Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.9. Mendadak Ditembak Richie

Sesudah makan siang, Vanya dan Richie pun berpisah untuk kembali ke tempat kerja mereka masing-masing.

Vanya setuju nanti malam untuk memulai pekerjaannya pertama kali di Dark City, kebetulan hari ini adalah hari Kamis, jadwal tampilnya. Rencananya Richie akan menjemput ke rumahnya pukul 21.00 WIB.

Dalam perjalanan kembali ke kantornya di Menara Batavia, Jakarta Pusat. Richie menyewa 1 lantai penuh di sana untuk managemen semua nightclubnya. Selain Dark City, ada 7 nightclub lagi yang dia miliki antara lain, Lady of The Night, The Expat, Baby Bunny, Booty Call, Queen of Ice, Freedom Pyramid, dan Alligator. Beberapa dia sendiri yang memberi nama, beberapa Adrian yang memberi nama.

Ketika Richie sampai di ruang CEO, sobatnya itu masuk ke sana juga mengikutinya.

"Elo darimana aja, Dude?" tanya Adrian seraya membanting bokongnya di kursi di hadapan meja kerja Richie.

Dengan senyum misteriusnya, Richie menjawab, "Mau tahu aje lo ... ahahaha."

"Tsskk ... palingan kencan makan siang sama cewek 'kan? Cewek mana tuh yang lo pepet?" sahut Adrian bersandar di kursi sambil bertumpang tali memperhatikan sobatnya yang wajahnya seperti berbunga-bunga.

Adrian mengetahui semua sejarah kisah cinta Richie dari mereka kuliah bersama di Los Angeles dulu. Pria itu idola kampus, tapi sifatnya introvert, agak berkebalikan dengan dirinya yang sangat playboy. Ricardo Esteban lebih kalem bila berurusan dengan wanita, banyak main hati makanya sobatnya itu bolak-balik jadi korban wanita seperti misalnya mantan istrinya, Stela Dubois.

Ya bagaimana lagi kalau tampang macho hati Rinto ... tapi, sudahlah itu urusan pribadi sobatnya.

"Semalem lo ikutan nonton sexy dancer yang baru itu 'kan, Dri? Gue tadi ketemuan sama dia, namanya Vanya," jawab Richie masih dengan wajah berbinar-binar seperti anak SMA yang pertama kali naksir cewek.

Adrian berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya menatap sobatnya. "Awas lo ntar ditinggal selingkuh mewek pula. Cewek modelan begitu biasa daftar BO-nya panjang. Doyan duit doang, lo jangan maen ati lah, Dude!" nasihat Adrian.

"Elo kalau gue ceritain obrolan kami pasti bingung. Gue 'kan nawarin Vanya jadi sexy dancer di Dark City. Dia awalnya ogah-ogahan, tapi akhirnya mau dengan syarat kalau dia nggak mau di BO sama klien nightclub. Curiga gue, dia tuh masih virgin. Semalem dia main truth or dare sama temen-temen ceweknya terus kepaksa nari di panggung karena kena dare," cerita Richie menggerak-gerakkan tangannya dengan ekspresif.

Adrian tercenung mendengar cerita dari Richie. Ya memang sepertinya Vanya gadis baik-baik, tapi nanti dulu memutuskan hal baik dan tidak dengan cepat.

"Lo pantau aja dulu, Richie. Klien di nightclub kita itu orang-orang berduit. Seandainya ada yang BO dengan nilai fantastis, si Vanya apa kagak goyah? Gue pengin tahu juga, ntar malem gue pasti main lagi ke Dark City. Goyangannya hot bener, mantep sangatlah, Dude!" cerocos Adrian.

Richie tidak menanggapi ucapan Adrian, dia hanya bertopang dagu sibuk dengan pikirannya sendiri.

***

Sesuai janjinya, Richie menjemput Vanya di depan gerbang rumahnya dengan mobil BMW hitamnya pukul 21.00.

Dari dalam pintu gerbang rumah mewah itu, Vanya keluar lalu berjalan ke sisi samping pengemudi. Dia membuka pintu mobil lalu naik ke dalam. Vanya mengenakan hot pants pendek berbahan jeans biru muda dengan atasan tank top halter neck warna merah darah.

Penampilan Vanya membuat Richie gerah padahal AC mobilnya cukup dingin. Rasanya dia ingin membawa Vanya pulang ke apartmentnya saja dan tidak perlu mempertontonkan tubuh seksi Vanya ke klien pengunjung nightclub miliknya. Sepertinya cara pedekate yang dipilihnya malah membuatnya merasa dilema.

"Kita berangkat sekarang?" tanya Vanya karena Richie tak kunjung menyetir malahan memelototi tubuhnya dengan tatapan ingin melahapnya bulat-bulat.

"Oohh o-oke," sahut Richie lalu melajukan mobilnya menuju ke Dark City.

"Apa kostumnya disediakan oleh nightclub atau aku pakai baju ini saja, Richie?" tanya Vanya lagi memecah kesunyian di mobil.

"Kurasa dari kru bagian managemen artis akan mengurusimu nanti, Sayang. Kuharap kau tidak gugup dengan pentasmu malam ini," jawab Richie sekilas melirik ke arah Vanya lalu kembali fokus ke jalan raya.

Dalam benaknya, Richie sangat terganggu dengan penampilan Vanya yang serba minimalis, sepasang bulatan berukuran mantap yang menyembul di balik tank top itu begitu menggoda dan pahanya begitu mulus, celana hot pants itu terlalu pendek sehingga membuat otak Richie travelling. Bagian bawah tubuhnya terasa menegang dan tak mau rileks. Berada di sisi Vanya membuat akal sehatnya menguap.

Vanya cekikikan memikirkan akan seperti apa pentas perdananya sebagai sexy dancer. "Aku harap segalanya lancar malam ini, Richie," sahutnya.

"Van, kamu sudah punya pacar apa belum?" tanya Richie modus.

"Belum. Kenapa?" jawab Vanya sembari menatap wajah Richie dari samping.

"Mau jadi pacarku?" tanya Richie tak menyia-nyiakan kesempatan.

Vanya hanya bisa tertawa mendengar Richie menembaknya dengan spontan. Dia tak akan pernah menyangkanya. "Too fast, Boy!" sahutnya.

"Oke," balas Richie tidak memaksa Vanya untuk menerimanya menjadi pacar.

Akhirnya, mobil BMW hitam itu memasuki area parkir VIP nightclub Dark City. Seusai memarkir dengan benar mobilnya, Richie menggandeng tangan Vanya sembari berjalan masuk ke dalam club. Dia mengantar Vanya ke bagian backstage tempat berkumpul para pendukung acara dan kru managemen artis yang mengurusi kostum dan make-up.

"Gina, tolong urusi cewek ini ya, namanya Vanya, dia sexy dancer baru yang akan tampil malam ini," ujar Richie kepada Gina, make-up artis andalan Dark City.

"Siap, Pak Bos!" sahut Gina seraya merangkul bahu Vanya lalu menggiringnya ke kursi di depan meja rias.

Richie menatap Vanya dari cermin rias lalu berpamitan, "Van, kutinggal ya. Kalau mau cari aku, tinggal jalan ke sofa di tengah. Aku akan menontonmu dari sana, oke?"

"Oke, Richie," jawab Vanya.

Pria bule itupun meninggalkan ruang make-up artist menuju ke tengah ruangan nightclub itu. Adrian sudah menunggunya di sofa di tengah-tengah ruangan.

Suara musik remix DJ August, resident DJ di Dark City begitu rancak memeriahkan suasana dugem malam itu. Lagu 'Gangnam Style' diremix bersama lagu J-Lo 'On The Floor' membuat para pengunjung nightclub menggoyangkan badan mereka dengan bersemangat ditambah kadar alkohol yang naik dalam aliran darah mereka.

Richie menggoyang-goyangkan kepalanya dan jari telunjuknya saja mengetuk-ngetukkannya di sandaran sofa menikmati irama musik DJ August. Dia menunggu penampilan Vanya.

"Woiii ... Vanya kapan tampil, Dude?" tanya Adrian penasaran.

"Jam setengah 12. Dia sudah di ruang make-up kok," jawab Richie sambil bersedekap di sofa dan bertumpang tali.

Adrian ditemani oleh dua wanita nakal berpenampilan seksi, mini dress yang mereka pakai menampilkan bagian dada yang nyaris tumpah dan paha putih yang mulus. Namun, Richie tidak tertarik sama sekali, lebih karena bosan.

"Dude, lo sendirian aja? Nggak butuh temen cewek?" tanya Adrian pengertian melihat sobatnya tidak membawa teman kencan.

"Kagak, gue ke sini pengin lihat Vanya aja bukannya mau main sama cewek malam ini, Bro. Santai aja ...," jawab Richie tersenyum tipis di balik kaca mata hitamnya.

Sementara itu di belakang panggung ...

"Van, lo butuh drink kagak? Gue saranin lo minum dikit deh, buat ngontrol demam panggung," ujar Gina, yang berpenampilan seperti laki-laki tapi 'melambhay'.

Vanya pun paham siapa Gina, mirip dengannya, tetapi berbeda karena dia ladyboy. Lucunya, Gina pun tidak mengenali kalau Vanya adalah seorang ladyboy. 'Sehebat itukah perubahan dirinya saat ini?' pikir Vanya dengan geli.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel