Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 2 Gilbert Terpesona

Tiba saatnya mereka berangkat ke kota. Setelah berpamitan dengan Nenek Sumi dan beberapa tetangga.

Mereka pun menuju stasiun kereta api. Sesampai di stasiun, mereka naik kereta api menuju ke Kota Jakarta.

Lama perjalanan sekitar delapan jam. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya mereka pun sampai di stasiun Gambir. Hari telah sore di saat mereka telah menginjakkan kaki di Kota Jakarta.

Keduanya pun bingung hendak ke mana.

"Na, kita mau kemana nih? Kok aku jadi takut?" Ujar Gretcheel bingung.

"Aku juga bingung Cheel, Sebentar, aku tanya Bapak itu, dulu." Ujar Wilona saat melihat ada pedagang minuman ringan di stasiun itu.

Wilona pun menanyakan alamat dari brosur yang di bawa olehnya itu, namun Si bapak tersebut tidak tahu dimana letak pabrik tersebut.

Wilona jadi kewalahan, dia jadi kebingungan bagaimana nasib mereka saat ini.

Hari semakin malam. Keduanya berjalan kaki menyusuri jalanan ibu kota.

Terlihat kendaraan yang lalu lalang silih berganti.

Apalagi saat ini adalah jam pulang kantor dimana orang-orang akan pulang setelah lelah seharian bekerja.

Terdengar perut Gretcheel mulai keroncongan.

"Na, aku lapar, nih." Tuturnya.

Wilona pun mengedarkan pandangannya,

"Tuh di sana ada orang yang jualan, yuk kita mampir ke sana," ujarnya.

Mereka kembali melangkah menuju warung yang ada di pinggir jalan.

"Mau pesan apa, Mbak?" Tanya seorang perempuan yang menjual makanan itu.

"Kita pesan nasi dan pecel ayam dua Buk di tambah, teh manis juga dua," ujarnya kepada Si ibu tersebut.

Sambil menggoreng ayam pesanan mereka. Si ibu pun bertanya,

"Mau kemana, Mbak? Sudah malam begini? Hati-hati banyak copet di daerah, sini." Seru sang ibu, menasihati mereka agar berhati-hati. Mendengar perkataan si ibu, Gretcheel segera mengeratkan tangannya menggenggam tas yang dia bawa. Berbeda jauh dengan Wilona yang terlihat santai.

"Kami dari desa, Bu. baru sampai sore ini, dan ini juga kali pertama kami menginjakkan kaki di ibu kota," ujar Wilona menjelaskan kepada Si ibu.

Si ibu segera menyediakan pesanan mereka di atas meja sambil berkata, dan kembali memenasihati keduanya,

"Kalian berhati-hatilah di kota besar ini. Banyak tindakan kejahatan di sini bahkan juga banyak penipuan. Ya sudah, Mbak. Kalian makan dulu," ujar Si ibu, lagi.

Lalu keduanya pun makan dalam diam, 

Si ibu tadi merasa kasihan dengan mereka karena  keduanya terlihat sangatlah kelaparan.

Setelah selesai makan, Wilona lalu membayar makanan mereka.

Namun, Si ibu bertanya lagi,

"Mbak berdua ini tujuannya, ke mana?" Tanya, sang ibu.

Wilona lalu menunjukan brosur sebuah pabrik sepatu yang sedang mencari pekerja baru untuk pabrik mereka.

"Mbak, pabrik ini berada  dekat di tempat tinggal lbu. Jika kalian mau, kalian bisa menginap malam ini di rumah Ibu." Tawar Bu Rani. Namun Wilona sedikit curiga dengan sikap Si ibu yang begitu baik kepada mereka.

"Apakah kami tidak merepotkan Ibu?" Ujar Greetchel.

"Tidak kok mbak, malah Ibu senang, jadi Ibu tidak kesepian lagi di rumah, suami Ibu sudah lama meninggal, Ibu tidak memiliki anak, Ibu tinggal sendirian." Tuturnya. Lalu keduanya pun sepakat menginap di rumah Bu Rani.

Sesampai di rumah Ibu Rani, keduanya di suruh masuk olehnya.

Rumah Bu Rani terlihat sangat sederhana namun bersih.

Gretcheel seketika merasa nyaman di rumah itu, namun berbeda dengan Wilona.

Dia berpikir apa bedanya jika dirinya tinggal di desa sama-sama tinggal di rumah sederhana.

Dalam pikirannya jika orang yang tinggal di kota itu rata-rata hidupnya makmur.

Wilona tidak tahu, jika sebagian besar orang yang hidup di kota itu terus berjuang untuk kehidupan sehari-hari karena tingginya biaya hidup dan himpitan ekonomi.

Ibu Rani lalu menyuruh mereka untuk bergantian mandi. Setelah mandi mereka berbincang-bincang di ruang tamu.

"Jadi, kalian berdua besok rencananya langsung menuju pabrik tersebut?" Tanya Bu Rani.

"Lebih cepat lebih bagus, Bu." Ujar Wilona.

"Tapi Bu, apakah kami tidak merepotkan Ibu?" Seru Wilona tak enak hati.

"Tidak, kok. Ibu dengan senang hati akan membantu kalian," ujarnya.

"Tapi bagaimana dengan dagangan Ibu besok?" Seru Gretcheel.

"Ibu bisa libur besok. Ya sudah kita tidur, sekarang sudah malam," ujarnya lagi.

Lalu ketiganya pun tidur.

Keesokan harinya ditemani Ibu Rani ketiganya pun berangkat dengan naik angkot menuju pabrik tersebut.

Sesampainya di sana, mereka sangat terkejut ternyata pabrik tersebut sudah gulung tikar sekitar  seminggu lalu.

Agar lebih jelas, Ibu Rani bertanya kepada sekuriti yang berjaga disitu.

Sang sekuriti membenarkan jika pabrik itu tutup karena pengelolanya bangkrut dan memiliki utang yang banyak di bank dan dia tidak sanggup membayar semua utang-utangnya akhirnya pihak bank menyita pabrik itu.

Mendengar penjelasan dari sekuriti tersebut membuat keduanya kecewa bukan kepalang.

Mereka pun kembali ke rumah Ibu Rani dengan tidak bersemangat.

Wiloma memilih untuk tidur. Karena kepalanya tiba-tiba pusing. Sedangkan Gretcheel lebih memilih untuk membantu Ibu Rani di dapur untuk persiapan berjualannya nanti sore.

Sore pun tiba, Gretcheel membantu Ibu Rani mendorong gerobak menuju ujung jalan tempat dia berjualan sedangkan Wilona memilih tinggal di rumah, dia masih kecewa dengan pabrik tersebut.

Gretcheel dan Bu Rani terlihat sedang memasang tenda  untuk dagangannya.

Tiba-tiba dari arah samping, sebuah mobil mewah berhenti di tempat Ibu Rani berjualan.

Pintu mobil terbuka, terlihat seorang pemuda berkulit putih bertubuh tinggi dan berbadan atletis keluar dari mobil tersebut dan menyapa Bu Rani.

"Selamat sore, Bude," ujarnya.

Gilbert nama pemuda tersebut, dia adalah pelanggan setia bu Yuli.

"Bude kok telat hari ini?" Ujarnya.

"Selamat sore Nak Gilbert. Bude ada sedikit kesibukan hari ini."

Sementara itu Gilbert  melirik jika ada seseorang yang sedang membantu Ibu Rani di tenda lesehannya itu.

karena penasaran, Gilbert pun bertanya kepada Ibu Rani "Bude, dia siapa?" Serunya, penasaran.

Lalu seketika Gretcheel berbalik dan melirik ke arah Gilbert. Tersemat senyum yang memukau hati Gilbet, di tambah lesung pipi yang ditampilkan Wilona dari kedua pipinya menambah rasa kagumnya. Tiba-tiba saja jantungnya berdebar-debar tak karuan.

Gilbert sungguh terpesona dengan kecantikan Gretcherl. Bu Rani yang dari tadi memanggilnya, tidak ddengar olehnya sama sekali.

"Nak, Gilbert. Halo, Nak Gilbert!" Bu Rani terpaksa setengah berteriak memanggil nama Gilbert. 

Namun tiba-tiba pemuda itu berkata,

"Bude, apakah saya sedang  bermimpi? baru saja saya melihat bidadari tersenyum kepada saya," ujarnya nelangsa. 

Untuk pertama kalinya jantungnya berdebar- debat sangat kencang karena melihat seorang gadis yang menurutnya sangat menawan. Gilbet lalu melirik-lirik di mama gadis tersebut berada namun, dia tidak menemukannya lagi.

Karena sedetik setelah itu, Gilbert kembali ke belakang untuk menyusun piring-piring di rak piring yang tadi mereka bawa dari rumah.

Gretcheel tidak menghiraukan keberadaaan Gilbert yang sedang terpesona kepadanya karena dia terlalu fokus untuk membantu Bu Rani di belakang.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel