubur jagung sudah hampir matang."
"Tentu." Li Jianli meletakkan ikan ke dalam kukusan dan mengukusnya
"Aku sungguh tidak sabar!" kata Xue Bao.