BAB 3
HAPPY READING
“Sepupu gue. Gue udah ketemu dia.”
“Lo mau?” Tanya Damian menyelidiki?”
Arya tertawa, lalu sedetik kemudian wajahnya berubah menjadi serius, “Lo tau kan gue paling nggak bisa dijodohkan. Gue nggak bisa bayangin kalau nikah tanpa cinta.”
“Menurut gue perjodohan itu merupakan nggak masuk akal Dam. Menikah dengan cinta saja nggak menjamin hubungan langgeng apalagi menikah tanpa cinta?”
“Jelita saja kabur ke London saat tau akan di jodohkan dengan Prabukusuma. Apalagi gue yang garis keras menolak menikah tanpa cinta. Come on, ini sudah tahun berapa masih ada perjodohan di dunia ini.”
“Ini sudah memasuki pasar bebas, semua bisa menentukan pilihan sendiri. Namun orang tua gue masih saja membawa tradisi lama di keluarga. Kalau gue mengijinkan perjodohan terjadi, gue sama saja menukar kebahagiaan gue sama orang tua gue.”
“Bukannya tadi sudah ketemu?” Tanya Damian mulai menyelidiki.
“Dia bukan tipe gue, bagaimana bisa gue terima Dam.”
“Lo udah bilang nggak sama orang tua lo, kalau lo nggak suka sama Larasati?”
Arya mengangguk, “Udah. Tapi tetap saja orang tua gue bilang kalau gue tetap sama Larasati, karena Jana sangat excited setelah makan malam kemarin.”
“Kenapa lo nggak mau sama dia? Gue pikir keturunan ningrat wanita-wanitanya memiliki wajah rupawan.”
Arya kembali berpikir dan ia lalu tertawa, “Dia bukan tipe gue, Dam.”
“Entahlah, gue nggak terlalu suka dengannya sejak awal. Bukan berarti dia nggakk cantik, cuma nggak masuk ke hati gue.”
“Alasannya apa?”
“Dia nggak pernah pacaran. Gue nggak pernah tertarik dengan wanita yang belum memiliki riwayat pacaran, rasanya hambar. Gue yang Hollywood sentris selalu bertabrakan dengan timteng-sentris.”
“Gue respon dia karena dasar kasihan, cinta tidak bisa tumbuh dengan orang yang beda ideology hasilnya akan out of sync.”
“Gue nggak bakalan debat panjang lebar hanya ukuran bentuk bumi datar, menurut gue bumi itu tetap bulat.”
“Gue merasa tidak mendapat simbiosis mutualisme dalam perjodohan ini. Harusnya Larasati bisa berpacaran dengan dengan pria lain, agar dia banyak belajar tentang dunia. Lo tau kan gimana tipe gue,” ucap Arya.
“Jadi lo gimana?” Tanya Damian.
“Mau nolak. Tapi mama tetap ingin gue nikah sama Larasati.”
Damian menatap Arya, ia mengangguk paham ia tahu tipe wanita idaman Arya bagaimana, tentu saja wanita itu memiliki mindset yang bagus, wanita yang memiliki pola pikir yang sama dengannya cara memandang dunia dan hal yang paling penting dia terbuka dalam berpikir. Mungkin karena Larasati terlalu muda untuk menjadi pendamping hidup Arya, dan minim pengalaman, jadi kurang cocok dengan pemikiran Arya.
“Tapi nggak nikah dalam waktu cepatkan, maksudnya lo bisa PDKT, sekali pertemuan nggak bisa langsung tau kepribadiann dia gimana.”
“Mama dan papa ingin gue segera nikahin gadis baru kencur itu.”
Damian menarik napas, ia meraih cangkir dan menyesapnya secara perlahan, “Ya berontak saja, kalau nggak mau.”
“Berontak gimana Dama?”
“Menikah dengan orangg lain mungkin.”
“Ya nggak bisa Dam. Orang tua gue udah rencanain untuk keberangkatan ke Yogyakarta Minggu ini untuk bertemu dengan orang tua Larasati.”
Damian mulai berpikir ia tahu kalau dijodohkan memang terkesan mengurusi hidup orang lain, dan tidak sepenuhnya peduli tentang hidupnya.
“Allternatif, coba lo kenalin seseorang yang bisa kamu kenalkan kepada orang tua lo.”
“Siapa? Gue nggak deket dengan siapa-siapa, Dam. I am single.”
Damian lalu teringat dengan Moira, wanita itu patah hati karena baru saja ditinggal oleh kekasihnya. Damian menepuk meja dengan tangannya karena idenya baru jalan,
“Lo nikah saja dengan Moira. Hitung-hitung win win solution, Moira sedang menanggung malu karena dia tidak mau pernikahannya batal karena undangan sudah terlanjur di sebar. Sedangkan lo yang nggak mau dijodohin.”
“Gue pikir Moira mau diajak kerja sama, dia termasuk wanita yang jago dalam bernegosiasi, dia orang kepercayaan gue.”
"I think Moira is totally your type."
“Really?” Arya masih berpikir keras mencerna kata-kata Leon.
"Of course, she's beautiful, independent, open-minded, and she's beautiful. Maksud gue, dengan lo nikah dengan Moira permasalahan lo selesai. Gue tau dia, karena dia bertahun-tahun kerja sama gue.”
“Gue liatin lo fotonya,” ucap Damian, ia mengambil ponselnya di meja, ia membuka instagram mencari nama Moira di sana. Setelah itu ia menyerahkan ponselnya itu kepada Arya.
“Ini akun media sosialnya, dia sexy, cantik dan mandiri. Ayahnya diplomat London dulunyya, dia lama tinggal di Eropa. Kedua orang tuanya saat ini sudah tidak ada, jadi dia menetap di Jakarta. Satu-satunya memiliki saudara laki-laki bekerja sebagai diplomat di Eropa barat. Percaya atau tidak, banyak pria yang menaruh hati padanya dia termasuk Leon Sebastian. Dia anggun, berkelas, sangat open, dia juga mandiri. Kebetulan saat ini dia gagal menikah.”
“Kalau kamu mau, ggue bisa ngobrol dengan Moira besok di kantor dan mengatur pertemuan kalian.”
Arya tidak focus dengan ucapan Damian, sejujurnya ia masih speechlees ia memandang wajah cantik pada layar persegi itu, di instagram wanita itu dihiasi foto-foto liburan di Eropa yang diambil secara estetik oleh sang pemilik kamera. Dia juga memiliki follower yang tidak sedikit, walau tidak sebanyak milik selebgram lainnya.
“Yakin dia mau dengan gue?” Tanya Arya memandang Damian.
“Tentu saja.”
“Okay, gue mau. Pertemukan gue dengannya.”
Damian tersenyum penuh arti, ia menatap Arya dengan penuh kemenangan, "This is the beginning of your life."
***