Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 7 - MENGINGINKANMU

Hardin baru saja tiba di ruang makan. Di sana tampak satu pelayan laki-laki paruh baya yang sedang mengawasi tiga orang pelayan wanita yang sedanng menata hidangan di meja makan. Usia para pelayan wanita itu sekitar 25 tahunan. Mereka memiliki postur tubuh tinggi dan wajahnya lumayan cantik. Seragan berupa kemeja lengan pendek dipadukan rok pendek selutut berenda dengan warna biru muda itu tampak sangat kontras mereka kenakan.

"Pagi, Tuan Muda. Silakan duduk," sambut satu-satunya pria yang sedang berdiri sejajar dengan tiga pelayan wanita itu. Mereka menyematkan senyum ramah di wajahnya saat Hardin tiba di meja makan.

Sepasang alis tebal dan gelap Hardin tampak menyatu dengan tatapan dalam pada pria itu. "Kamu si tukang yang semalam, kan?" tanyanya sembari menunjuk wajah pria berpakaian formal di hadapannya.

"Benar, Tuan. Saya Andraes yang semalam menemui Anda di kamar." Pria itu tersenyum semakin lebar pada Hardin.

Dia merupakan pelayan yang sudah bekerja sekitar tiga tahun di mansion itu. Andreas juga merupakan pelayan multi fungsi. Tak hanya bekerja sebagai juru masak dan kepala pelayan di sana, pria 4o tahun asal Manhattan ini juga yang mengawasi keamanan dan kenyamanan para penghuni mansion.

Hardin sendiri tak mengenal Andreas karena baru kali ini dirinya tinggal di mansion itu. Karena dahulu ia tinggal di mansion Edward yang lama. Namun setelah dirinya menempuh pendidikan kuliah di Jerman dan tinggal di sebuah apartemen di sana, Edward melelang mansion itu dan membeli mansion yang sekarang.

Meski mansion yang lama menyimpan banyak kenangan bagi Edward, terutama kenangan indahnya dengan Deborah, ibunya Hardin, dia tetap melelangnya. Karena tak hanya kenangan manis saja yang tersimpan di mansion itu, tapi juga kenangan buruk. Dimana dirinya menahan sakit hatinya karena perselingkuhan Deborah dan kelahiran bayi haramnya, Hardin. Edward memutuskan pindah karena semua kenangan buruk itu selalu mengganggu tidurnya setiap malam. Dia menderita dan ingin melupakan semua itu. Terlebih setelah Deborah tiada usai melahirkan Hardin.

Sayang sekali, sampai kini Hardin tak pernah mengetahui semua itu. Baginya Edward adalah ayahnya, dan dia sangat menghormati pria itu.

Hardin hanya mengangguk setelah mendengar penuturan Andreas. Dia segera duduk setelah Andreas menarik dan membersihkan bangku utuknya. Para pelayan wanita tampak menunjukkan wajah kagum pada Hardin. Sebagai wanita mereka mengagumi ketampanan dan kharisma Tuan Mudanya itu. Namun Hardin hanya memberi wajah dingin pada mereka. Meski begitu, dirinya tetap tak bisa memadamkan pesonanya.

"Selamat pagi, Tuan Besar dan Nyonya Meghan. Silakan." Andreas sedikit membungkukkan tubuhnya menyambut Edward dan Megan yang baru saja tiba di meja makan.

Hardin hampir saja tersedak oleh sepotong sanwich yang sedang dikunyahnya. Dia lantas segera memalingkan wajahnya dari tatapan Meghan terhadapnya. Sial! Wanita itu mentapnya sangat tajam, seperti tatapan singa betina yang sedang kelaparan. Buas dan liar. Meghan segera menggamit lengan Edward. Bibirnya tersenyum sangat manis seraya menggiring pria dengan stelan jas hitam itu menuju bangku mereka.

Edward memperlakukan Meghan dengan sangat baik. Ia menarik bangku untuk Meghan duduki, lalu mengecup pucuk kepalanya dengan wajah senang. Hal itu dilihat oleh Hardin. Entah kenapa tiba-tiba tumbuh rasa cemburu di hatinya. Terlebih saat Edward menyuapi Meghan sarapan. Hatinya terasa panas seperti sedang ada api yang berkobar di sana.

"Hubby, apakah kamu akan pergi ke luar kota lagi?" tanya Meghan pada Edward. Bangku mereka bersisian. Meghan menelusuri wajah Edward dengan seringai nakal. Sesekali ia menoleh pada Hardin. Ia ingin pria brengsek itu melihatnya yang mesra bersama Edward.

Hardin melihat hal itu. Dia berusaha tenang dan tetap pada pendiriannya. Meghan adalah istri ayahnya, dia harus melupakan kejadian semalam. Namun tidak bagi Meghan, dia akan tetap berusaha menggoda Hardin di belakang Edward, sampai dirinya mendapatkan pria itu. Sepasang mata Hardin menangkap pandangan Meghan, wanita itu tersenyum sangat manis padanya. Cantik sekali, namun Hardin segera memalingkan wajahnya ke lain arah. Sial! Jantungnya bergemuruh mengingkan Meghan. Tubuhnya panas dingin melihat Edward mengecup pipi wanita itu.

"Ya, aku akan berangkat sore nanti sepulang dari kantor. Namun aku akan merekomendsi Hardin dulu pagi ini," ucap Edward seraya melpaskan tangannya dari pipi licin Meghan. Bibirnya tersenyum manis pada istrinya itu.

Meghan hanya membalas senyum, lantas melirik pada Hardin. Kali ini ia berhasil menangkap pandangan pria itu. Hardin menatapnya dengan wajah mendamba.

Meghan hanya menaikan sudut bibirnya dengan wajah jumawa. Tangannya segera meraih tisue guna menyeka bibirnya usai sarapan. Kemudian ia meraih satu buah pisang lalu melahapnya dengan gaya tak biasa.

Meghan menjilat lebih dulu buah pisang itu sebelum melumatnya. Tatapan liarnya tertuju pada Hardin. Pria itu kembali merasa panas-dingin. Tangannya segera meremas bagian depan celananya di bawah meja. Oh, shit! Dia merasa Meghan seolah sedang memainkan kejantanannya.

Wanita itu benar-benar binal, pikirnya seraya memandangi Meghan yang sedang asik melahap pisangnya.

***

Setelah selesai sarapan Edward segera mengajak Hardin ke kantornya. Meghan turut serta ikut dengan mereka. Di dalam mobil Meghan kembali memamerkan kemesraannya dengan Edward. Ia bersandar dan meringis-ringis manja pada Edward.

Hardin yang duduk pada bangku di belakang mereka di dalam mobil Limosine putih itu menjadi kepanasan dibuatnya. Ernez duduk pada bangku di samping Hardin. Asisten Edward itu tampak tesenyum sendiri mendengar desahan dan rintihan Meghan yang juga membuatnya panas-dingin tak karuan. Namun bagi Ernez hal seperti ini sudah terbiasa dirinya alami. Bahkan ia pernah sampai lari ke kamar mandi setelah mendengar rintihan dan desahan Meghan di dalam mobil seperti ini. Dia terpaksa bermain sabun sambil membayangkan Meghan.

"Hubby, lakukan lagi, aku suka. Aghh, Sayang, ihhh!" Meghan sengaja mengerang keras. Padahal Edward hanya sedang membantunya mengoleskan lotion pada tangannya. Dia tahu Hardin berada di bangku belakannya. Meghan sengaja ingin membuat anak tirinya itu kepanasan.

Hardin menoleh diam-diam pada Ernez. Pria itu sedang meremas bagian depan celana kainnya. Kedua matanya dipejamkan dengan bibirnya yang mengerang pelan. Ernez tak menyadari jika Hardin sedang melihatnya. Namun tak lama, karena Hardin segera memalingkan wajah dari Ernez. Pikirannya menjadi tak karuan karena suara-suara laknat dari bangku di depannya itu. Dengan napasnya yang mulai memburu, tangannya segera menyentuh bagian depan celana kainnya. Hardin merubah sedikit posisi duduknya agak membelakangi Ernez. Tangannya semakin kencang mencengkeram batang keras di dalam sana yang sudah mengacung dari tadi. Dia hampir saja mengerang, namun ia menahannya.

"Mulai hari ini dan seterusnya, Hardin yang akan memimpin perusahaan sebagai CEO utama Babel Company Group." Edward meremas satu bahu Hardin seraya mengibarkan senyum bangganya pada puterannya itu.

Semua staff utama di ruangan meeting itu bertepuk tangan untuk Hardin. Mereka tersenyum pada pria muda itu. Bahkan para staff wanita tampak memandang kagum pada Hardin. Mereka tampak sangat senang putera bosnya itu kini menjadi bagian dari perusaan. Hardin akan menjadi mood boster untuk mereka semakin giat dan rajin datang ke kantor.

Meghan tampak tidak senang melihat para staff wanita itu memberikan ucapan selamat pada Hardin dengan berjabat tangan dengannya. Bahkan mereka tersenyum nakal. Cih! Menyebalkan! Meghan segera melenggang pergi meninggalkan ruangan meeting. Edward hanya menoleh, namun kembali sibuk dengan para staff. Sementara Hardin segera mundur saat ada kesempatan. Dia segera meninggalkan ruangan meeting dan berniat mencari Meghan.

Konyol sekali!

Untuk apa dirinya mencari Meghan? Entahlah, dia juga tak mengerti. Namun melihat Meghan pergi dengan wajah kesal ia merasa bersalah pada wanita itu.

Langkah panjang Hardin tiba di lorong menuju toilet. Sepasang matanya menyapu pandangan ke seluruh penjuru arah. Kemana perginya Meghan? Dia mulai gelisah dan cemas. Sampai akhirnya ia melihat Meghan yang baru saja keluar dari pintu toilet. Dia merasa lega dan bergegas menghampiri wanita dengan dress selutut warna hitam di sana.

"Hardin, kamu?" Meghan memekik kaget saat Hardin datang padanya. Namun dirinya tak diberikan untuk bertanya lagi, karena Hardin segera mencekal lengannya, lantas menariknya kembali memasuki toilet.

"Kita harus bicara,"bisik Hardin ke wajah Meghan. Napasnya terdengar memburu denngan bibirnya yang menyeringai.

Meghan masih menatapnya heran dengan jantungnya yang bergemuruh bertalu-talu. Bicara? Apa yang akan Hardin bicarakan padanya. Apakah pria itu akan merubah keptusannya, pikirnya masih dengan tatapan heran dan mencoba mencari jawaban dari sepasang bola mata kebiruan Hardin. Namun yang dirinya temukan hanya tatapan penuh gairah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel